BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Tampilkan postingan dengan label Liga Super Indonesia 2010/2011. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liga Super Indonesia 2010/2011. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 April 2011

Menanti Tim-tim Kalimantan Juara LSI

Sudah bukan rahasia lagi sepanjang sejarah sepakbola Indonesia tim-tim asal pulau Jawa selalu mendominasi. Hal yang demikian disebabkan sejarah sepakbola yang lebih dahulu muncul di pulau paling padat se-Indonesia tersebut pada zaman kolonial. Namun belakangan ini, dominasi tim-tim dari pulau Jawa agak mulai sedikit tergeser seiring munculnya beberapa kekuatan baru.

Adalah Sriwijaya FC dan Persipura. Dua nama yang belakangan begitu menghangat dan menjadi kiblat baru sepakbola Indonesia yang lebih mengandalkan kecepatan dan umpan-umpan pendek. Kedua-duanya berasal dari dua pulau yang berbeda. Yang satu dari Sumatera dan satu lagi dari Papua. Pertemuan kedua tim akan selalu menjadi sesuatu yang seru sejak 2008.

Dalam sejarah sepakbola Indonesia selain pulau Sumatera dan Papua pulau Sulawesi juga punya pernah menorehkan prestasi ketika liga Indonesia mulai digelar sejak 1994 dan kemudian dikonversikan ke Liga Super pada 2008. Dialah PSM Makassar yang pernah juara pada 2000.

Tentu saja sebuah pertanyaan muncul jika Sumatera, Sulawesi, dan Papua pernah memunculkan juara untuk mengimbangi dominasi Jawa bagaimanakah dengan pulau besar lainnya, Kalimantan?

Semua orang pasti lupa dan terkadang melewatkan eksistensi tim-tim asal Kalimantan yang sudah malang-melintang di pentas sepakbola Indonesia semenjak beberapa provinsi di pulau itu menyatakan bergabung dengan Indonesia pasca kemerdekaan. Beberapa tim Kalimantan yang sedang eksis di sepakbola Indonesia antara lain Bontang FC, Persisam Putra, Persiba Balikpapan, Barito Putra, Persepar Palangkaraya, Persipon Pontianak, Persiko Kotabaru, dan Mitra Kutai Kartanegara. Tim-tim ini tidak semuanya berlaga di level yang sama terutama di Liga Super. Hanya tiga tim yang disebut lebih awal beruntung bisa bertarung di Liga Super. Dan tulisan ini hanya akan membahas tim-tim Kalimantan dari masa bergulirnya Liga Indonesia sampai pengkorversiannya ke Liga Super.

Di Liga Super musim ini tercatat ada 3 tim asal Kalimantan yaitu, Bontang FC, Persisam Putra, dan Persiba Balikpapan. Ketiga-tiganya berasal dari satu provinsi, Kalimantan Timur dan jarak domisili ketiganya dikatakan begitu dekat. Keberadaan ketiganya juga merupakan representasi dari Kalimantan Timur sebagai provinsi termaju di Kalimantan.

Ketiga tim tersebut diketahui mempunyai beberapa infrastruktur yang canggih baik sudah atau sedang dibangun. Hanya saja hal yang demikian tidak berimbas pada penampilan ketiganya yang terkesan tidak stabil. Seringkali untuk urusan bursa juara ketiga tim ini pasti dilewatkan.

Dari ketiganya yang paling sering mendobrak sampai ke papan atas adalah Bontang FC. Tim yang dahulunya bernama PKT Bontang ini sempat mencicipi final Liga Indonesia ketika Liga masih memakai sistem dua wilayah. Sayang, Bontang FC kalah dari PSM 3-2. Pada masa sekarang-sekarang ini Bontang FC malah krisis sampai posisi ke-15 yang termasuk zona play-off.

Persiba Balikpapan adalah satu-satunya tim asal Kalimantan yang tampil mengejutkan musim lalu dengan mampu nangkring di posisi ke-3 pada akhir musim. Sayang, di musim ini malah terseok-seok. Begitu juga dengan Persisam. Sempat ke posisi atas tetapi terlempar ke posisi ke-5.

Hal-hal yang demikian yang akhirnya membuat banyak orang untuk memandang sebelah mata tim-tim Kalimantan dan tim-tim ini hanya berstatus kuda hitam.

Tentu semua berharap setidaknya ada satu tim asal Kalimantan yang mampu berbicara dan juara di LSI dan semua juga penasaran mengapa hanya tim-tim dari Borneo saja yang belum pernah mencicipinya?

Harapan-harapan tentu akan terus ada. Hanya saja harapan-harapan yang demikian tentu harus dibayar dengan realita yang ada.

Jumat, 01 April 2011

Welcome Back, Super Along!

Judul di atas rasanya tidak terlalu berlebihan. Ya Mohamed Noh Alam Shah atau lebih populer disebut dengan Noh Alam Shah kembali untuk bisa membuktikan ketajamannya. Itulah yang ia perlihatkan kala memperkuat timnya, Arema FC menghadapi Persib dalam lanjutan  Liga Super Indonesia musim 2010/2011 tadi sore di Kanjuruhan, Malang.

Dua golnya ke gawang Persib yang dikawal oleh Markus Horison pada menit ke-41 dan 82 seakan-akan menjadi semacam pembuktian untuk dirinya yang telah lama mandul. Pada musim keduanya di Arema Along-panggilan akrab Noh Alam Shah hanya mampu menjebol sebanyak 3 kali. Tentu ini kontras dengan penampilan pertamanya di Arema musim lalu yang mampu mengemas 17 gol.

