Sabtu, 29 Mei 2010
25 Tahun Tragedi Heysel: Ketika Holiganisme (memang) Adalah Sebuah Aib
Diposting oleh jagurdermuluk di 06.33 4 komentar
Label: Holigan
Rabu, 26 Mei 2010
voetbal-indo: Arema Juara Liga Super Indonesia: Juara Yang Mandiri.
Diposting oleh jagurdermuluk di 19.06 0 komentar
Arema Juara Liga Super Indonesia: Juara Yang Mandiri.
Diposting oleh jagurdermuluk di 19.03 0 komentar
Mengukur Peluang-peluang Tim-tim Asia Di Piala Dunia 2010
Diposting oleh jagurdermuluk di 12.11 0 komentar
Selasa, 25 Mei 2010
Dua Korea Di Piala Dunia 2010: Semangat untuk satu Korea
Sekarang kita ke Korea Utara, korea yang terletak di utara semenanjung Korea. Berbeda dengan tetangganya yang menganut paham demokrasi liberal dan kapitalis, Korea Utara atau Korut adalah kebalikannya. Negara ini menganut paham komunis dengan pimpinan tertinggi Kim Jong-Il. Hanya itu saja yang orang ketahui tentang Korut sebab tertutupnya negara ini di mata internasional. Begitu juga sepakbolanya. Apakah orang-orang di dunia mengenal Jong Tae-Se, striker Korut yang dimiripkan dengan Wayne Rooney?
Jikalau mengenai Korut muncul di permukaan tentulah biasanya itu permasalahan dengan Korsel. Permasalahan itu sendiri berawal dari pasca Perang Korea (1951-1953) yang ditunggangi dua kepentingan, kapitalis dan komunis. Bertahun-tahun kedua negara sering melancarkan perang urat syaraf yang melibatkan seluruh komponen termasuk rakyat Korsel yang geram dengan pemerintah Korut yang katanya sering mengancam ingin menghancurkan Korsel lewat nuklirnya.Tentu saja bila keadaannya seperti ini AS dan Jepang sebagai sekutu dekat Korsel bersiap melindungi Korsel apalagi pada saat-saat seperti ini ketika dikabarkan kapal perang Korsel ditembak hingga tenggelam oleh kapal selam Korut. Hal demikian pun pada akhirnya mengganggu semacam "harmoni" antara kedua warga negara karena lolosnya dua Korea ke Piala Dunia 2010. Adanya berita itu tak pelak membuat beberapa warga Korut takkan bisa menikmati siaran televisi tentang Piala Dunia dari si tetangga.
Lalu bagaimana penampilan kedua Korea di Piala Dunia?
Kalau dari ukuran penampilan dan prestasi, tentulah Korsel yang menang karena sudah tampil di Piala Dunia sejak 1954 dan bahkan pada 2002 pada saat menjadi tuan rumah bersama Jepang melaju ke semifinal. Sejak keberhasilan itu, para pemain Korsel laku di pasaran dan menjadi andalan di beberapa klub di Eropa. Korut? negara ini memang baru dua kali tampil di Piala Dunia yaitu pada 1966 dan sekarang 2010 namun walau begitu dalam debutnya, Korut berhasil menghentak dunia lewat penampilannya dengan mencapai perempatfinal. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan untuk sebuah tim Asia. Perjalanan mereka ke perempatfinal tentu salah satunya dengan menghempaskan tim kuat Italia dan di perempatfinal sebelum dihempaskan Portugal yang diperkuat Eusebeio, Korut sempat tampil mengejutkan dengan unggul 3-0 sebelum akhirnya kalah 3-5.
Kalau melihat penampilan di atas, tentu bisa dikatakan walau Korut oleh Korsel kalah dalam pencapaian dan prestasi tetapi mereka bisa menghentak dunia dalam debutnya dan tidak butuh beberapa edisi seperti halnya Korsel. Tentu di Piala Dunia ini kedua Korea berharap bisa menghentak dunia terutama Korut yang walaupun di grup neraka yakin bisa memberi kejutan seperti Piala Dunia 1966. Apapun itu tampilnya dua Korea dengan latarbelakang berbeda sekali lagi adalah sejarah. Sejarah ini juga yang seharusnya tidak dikaitkan dengan kepentingan politik antar keduanya. Namun, pada kenyataannya sepakbola modern memang tidak bisa terlepas dari politik.