Kemandulan Along bisa jadi disebabkan beberapa faktor. Faktor yang pertama jelas adalah berubahnya status Along menjadi kapten tim usai Pierre Njanka pindah ke Liga Primer Indonesia memperkuat Aceh United. Peran ini jelas menuntut Along untuk tampil dewasa dan tidak emosian seperti yang sebelum-sebelumnya ia tunjukkan seperti pada musim lalu.

Yang kedua jelas perannya tidak lagi seperti seorang petarung sungguhan di lapangan yang siap menunggu bola di depan untuk dijebol ke gawang namun ia juga harus turun membantu pertahanan dan menjadi semacam striker pelapis atau pengumpan.

Tentu saja performa yang demikian jelas agak mengecewakan para penggemar Along yang merindukan tendangan sepeda kala menghadapi Persema di musim lalu. Apalagi menurunnya performa juga disebabkan masalah teknis seperti gaji dan tersiar bahwa Along adalah salah satu pemain yang hendak hengkang dari Arema akibat gaji yang tersendat serta ia menolak untuk main.

Namun apa yang ia lakukan tadi sore seperti sebuah obat kerinduan bagi para penggemar dirinya dan juga Aremania. Yang jelas dua golnya cukup membawa Arema menembus 4 besar dan harapan Arema untuk bisa bersaing di bursa juara serta mempertahankan gelar juara masih terbuka lebar.

Rabu, 16 Maret 2011

Menang-Kalah-Menang: Review klub-klub Indonesia di Pertandingan Kedua Asia

Hari ini memunculkan dua perasaan. Kecewa dan senang. Dua perasaan itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang menulis blog ini melainkan ada kaitannya dengan performa klub-klub asal Indonesia yang sedang berlaga di Asia. Tentu menjadi sebuah kebanggaan dalam satu hari disiarkan dua siaran langsung pertandingan dari dua ajang antarklub yang berlaku di Asia namun beda kasta. Yang satu adalah AFC Champions League atau ACL. Yang satunya lagi adalah ajang AFC Cup atau Piala AFC. Dilihat dari segi prestisiusnya, ACL-lah yang mengandung sifat tersebut.

Rabu sore tadi boleh dibilang kita bisa menyaksikan langsung secara gratis penampilan klub-klub negeri ini dalam meladeni klub-klub dari negara lain dalam satu benua. Adalah Arema Indonesia dan Persipura yang mendapat kesempatan tersebut. Arema sebagai juara Liga Super musim kemarin memang mendapat kehormatan untuk bisa tampil di ajang seprestisius ACL sedangkan Persipura yang hanya sebagai runner-up cuma mendapat jatah berlaga di ajang kelas duanya Asia.

Tentu saja perhatian saya lebih ditujukan kepada Arema yang akan menjamu wakil Korea Selatan, Jeonbuk Motors. Sebelum pertandingan saya berharap dan yakin Arema bisa menang mengingat mereka main di kandang sendiri di Kanjuruhan dan juga dua minggu sebelumnya mereka mampu mengimbangi permainan klub asal Jepang, Cerezo Osaka meski kalah di Osaka. Apalagi beberapa jam sebelum pertandingan saya melihat berita bahwa wakil Indonesia lainnya dan juga sama-sama berjuang di piala AFC, Sriwijaya FC menang tipis 2-1 atas TSW Pegasus di Hongkong. Adalah gol dari Keith Jerome Gumbs serta Claudiano "Diano" Alves yang membuat laskar Wong Kito bisa unggul atas lawannya.

Namun, ada kabar tidak sedap menjelang pertandingan Arema versus Jeonbuk ini. Permasalahan internal klasik seperti gaji mengganggu persiapan tim. Permasalahan ini sudah muncul dua minggu yang lalu usai tim pulang dari Osaka dan hendak ke Jayapura. Akibat manajemen ingkar janji para pemain mogok sehingga persiapan tim untuk melawan Persipura terganggu. Dengan keadaan yang demikian menjadi wajar Arema dihajar Persipura 6-1. Permasalahan yang demikian belum juga usai hingga akhirnya manajemen turun tangan dengan memberikan materai perjanjian pembayaran gaji. Terlihat masalah sepertinya selesai namun pada kenyataannya belum.

Sempat diganggu isu pemogokan pemain, Arema akhirnya melakoni juga laga keduanya. Saya berpikir mereka bagaimanapun harus tetap profesional. Namun profesional tinggal profesional kalau urusan perut belum dituntaskan. Arema pun main dengan loyo dan tanpa semangat meskipun didukung Aremania. Bermain dengan cara seperti itu pada akhirnya membuat mereka kebobolan dan babak pertama berakhir 1-0 untuk tim tamu.

Babak kedua permainan Arema perlahan mulai berubah. Disinyalir perubahan dikarenakan adanya pembayaran saweran dari suporter setia mereka, Aremania. Beberapa kali tim asal Malang ini menciptakan peluang dan berharap bisa memenangkan pertandingan. Sayang, para pemain Arema tidak menyadari kelemahan fisik yang mulai menghinggapi dan akhirnya 3 gol tambahan mulai bersarang kembali di gawang Kurnia Meiga dari pertengahan hingga akhir babak kedua. Saya yang melihat justru kecewa berat. Arema yang saya lihat bagus di Osaka malah melempem di kandang sendiri.

Karena kecewa saya berusaha mengganti ke saluran lain yang menyiarkan juga pertandingan antara Persipura versus East Bengal. Tadinya saya sempat kecewa juga karena pertandingan diundur satu jam akibat hujan namun kekecewaan saya sempat terbalas begitu pertandingan bisa dimainkan dan Persipura bermain ciamik. Tim Mutiara Hitam tanpa ampun membantai tamunya dari India dengan skor 4-1 lewat gol Titus Bonay, Boaz Solossa, Stevie Bonsapia, dan Lukas Mandowen. Yah, penampilan ciamik Persipura setidaknya mengobati kekecewaan karena melihat Arema.

Lalu dari hasil-hasil yang didapat wakil-wakil Indonesia di Asia saya berpendapat bahwa tim-tim Indonesia mungkin lebih baik dan bagus tampil di Piala AFC sebab kontestan-kontestan yang bertarung di dalamnya mempunyai kekuatan yang di bawah atau setara sedangkan di ACL terlihat mustahil mengingat para kontestan didominasi oleh kekuatan-kekuatan utama sepakbola Asia. Piala AFC meskipun sifatnya kelas dua tetapi bisa menjadi ajang pembelajaran sebelum melangkah ke ajang yang lebih prestisius.

Sabtu, 05 Maret 2011

Budak Malay Bawa Menang Pelita

Keinginan Safee Sali sepertinya tidak sia-sia. Usai bisa memperkuat salah satu klub di Indonesia, Pelita Jaya demi mengasah karirnya ia juga mencetak gol perdananya dalam debutnya yang cukup mengagumkan di putaran kedua Liga Super Indonesia musim ini. Dalam pertandingan membela Pelita melawan Sriwijaya sore tadi di Karawang, pemain bernama lengkap Mohammad Safee bin Mohammad Sali  ini langsung dipasang sebagai starter di lini depan.


Hasilnya cukup terlihat. Berulang kali pemain bertubuh gempal ini melakukan beberapa ancaman melalui sundulan dan akselerasi. Sayang, belum menemui sasaran. Barulah di menit ke-62 babak kedua akhirnya mantan pemain Selangor FC itu bisa juga menjebol gawang Sriwijaya yang dikawal Ferry Rotinsulu setelah menerima bola rebound dari bek SFC, Bobby Satria yang dalam pertandingan tadi tampak kewalahan menjaga pergerakan topskor piala AFF ini.

Gol tunggal si budak Malay pada akhirnya membawa kemenangan tipis 1-0 Pelita atas tamunya dan membuat Pelita untuk sementara berada di posisi ke-13.

Rabu, 02 Maret 2011

Welkom van Beukering!

Entah benar atau tidak seperti yang dilansir oleh banyak situs seperti radio nederland wereldomroep salah satu pemain Belanda keturunan Indonesia dan juga calon naturalisasi, Jhonny van Beukering bergabung dengan salah satu klub di Indonesia, Pelita Jaya tanpa disebutkan berapa nilai kontraknya.

Usai putus kontrak dengan salah klub elit Belanda, Feyenoord, van Beukering memutuskan untuk coba berkarir di Indonesia sekaligus memantapkan niatnya untuk menjadi pemain timnas Indonesia. Ia sendiri tidak ambil pusing dengan permainan keras di Indonesia karena sudah terbiasa menghadapinya. Di Pelita dikabarkan ia dikontrak 3 tahun.

Tentu saja bagi Pelita ini sebuah keberuntungan setelah sebelumnya berhasil mendatangkan striker asal Malaysia, Safee Sali. Apalagi van Beukering benar-benar menyatakan niatnya untuk bisa mengangkat Pelita dari jurang degradasi.

Apa pun itu, Welkom van Beukering!

Seri dan Kalah: Pemandangan 3 klub Indonesia di Partai Pertama Ajang Asia

Kalah namun permainan cukup lumayan. Itulah yang ditunjukkan oleh Arema FC pada AFC Champions League 2011 ketika melawan Cerezo Osaka. Di luar dugaan, Arema yang bakal menjadi bulan-bulanan tim asal Jepang itu malah menampilkan permainan yang bisa mengimbangi Cerezo. Meski kalah skill dan kualitas tetapi tidak ada kata untuk Arema menyerah meski tertinggal lebih dahulu sebelum bisa menyamakan lewat 12 pas oleh Noh Alam Shah namun karena lengah tertinggal lagi.
acl2011_cerezo_arema_action_3x2

Itu hanya gambaran tentang nasib tim asal Indonesia seperti Arema yang menjadi satu-satunya wakil negeri ini di AFC Champions League, kompetisi nomor satu di Asia. Lalu bagaimana dengan Sriwijaya dan Persipura?
Kedua klub tersebut bersaing di kompetisi di bawahnya, piala AFC. Ajang ini sebenarnya adalah ajang yang boleh dikatakan hampir kekuatan semua klubnya merata dan setara dan tentu saja keikutsertaan wakil-wakil Indonesia di sini lebih diharapkan daripada di ajang di atasnya.