Diposting oleh jagurdermuluk di 10.56 0 komentar
Senin, 24 Mei 2010
Piala Dunia Afrika: Antara semangat Afrika dan Kamerun sang Pionir.
Diposting oleh jagurdermuluk di 17.02 0 komentar
13 yang Unik di 10 tahun Milenium pertama Liga Champions UEFA
Diposting oleh jagurdermuluk di 11.31 0 komentar
Minggu, 23 Mei 2010
Master of treble: Inter Milan
Diposting oleh jagurdermuluk di 09.21 0 komentar
Label: sepakbola hangat di eropa
Jumat, 21 Mei 2010
Final Liga Champions 2009/2010: Guru vs Murid
Sabtu esok (22/5) atau 23 mei di Indonesia akan menjadi hari yang paling dinanti-nantikan para penggemar sepakbola di Eropa (Italia dan Jerman) dan juga dunia untuk menantikan siapakah yang akan menjadi yang terbaik di pentas sepakbola benua biru melalui Liga Champions 2009/2011. Semua mata memang akan tertuju kepada stadion Santiago Bernabeu tempat diselenggarakannya final kompetisi antar klub Eropa tersebut yang mempertemukan Bayern Muenchen FC melawan Inter (Nazionale) Milan FC.
Bila melihat pertemuan kedua tim tak ubahnya pertemuan antara guru dan murid. Guru tak lain adalah Louis van Gaal yang berada di pihak Bayern, sedangkan murid adalah Jose Mourinho yang berada di pihak Inter. Tentu semua orang tahu pada dekade 90-an keduanya pernah bekerja sama membesut klub kondang asal Katalonia, Barcelona. Dari duet keduanya beberapa gelar direngkuh terutama gelar La Liga. Mourinho yang pada masa itu adalah asisten dari van Gaal banyak belajar strategi sepakbola terutama dalam menyerang. Kita ketahui van Gaal adalah tipe pelatih yang menyukai sepakbola menyerang ala 4-3-3 yang murni alias mengandalkan sayap. Van Gaal yang selama menjadikan Mourinho asistennya juga mengatakan bahwa sosok ini adalah tipe yang cerdas, kritis dan mampu menangkap semua strategi yang diberikan bahkan seorang Mourinho bisa mengembangkannya sendiri. Atas dasar itu van Gaal meminta kepada manajemen Barcelona agar menempatkan Mourinho sebagai pelatih di Barcelona B.
Seiring berjalannya waktu keduanya pun berpisah. Van Gaal setelah didepak dari posisi pelatih Barcelona sempat menukangi timnas Belanda namun gagal mengantarkan Belanda lolos ke Piala Dunia 2002. Sempat juga ia menukangi Barcelona pada 2003 tetapi kemudian didepak karena gagal. Sempat menjadi direktur teknik Ajax, klub yang melambungkan namanya ia pun kemudian melatih lagi pada 2008 untuk AZ Alkmaar yang dibawanya juara Eredivisie 2008/2009 dan setahun berikutnya pindah ke Muenchen dengan membawa gelar juara Bundesliga serta piala Jerman bagi klub Bavaria tersebut.
Lalu bagaimana dengan Mourinho? selepas van Gaal pergi ia memulai kepelatihannya di Benfica namun hanya sebentar. Kemudian ia mencoba melatih di sebuah klub tak ternama Portugal, Uniao de Leiria dan membawa klub tersebut meraih posisi lima di Liga Super Portugal dalam sejarah klub. Atas prestasinya yang seperti itu, ia pun dilirik oleh FC Porto yang merupakan klub raksasa Portugal. Di Portolah masa kejayaannya sebagai pelatih dimulai dan puncaknya terjadi pada musim 2003/2004 ketika ia berhasil membawa Porto treble winners termasuk juara liga champions. Keberhasilannya juga yang membuatnya melatih Chelsea dan membawa klub tersebut juara Liga Primer berturut-turut dan kemudian sejak 2008 melatih Inter dengan raihan dua trofi scudetto dan beberapa trofi minor lain.