Hanya kesialan menimpa Sriwijaya. Bermain di kandang sendiri malah harus tertahan saat melawan VB Sports yang kekuatannya di bawah klub asal Palembang tersebut sedangkan Persipura cukup beruntung bisa menahan imbang klub kuat asal Hongkong, South China di kandangnya. Dalam pertandingan itu Persipura unggul terlebih dahulu lewat Boaz Solossa sebelum disamakan penyerang tuan rumah, Siu Ki Chan.

Kelihatannya tidak buruk terutama untuk Arema yang mampu berjuang sekuat tenaga untuk berusaha tidak dijadikan bulan-bulanan. Namun, amat disayangkan saja Sriwijaya gagal memetik poin di kandang sedangkan Persipura bagi mereka itu sudah cukup. Tentu saja kita berharap semoga ketiga klub ini mampu berbicara lagi di partai-partai berikutnya tentunya dengan kemenangan.

Selasa, 08 Februari 2011

Safee Sali ke Pelita Jaya

Akhirnya tergapai sudah keinginan Safee Sali, striker asal Malaysia untuk bermain di Indonesia. Adalah Pelita Jaya Karawang yang beruntung mendapatkan tandatangan pemain gempal berusia 27 tahun tersebut pada selasa kemarin.
Mohd Safee Sali - Malaysia (WSG/affsuzukicup.com)

Sempat disebut-sebut akan merapat ke Persib, striker yang mencetak 3 gol dalam partai final piala AFF melawan Indonesia ini mengungkapkan alasannya memilih Pelita yang disebutnya mempunyai masa depan yang lebih baik dan juga karena para petinggi Selangor FA, tempat dahulu klubnya bernaung juga mengatakan bahwa gaya Pelita lebih sesuai dengan gaya bermain Safee.

Safee Sali memang menjadi pembicaraan usai final piala AFF. Bukan karena 3 golnya saja yang membantu Malaysia juara akan tetapi banyak klub yang menginginkan dirinya. Tak hanya di Indonesia namun juga di Vietnam. Akan tetapi Safee lebih menginginkan bermain di Indonesia dan PSPS Pekanbaru disebut-sebut sebagai klub pertama yang mengajukan penawaran serius sebelum akhirnya Persib dan kemudian Pelita yang muncul di akhir-akhir.


Keinginan Safee bermain di Indonesia bukannya tidak mendapat halangan. FAM sebagai organisasi induk sepakbola Malaysia sendiri melarang para pemain Malaysia bermain di luar negeri demikian juga keluarga sang pemain yang melarang Safee bermain di Indonesia karena alasan keamanan akibat perseteruan dua negara belakangan ini. Namun, Safee bersikeras bermain di luar Malaysia terutama Indonesia karena ingin mencari tantangan baru. Ia pun berharap setiap suporter di Indonesia bisa menerima dirinya.

Di Pelita nanti Safee akan bernomor punggung 10. Ia sendiri baru akan ke Jakarta pada 14 Februari dan bermain 7 Maret. Topskor piala AFF ini dikontrak setahun hingga Desember 2011 dan menjadi pemain Malaysia pertama yang bermain di Indonesia.

Minggu, 31 Oktober 2010

Derby Indonesia: Ketika ABG beraksi

Untuk kesekian kalinya, Persija Jakarta kembali menunjukkan taringnya di SUGBK. Kali ini tak tanggung-tanggung yang menjadi korban adalah rival abadi sekaligus musuh bebuyutan, Persib Bandung dalam sebuah duel bertajuk "Derby Indonesia" dengan tiga gol tanpa balas. Masing-masing gol tersebut diciptakan oleh Greg Nwokolo, pemain yang sempat memperkuat Persija pada 2008 di menit ke-52 memanfaatkan umpan rekannya di barisan depan, Bambang Pamungkas. Tentu saja gol itu disambut oleh ribuan lebih the Jak Mania yang terlihat hampir memenuhi SUGBK. Permainan tetap berjalan tersebut usai gol pertama tersebut dengan Persib berusaha menyamakan kedudukan. Sayangnya, usaha mereka harus dibayar mahal ketika Aliyuddin kembali memperbesar keunggulan Persija beberapa menit setelah gol pertama dan gol terakhir Persija digenapkan oleh sang ikon, Bambang Pamungkas. 

Semua gol yang tercipta terjadi di babak kedua dengan pencetak gol adalah trio ABG, (Aliyuddin, Bambang, Greg). Trio ini seperti terlahir kembali pada pertandingan tersebut dan mengingatkan kembali akan trio yang sama dua tahun yang lalu. Trio itu sendiri seolah-olah seperti terlihat perkasa karena lini tengah Persija yang cukup solid dan kebanyakan dikomandoi para eksodus Sriwijaya FC. Meskipun demikian Persib juga tak kalah solid sebenarnya. Lini tengah yang digalang kapten timnas Singapura, Shahril Ishak cukup merepotkan pertahanan Persija di sektor sayap kanan pada awal-awal babak pertama. Sayang, lini depan yang dihuni oleh Pablo Frances dan striker naturalisasi Indonesia asal Uruguay, Christian Gonzales kelihatan tak mampu berbuat banyak di hadapan lini belakang Persija yang berada dalam kendali Eric Arsene Bayemi.

Kekalahan ini jelas sekali lagi membuat Persib harus mengubur dalam-dalam keinginan mereka mengalahkan Persija di kandangnya sendiri yang belum bisa mereka lakukan sejak Liga (Super) Indonesia bergulir pada 1994.

Jumat, 29 Oktober 2010

Derby Indonesia: Pentas dua tim terluka

Sabtu (30/10) pukul setengah 4 sore esok sebuah partai bertajuk super big-match akan tersaji di SUGBK, Jakarta. Partai ini bukan hanya sekedar bertajuk super big-match namun lebih dari segalanya sehingga pantaslah kalau ia lebih juga disebut sebagai "Derby Indonesia". Ya, Persija vs Persib adalah partai tersebut.

Gengsi, harga diri semuanya dipertaruhkan di sini. Itulah yang pasti tertanam pada setiap punggawa yang akan melakoni pertandingan. Persija tentu tidak mau kalah dari Persib begitupula Persib. Hal itu sesuai dengan ungkapan kedua tim yang menyatakan kedua tim boleh saja kalah dari tim manapun asalkan jangan dari kedua-duanya. Pada partai ini tentu semua yang namanya persahabatan seketika akan berubah menjadi permusuhan di lapangan. Sudah pasti perseteruan akan terjadi demi membela panji masing-masing meskipun yang berseteru adalah kawan di tim nasional atau juga kawan ketika merintis karier awal di sepakbola.

Partai ini memang lebih dari sekedar partai. Selain banyak bintang yang tentunya berlabel tim nasional (Indonesia, Singapura) di kedua tim, gengsi antara kedua kota, Jakarta dan Bandung tentu juga akan menjadi perhatian. Selain itu kefanatikan kedua suporter yang membuat partai ini tambah panas sehingga diperlukan pengamanan ekstra dari aparat keamanan.

Dalam sejarahnya kedua tim sudah sering bertemu di Perserikatan dan juga ajang Liga Indonesia. Di ajang Liga Indonesia sendiri kedua-duanya sudah bertemu sebanyak 14 kali dengan Persija memegang rekor kemenangan. Kemenangan Persija itu kebanyakan diraih di kandang namun ada juga satu kemenangan di kandang lawan yaitu pada 2008. Sedangkan Persib sebaliknya hanya bisa menang di kandang sendiri dan belum sekalipun menang di Jakarta.

Dalam duel kali ini Persib tentu berharap bisa meraih kemenangan di Jakarta sekalipun harus ada beberapa pilar yang absen. Sedangkan Persija berharap striker baru mereka asal Singapura, Agu Casmir dapat dimainkan. Tentunya kedua tim sama-sama mengincar kemenangan  usai masing-masing dikalahkan lawannya dalam pertandingan sebelumnya. Persija oleh Semen Padang dan Persib oleh PSM. 

Pertandingan sendiri diramalkan tetap akan berjalan seru tentunya semua juga berharap kelancaran dengan tidak adanya keributan baik di dalam maupun di luar lapangan.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Salut pada Arema dan Persib!

Jika berbicara mengenai Liga Super Indonesia, ada dua klub yang harus diberi ucapan salut dan dibanggakan. Keadaan tersebut tentu tidak hanya berkaitan dengan prestasi semata, tetapi bagaimana mereka bisa mengelola manajemen klub yang benar-benar profesional dan akhirnya mandiri.

Sebut saja Arema dan Persib. Dua klub kebanggaan Malang dan Bandung, dua kota yang sama-sama berada di dataran tinggi dan berhawa sejuk. Sama-sama berkostum keramat biru dan sama-sama mempunyai kelompok pendukung yang fanatik, Aremania dan Viking.

Belakangan ini kedua klub tersebut seperti menunjukkan jati diri mereka sebagai klub sepakbola Indonesia yang profesional alias lepas dari APBD dan tidak seperti klub-klub Indonesia lainnya. Bahkan boleh dikatakan kedua-duanya adalah panutan.

Kemandirian Arema sebenarnya sudah dimulai sejak berdiri pada 1987. Klub ini memang berprinsip tidak mau tergantung pada APBD dan sudah menyatakan diri sebagai klub yang profesional dengan mencontoh klub-klub di luar negeri. Namun, usaha untuk menuju mandiri memang tidak semudah yang diharapkan. Dalam perjalanannya, Arema sering sekali terbentur dana. Sempat didanai Bentoel sebagai sponsor utama antara kurun waktu 2003-2007, Arema setelah itu selalu mengalami kesulitan untuk menyambung hidup. Beberapa gerakan pun dilakukan untuk menyelamatkan Arema yang merupakan identitas Malang yang sebenarnya seperti yang dilakukan Flexi dan beberapa sponsor lokal di Malang. Hasil yang didapatkan memang tidak seberapa namun itu sudah cukup untuk mengarungi kompetisi satu musim penuh pada 2009 kemarin. Pada awal musim ini Arema diberitakan mengalami kesulitan keuangan kembali dan harus mencari sponsor. Beruntunglah ada yang mau mensponsori Arema yaitu, Ijen Nirwana Residence, perusahaan properti milik Bakrie. Nilai kontrak yang ditawarkan adalah 4,5 miliar untuk semusim penuh dan musim selanjutnya. Akan tetapi, Arema tetap harus mencari sponsor lain untuk pendamping.