Kini keduanya akan dipertemukan setelah sekian lama berpisah namun dalam konteks yang berlawanan dan juga strategi yang berlawanan. Van Gaal tetap dalam kepelatihannya yang keras terhadap semua pemain dan juga arogan masih dengan metode yang telah kita sebutkan di atas. Dan Mourinho dengan pengalaman tentang strategi kepelatihan yang didapatnya terutama dari van Gaal mencoba menampilkan gaya kepelatihan yang cenderung dinamis dan bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dalam hal ini tentu lebih menekankan sifat pragmatisnya dalam berstrategi. Apalagi kepragmatisan ini memang berhasil menjungkalkan sepakbola indah ala Barcelona. Van Gaal? banyak yang menganggapnya tak lebih dari sebuah keberuntungan terutama kala menghdapi Manchester United.
Meskipun begitu kedua-duanya termasuk pelatih yang jenius, mempunyai banyak prestasi dan di final nanti kita akan coba mengetahui siapakah yang bisa meraih trofi Liga Champions keduanya dalam sejarah kepelatihan mereka dan semua itu tergantung dengan apa yang mereka terapkan dan instruksikan kepada para pemain di lapangan.
Diposting oleh jagurdermuluk di 10.23 0 komentar
Label: sepakbola hangat di eropa
Kamis, 20 Mei 2010
Rindu Galatama
Diposting oleh jagurdermuluk di 06.49 0 komentar
Fanatisme sepakbola negatif (Holiganisme) di Indonesia dan dunia
Diposting oleh jagurdermuluk di 06.11 0 komentar
Rabu, 19 Mei 2010
Naturalisasi: Pentingkah?
Ketika sepakbola nasional semakin terpuruk selalu datang usulan untuk memperbaiki. Baik dengan proses atau instan. Nah, rupanya yang lebih diutamakan adalah cara yang instan alias praktis dan pragmatis serta tidak buang banyak biaya. Cara tersebut adalah naturalisasi. Sebagaimana kita ketahui PSSI sebagai pihak yang paling dianggap bertanggungjawab terhadap semua situasi dalam sepakbola nasional kita terus-terusan mendengungkan hal ini. Menurut saya pribadi itu sebagai sebuah penutupan atas kesalahan yang telah diperbuat.
Mengapa harus naturalisasi?
Apakah memang dengan cara seperti itu lantas sepakbola kita akan maju dan berbicara banyak? Apalagi kalau itu tidak disertai mental bertanding yang kuat.
Wacana PSSI yang kuat adalah menaturalisasi para pemain keturunan Indonesia yang berada di Eropa. Okelah kalau PSSI mau yang seperti itu tetapi sekali lagi apakah lantas itu mengubah keadaan kalau hanya satu aspek saja yang dibenahi?
Boleh saja para pemain itu berasal dari Eropa tapi belum tentu itu menjamin. Ingat, jangan hanya melihat buku dari luarnya. Apakah berarti dengan ini SDA di negeri ini sudah dibilang payah? Semua berpaling bagaimana pengelolaannya dan manajemennya. Kalau nanti sudah bisa dinaturalisasi manajemannya masih itu-itu juga. Ya sama saja bohong. Beli kucing dalam karung.
Ingat kita ini bukan Singapura! Dia wajar negara kecil. Hampir sekecil Batam. Naturalisasi dilakukan karena penduduknya kurang terutama dalam bidang olahraga.
Diposting oleh jagurdermuluk di 11.18 3 komentar
Buku Sejarah Sepakbola Indonesia
Diposting oleh jagurdermuluk di 10.45 0 komentar
Minggu, 16 Mei 2010
Hanya GBK!!!
Alkisah Indonesia menginginkan mempunyai sebuah stadion bagus dan megah dengan kualitas internasional. Stadion itu tak hanya sebatas untuk pertandingan olahraga saja tetapi juga untuk unjuk kekuatan Indonesia di masa itu (baca: 1960-an). Untuk mewujudkan hal tersebut Bung Karno yang juga seorang arsitek dan seniman memerintahkan membangun stadion tersebut. Stadion itu tepatnya harus berada di Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan. Ketika stadion itu akan dibangun di sebuah kawasan bernama Senayan penduduk-penduduk yang di sana disuruh pindah dan menyingkir dan kebanyakan dari mereka akhirnya menetap di Tebet. Selain itu semen-semen dimonopoli untuk mewujudkan proyek mercusuar Bung Karno tersebut.
Tahun 1961 Stadion dan selesai setahun kemudian. Stadion yang juga untuk persiapan Asian Games ke-4 itu berkapasitas sekitar 100.000 penonton dan merupakan stadion terbesar di Asia kala itu dan juga masuk dalam 3 besar dunia selain Centenario dan Maracana. Tentulah itu menjadi kebanggaan besar masyarakat kita pada masa tersebut.