Sedangkan Persib memulai kemandirian pada 2009. Sebelumnya, klub kota Kembang ini memang tergantung sekali pada APBD. Ketika APBD dilarang dan Persib mulai mengalami kesulitan, Dada Rosada, walikota Bandung mulai membicarakan masa depan Persib dengan beberapa tokoh. Dari pembicaraan itu dibentuklah sebuah perusahaan yang akan menaungi Persib yaitu PT Persib Bandung Bermartabat dengan ketuanya adalah Umuh Muchtar. Sejak saat itu Persib mulai mencari dana sendiri dengan mencari beberapa sponsor yang kemudian berhasil didapatkan. Tentunya pemerintah provinsi Jawa Barat juga ikut campur dalam hal ini. Beberapa sponsor yang berhasil didapatkan adalah Honda, Yomart, Corsa, dan sebagainya. Kebanyakan mau mensponsori Persib karena Persib adalah aset sejati Bandung dan Jawa Barat. Sejak saat itu keberadaan APBD di Persib sudah sedikt dan boleh dikatakan sudah tidak ada lagi.

Menilik contoh-contoh di atas ada baiknya klub-klub di Indonesia mau mencontoh Arema dan Persib yang sudah mapan dengan kemandirian dan profesionalitasnya. Pada masa sekarang sepakbola sudah sepatutnya berdiri sendiri lepas dari unsur-unsur politik.

Rabu, 06 Oktober 2010

Gol Debut Amri!

Tak perlu waktu lebih dari sehari bagi seorang Khairul Amri untuk bisa menyesuaikan diri di atmosfer Liga Super Indonesia musim ini. Hal itu pun terbukti ketika ia berhasil membuat gol spektakuler untuk klubnya saat ini, Persiba dalam lanjutan Liga Super Indonesia sore tadi menghadapi Pelita di Balikpapan. Gol itu sendiri terjadi pada menit 71 melalui tumit sang pemain.

Sebelumnya di awal-awal babak kedua, striker timnas Singapura tandem dari Noh Alam Shah tersebut berhasil memberikan kontribusi untuk Persiba dengan dijatuhkan oleh seorang pemain Pelita, Ardan Aras di kotak terlarang. Penalti itu pun sukses dieksekusi oleh Robertino Pugliara.

Tandem Amri di Persiba, Aldo Baretto juga berhasil membuat gol pada menit ke-85 melalui sundulan kepala. Gol tersebut menjawab kehausan sang topskor LSI musim lalu ini dikarenakan tidak mencetak gol selama dua pertandingan tandang Persiba.

Namun yang patut diberikan jempolan adalah Amri sendiri dalam pertandingan tersebut. Sempat sulit berkembang dan beradaptasi di babak pertama dan tidak padu dengan Aldo Baretto, pemain Singapura ini akhirnya menjawab dengan gol debutnya.

Setidaknya salah satu gol yang dibuatnya menegaskan bahwa pembelian pemain ini tidaklah salah dan membuat lega sementara sang pelatih, Junaedi karena bisa memberikan kemenangan di kandang. Kini duet Amri-Baretto dinantikan untuk bisa beraksi kembali melawan Persib pada 16 Oktober nanti.

Senin, 04 Oktober 2010

Satu Gol Irfan!

Pertandingan antara Persisam dan Persema dalam lanjutan LSI 2010/2011 minggu (3/10) kemarin memang menjadikan kemenangan untuk tuan rumah meskipun dengan skor tipis 3-2. Namun, dari semua gol yang tercipta nampaknya ada satu nama yang bisa dikatakan mulai menunjukkan taring sebenarnya.

Ya dialah Irfan Bachdim, pemain Belanda keturunan Indonesia dan salah satu calon pemain yang akan dinaturalisasi demi kepentingan timnas Indonesia.

Pada pertandingan malam itu Irfan lewat aksi dribbling-nya berhasil menjebol gawang Persisam yang dikawal oleh Wawan Hendrawan pada menit ke-52 usai menerima umpan serangan balik Mustofa Reza. Terlihat sekali dalam proses gol itu speed Irfan sebagai salah satu pemain yang dibesarkan di lingkungan Eropa yang tidak mampu ditandingi bek-bek Persisam. Gol dari Irfan itu sempat membuat Persema berbalik unggul 2-1 di babak kedua.

Meskipun kalah, gol itu setidaknya akan menegaskan seorang Irfan Bachdim yang bisa bermain di Indonesia dan juga bisa menjadi salah satu penggedor terbaik. Semoga saja dalam pertandingan-pertandingan berikutnya pemain ini mampu mencetak gol kembali sehingga Indonesia memang tidak ragu untuk menaturalisasinya.

Senin, 27 September 2010

Singaporeans Invasion Is Still Continouing

Bergabungnya Khairul Amri, striker asing asal Singapura ke Persiba di Liga Super Indonesia musim ini makin melengkapi legiun-legiun asing asal negeri singa tersebut yang sudah ada lebih dahulu seperti duo Arema, Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan, duo Persib Baihakki Khaizan dan Shahril Ishak serta pemain naturalisasi asal Nigeria, Precious Emuejeraye yang kini bermain di Persija. Kelima pemain tersebut adalah pemain-pemain timnas negeri singa yang kini menjadi kekuatan baru di Asia Tenggara karena prestasinya yang bisa menjuarai Piala AFF sebanyak 3 kali. Bahkan salah satu diantaranya adalah Noh Alam Shah, sang striker veteran yang pernah menjadi topskor Piala AFF 2007 dan ikon dari Asia Tenggara untuk saat ini.