Dalam perjalanannya kemudian stadion yang acapkali disebut Senayan atau Gelora Bung Karno itu menjadi banyak saksi. Mulai dari permainan timnas yang memukau hingga sekarang yang memalukan, permainan tim-tim besar serta juga konferensi parpol menjelang pemilu.
Juga dalam perjalanannya kapasitas stadion akhirnya dikurangi menjadi 88.000. Posisinya sebagai yang terbesar di Asia kalah oleh Azadi dan Bukit Jahlil. Pengurangan ini dilakukan untuk keefisienan Piala Asia 2007. Setelah pengurangan itu memang GBK menjadi stadion yang dapat dikatakan cantik kembali sebab banyak fasilitas yang kemudian ditambahkan. Hal itulah yang akhirnya menjadi penilaian tim verifikasi AFC. Mereka datang ke Indonesia untuk memverifikasi tim-tim di Indonesia beserta fasilitas-fasilitasnya terutama stadion untuk Liga Champions AFC 2011. Stadion dalam sebuah pertandingan adalah unsur penting. Tanpa stadion permainan tak bisa dilakukan.
Dari verifikasi itu memang tim dari AFC melihat hasil positif terutama dari atmosfer penonton yang dibilang memang hebat. Sayang untuk stadion tak semua layak. Bahkan ada beberapa yang dikategorikan paling parah. Sebut saja stadion Andi Matalatta di Makassar. Hasilnya, cuma ada satu stadion yang layak yaitu, GBK!
Dari kenyataan di atas awalnya saya sempat menampik. Masa sih? Bukannya ada yang berkualitas selain Gelora Jakabaring dan Palaran?
Lalu saya berpikir sepertinya semua fasilitas yang mendukung memang ada di GBK. Fasilitas itu bukan hanya tribun tetapi juga menyangkut tingkat keamanan dan semua fasilitas di kamar ganti. Ya buat apa stadion berkapasitas besar tetapi hal seperti itu tidak ada. Apalagi rumput. Saya sempat kecewa dengan stadion si Jalak Harupat yang menurut saya bagus dari infrastruktur tetapi rumputnya malah mengecewakan. Mengenai tribun masih ingat kasus meninggalnya suporter Persik di dalam stadion atau jatuhnya suporter Persib ketika di stadion Singaperbangsa karena pagarnya amblas dan juga terjepit hingga jatuh di si Jalak Harupat? Hal-hal itu yang terkadang tidak diperhatikan oleh insan-insan sepakbola kita. Cuma demi memenuhi isi stadion dan menyalurkan kefanatikan hal yang berhubungan dengan nyawa dipertaruhkan. Dan memang faktor keamanan di GBK-lah yang membuat ia yang paling layak dan satu-satunya paling layak!
Sebenarnya saya sempat sedih kalau memang hanya GBK yang layak. Jadi, untuk LCA 2011 semua tim harus bertanding di GBK bahkan untuk tim yang jauh dari Papua sekalipun. Seharusnya ini menjadi titik utama perhatian para insan sepakbola. Setidaknya masih ada waktu untuk berbenah!
Diposting oleh jagurdermuluk di 07.33 0 komentar
Sabtu, 15 Mei 2010
Antara Liga Super Indonesia dan Super League Malaysia
Dalam beberapa tahun terakhir ini seringkali kita berkonflik dengan negara tetangga kita yang katanya serumpun apalagi kalau bukan Malaysia (baca: Malingsia). Konflik itu terjadi disebabkan perilaku negara tersebut yang memang sombong sekali terhadap negara ini dan contoh nyatanya adalah perlakuan yang tidak semena-mena terhadap TKI atau malah klaim wilayah dan kebudayaan. Tentu saja konflik-konflik seperti itu sering terbawa dalam ranah olahraga sebut saja di bulutangkis atau sepakbola. Nah, di sepakbola kita masih bisa berbangga terhadap tim nasional kita baik itu di sepakbola konvensional atau di futsal untuk mengalahkan kesombongan negara tersebut. Contoh paling gres tentu keberhasilan timnas futsal menggasak negara tersebut 5-0 pada waktu di piala AFF lalu. Memang harus diakui bahwa kualitas permainan timnas kita masih jauh lebih baik daripada Malaysia yang memang selalu sulit mengalahkan kita.