Kehadiran pemain-pemain asal negeri pulau tersebut di Indonesia bukanlah hal baru mengingat pada era 80-an, Fandi Ahmad, legenda hidup Singapura dan sejawatnya, David Lee, pernah memperkuat Niac Mitra Surabaya (sekarang Mitra Kukar) di Galatama. Bahkan, Fandi karena kontribusinya diangkat menjadi warga kehormatan Surabaya.

Pada era 90-an pemain-pemain dari negeri singa tidak ada lagi di kompetisi negeri ini sampai akhirnya pada awal 2000-an, Ahmad Latiff Khamaruddin, striker muda Singapura bergabung dengan Persikabo. Kemudian pada 2005, pemain naturalisasi Singapura asal Nigeria, Agu Casmir bergabung ke Persija. Hanya saja ia membuat keputusan kontroversial dengan meninggalkan Persija diam-diam usai dikontrak demi bermain di Rusia. Ia pun terkena denda dari asosiasi sepakbola Singapura setelah mendengar keluhan dari pihak Persija. Dua tahun kemudian, pemain naturalisasi lainnya asal Nigeria, Itimi Dickson juga mencoba peruntungan di Indonesia kali ini ke rival Persija, Persitara.

Dibukanya peraturan tentang pemain Asia oleh PTLI sebagai penyelenggara Liga Super Indonesia sejak musim lalu makin membuka kesempatan para pemain dari Asia untuk mencoba peruntungan di negeri ini termasuk juga di dalamnya para pemain dari ASEAN. Hanya saja untuk ASEAN harus dari timnas negaranya. Singapura tercatat adalah negara ASEAN yang sampai saat ini getol mengirim para pemainnya berlaga di LSI yang kemudian disusul Thailand. 

Kebanyakan  tujuan sebenarnya para pemain Singapura yang bermain di Indonesia adalah untuk merasakan keriuhan dan kefanatikan suporter. Hal-hal seperti itu jarang mereka dapatkan di Singapura yang kebanyakan stadionnya kecil-kecil dan juga karena penduduknya sedikit. Selain itu mereka juga mencari tantangan.

Singaporeans Invasion atau Invasi Singapura sepertinya cocok untuk menggambarkan keadaan di atas. Kehadiran para pemain negeri Singa di republik ini juga seharusnya tak semata-mata untuk memeriahkan kompetisi saja tetapi juga memberikan contoh yang baik untuk berprestasi karena Singapura adalah raksasa Asia Tenggara untuk saat ini di samping Thailand. Namun, memang keberadaan salah satu dari mereka terkadang kontroversial dan tidak patut dijadikan contoh. Hal itulah yang melekat pada diri Noh Alam Shah.

Untuk musim-musim mendatang Singaporeans Invasion masih akan terus berlanjut seiring dengan kesuksesan dan cerita dari para legiun asing negeri Singa yang telah ada.

Minggu, 26 September 2010

Sriwijaya memang Pantas!

Hari ini kompetisi Liga Super Indonesia 2010/2011 dimulai. Sebanyak 5 pertandingan akan dilakoni 10 klub pada hari minggu ini sedangkan sisanya pada Selasa dan Rabu. Namun, dalam postingan kali ini saya tidak akan membahas mengenai hal tersebut tetapi membahas mengenai Community Shield kemarin (25/9) antara Arema FC dan Sriwijaya FC. Pertandingan antara dua juara kompetisi lokal itu akhirnya dimenangkan oleh Sriwijaya dengan skor tipis 2-1 dan menjadi gelar pertama bagi laskar wong kito untuk keikutsertaan kedua kalinya setelah musim lalu kalah oleh Persipura di ajang yang sama.

Pada pertandingan malam kemarin jelas Arema yang merupakan juara Liga Super musim lalu tidak terlihat tajinya sama sekali. Di bawah kendali pelatih baru asal Republik Ceska, Miroslav Janu, kekuatan Arema malah terlihat menurun dan tidak impresif. Bandingkan pada masa pelatih sebelumnya, Robert Rene Alberts yang kini melatih PSM. Duo Singapura yang menjadi andalan Arema di musim lalu, Noh Alam Shah dan Mohammad Ridhuan tidak terlihat kekuatan mereka yang sebenarnya. Alam Shah tidak terlihat kegarangannya di kotak penalti dan sesekali hanya bisa melepas tembakan jarak jauh begitu juga Ridhuan yang tidak terlihat overlapping dan kecepatan dari sayap untuk menggiring bola dan mengumpan. Selain itu Roman Chmelo yang ditugaskan menggantikan posisi Esteban Giulen yang cedera malah terlihat canggung dan tidak berkembang. Alhasil, Arema pun seperti mati kutu menghadapi Sriwijaya yang terlihat matang dan siap dari fisik, mental, dan strategi. 

Bahkan pada menit ke-27 Sriwijaya bisa unggul berkat kerjasama satu-dua antara Park Jung-Hwan dan Budi Sudarsono yang berhasil dilesakkan budigol-Panggilan Budi untuk menjebol gawang Arema yang dikawal Kurnia Meiga.

Meskipun Arema bisa menyamakan kedudukan lewat penalti kontroversial di menit ke-34 oleh kapten tim Pierre Njanka, namun itu tidak menghalangi Sriwijaya untuk tetap melaju membuat gol kembali. Hasilnya terlihat pada menit ke-43 lewat kesalahan barisan pertahanan yang digalang Njanka, Arema kecolongan lewat gol Keith Kayamba Gumbs. Di babak kedua penderitaan Arema semakin bertambah setelah Claudiano, pemain baru Sriwijaya asal Brasil berhasil mengoyak gawang Arema lewat tendangan bebasnya.