Lalu bagaimana dengan liga sepakbola kedua negara?
Nah, kalau untuk liga sepakbola kita sendiri tentu kita sudah tahu bagaimana keadaannya. Tentu yang selalu diberitakan negatif walau sekarang ini sudah muncul positifnya. Tetapi, agaknya sulit memang melepas paradigma negatif tersebut. Namun jika kita melihat pada negara tetangga yang suka merampok, keadaan liga sepakbola di sana yaitu Super League Malaysia atau Liga Super Malaysia (mirip namanya dengan di Indonesia yang juga memakai Liga Super) berkebalikan dengan yang ada di tanah air. Suasana profesional mulai terasa dalam kompetisi yang dimulai sejak 2004 menggantikan M-League (Malaysian League) itu. Setiap klub hampir dipastikan mandiri dengan tidak berketergantungan terhadap anggaran daerah dan setiap klub mempunyai sponsor sendiri untuk menghidupi diri mereka sendiri. Stadion-stadion yang dibangun dan ada memang cukup representatif dan modern dan juga lebih mengedepankan keamanan penonton di tribun. Ini tentu beda dengan keadaan di tanah air yang stadion-stadionnya banyak yang amburadul sehingga mengakibatkan gesekan dan akhirnya jatuh korban. Selain itu, kerusuhan sepertinya sudah menjadi barang langka dan terlihat memang semangat kefederasian yang dimiliki tidak sefanatik di Indonesia. Sebab bila melakukan tindakan seperti itu otomatis yang akan menanggung pihak klub dan akibatnya kerugian yang ada. Beda dengan Indonesia kalau sudah kena sanksi atau denda tetap saja kerusuhan ada.
Suasana-suasana seperti itu yang kemudian membuat Super League Malaysia banyak didatangi para pemain asing yang boleh dikatakan amat berkualitas walaupun mirip di Indonesia melihatnya tidak langsung dari tempat asal tetapi melalui agen pemain. Super League Malaysia bahkan ketika masih bernama M-League malah sempat muncul dalam game FIFA buatan EA Sports. Tentu saja untuk masuk dalam game seperti itu berarti liga tersebut cukup baik representasinya.
Namun dalam beberapa tahun terakhir ini memang reputasi Super League Malaysia memang merosot tajam bahkan malah kalah oleh Liga Super Indonesia dalam hal rangking liga AFC. Perlu diketahui peringkat MSL berada di posisi 19 sedangkan LSI di posisi 8. Gradenya pun berbeda pula d dan b. Hal ini dikarenakan tidak semaraknya liga tersebut karena tidak adanya pemain asing yang sudah mulai dilarang bermain sejak 2009 dengan alasan untuk lebih mengembangkan pemain lokal. Hal ini juga dilakukan melihat prestasi timnas Malaysia yang semakin terpuruk usai penampilan yang memalukan pada piala Asia 2007. Sedangkan LSI malah semakin semarak dengan tetap adanya pemain asing khususnya dari benua asia dan limpahan penonton yang fanatik tetapi tidak sebanding dengan kapasitas stadion. Namun, walau tak semarak kebijakan itu akhirnya berbuah manis juga karena timnas jiran berhasil juara SEA Games di Laos sedangkan kita malah tersingkir oleh tim dari antah-berantah, Laos.
Diposting oleh jagurdermuluk di 09.51 2 komentar
Label: sepakbola serumpun
Teroris Sepakbola Indonesia
Diposting oleh jagurdermuluk di 06.17 0 komentar
Jumat, 14 Mei 2010
J-LEAGUE (Antara profesional dan liga Indonesia)
Setiap penggila bola pasti sudah tahu dengan kata ini. Tentu saja pikiran kita akan langsung melayang ke sebuah liga sepakbola di negeri sakura, Jepang. Ya J-League atau dalam bahasa Indonesianya Liga Jepang adalah sebuah kompetisi profesi0nal dan juga kelas wahid baik di Jepang dan juga di Asia. Tak percaya? coba saja buka situs AFC atau tentang profil AFC di wikipedia. Dalam tabel itu J-League berada di posisi paling atas disusul kemudian oleh K-League atau Liga Korea. Sudah begitu di tataran liga-liga dunia menurut IFFHS J-League termasuk salah liga 10 besar terbaik dunia dan menduduki peringkat 9.
Diposting oleh jagurdermuluk di 18.47 0 komentar