Dengan hasil yang demikian maka sepertinya terlihat Sriwijaya telah siap untuk mengarungi musim yang baru sedangkan Arema diragukan untuk bisa mempertahankan gelar.

Kamis, 23 September 2010

Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan: Ketika Mencoba Peruntungan di Tanah Leluhur

Liga Super Indonesia 2010/2011 yang akan bergulir minggu (26/9) nanti tentu sudah akan menyajikan wajah-wajah baru. Wajah-wajah baru itu tentu saja bukan tentang bergabungnya kapten timnas Singapura, Shahril Ishak ke Persib atau bergabungnya beberapa pemain lainnya ke klub baru masing-masing karena kontrak yang sudah habis. Namun yang dimaksud dengan wajah-wajah baru itu adalah Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan. Sepertinya pecinta sepakbola Indonesia sudah tidak asing dengan dua nama ini terutama Irfan Bachdim yang mulai dikenal namanya sekitar 5 tahun lalu ketika terpantau oleh timnas Indonesia yang sedang berlatih di Belanda. Ya, Irfan Bachdim adalah salah satu pemain Belanda namun berdarah Indonesia yang sempat mencicipi bermain di Utrecht FC. Badannya yang tidak terlalu tinggi namun dengan kecepatan yang mumpuni membuat dirinya disebut-sebut bisa memperkuat timnas yang kebetulan sedang mencari-cari pemain-pemain keturunan yang tersebar di Eropa demi mencari prestasi setelah sekian lama dalam keterpurukan.

Nama kedua adalah Kim Jeffrey Kurniawan, pemain Jerman juga berdarah Indonesia. Mulai disebut-sebut pada awal tahun ini sebagai bakat yang terus dipantau oleh PSSI. Meskipun hanya sempat bermain di divisi 3 Jerman namun itu tidak membuat Kim terus kehilangan pantauan. Di Indonesia sendiri kakeknya adalah mantan pemain Persija di tahun 50-an.

Kini keduanya mencoba sebuah peruntungan baru dengan mencicipi Liga Super dan bermain di Persema Malang atas bujukan sang pelatih Persema asal Jerman, Timo Scheunemann. Meskipun bergabungnya kedua pemain tersebut mendapat respon yang mengecewakan dari banyak pecinta sepakbola Indonesia yang menginginkan mereka tetap di Eropa agar kemampuan tetap terlatih bukan di negeri sendiri yang kompetisinya kata sebagian besar penggila bola amburadul. Apapun itu tetap saja mesti dihargai keinginan mereka yang mau mengetahui kompetisi sepakbola di tanah leluhur mereka dan rasanya juga ada yang akan tetap penasaran dengan kemampuan mereka menghadapi permainan di Liga Indonesia yang begitu keras dan melelahkan. Sebelumnya keduanya bersama-sama dengan pemain keturunan lain, Allessandro Trabucho pernah menunjukkan kebolehan sekaligus perkenalan mereka kepada publik sepakbola negeri ini di ajang pertandingan amal.

Rabu, 22 September 2010

Selamat Datang Liga Super 2010/2011

Pekan ini terutama di akhir pekan tepat tanggal 26 September kembali Liga Super Indonesia edisi ke-3 akan digelar. Pertandingan pertama musim 2010/2011 ini akan ditandai dengan pertandingan community shield antara Arema Indonesia (juara liga) dengan Sriwijaya FC (juara Piala Indonesia). Selain community shield juga akan digelar pertandingan-pertandingan lain di beberapa tempat.

Menjelang musim baru bergulir tentu saja menjadi tradisi tiap klub-klub yang berlaga untuk memperbarui amunisi mereka baik dari pemain dan pelatih. Maka transfer pemain dan pelatih pun dilakukan begitu juga dengan ujicoba untuk mengasah kesiapan mental demi kompetisi nomor satu di Indonesia dan nomor delapan di Asia ini.

Liga Super Indonesia edisi kali ini tetap berjumlah 18 klub dengan 3 pendatang baru yaitu, Semen Padang, Persibo Bojonegoro, dan Delta Sidoarjo. Ketiganya bersama-sama dengan penghuni LSI yang lama akan memainkan 306 pertandingan di 17 kota yang tersebar di 11 provinsi yang dimulai dari Sumatera Barat hingga Papua dengan PT Djarum tetap sebagai sponsor utama dan PTLI sebagai pelaksana.

Lepas dari itu semua tetap saja akan ada permasalahan klasik yang selalu melingkupi sebagian besar peserta mulai dari dana APBD, ketidaklayakan stadion, keterlambatan beberapa pemain asing karena masalah administrasi, gaji terlambat, masalah keuangan, suporter, dan intervensi pihak keamanan khususnya pertandingan di Jakarta. Selain itu masalah baru muncul dengan munculnya LPI sebagai kompetisi tandingan.
Meskipun begitu Liga Super Indonesia tetap akan digelar karena untuk menghormati kerja dengan PT Djarum dan juga untuk menyesuaikan waktu dengan agenda timnas menjelang Piala AFF 2010.
 
Akhir kata, selamat datang Liga Super Indonesia 2010/2011.