BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Rabu, 16 Maret 2011

Menang-Kalah-Menang: Review klub-klub Indonesia di Pertandingan Kedua Asia

Hari ini memunculkan dua perasaan. Kecewa dan senang. Dua perasaan itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang menulis blog ini melainkan ada kaitannya dengan performa klub-klub asal Indonesia yang sedang berlaga di Asia. Tentu menjadi sebuah kebanggaan dalam satu hari disiarkan dua siaran langsung pertandingan dari dua ajang antarklub yang berlaku di Asia namun beda kasta. Yang satu adalah AFC Champions League atau ACL. Yang satunya lagi adalah ajang AFC Cup atau Piala AFC. Dilihat dari segi prestisiusnya, ACL-lah yang mengandung sifat tersebut.

Rabu sore tadi boleh dibilang kita bisa menyaksikan langsung secara gratis penampilan klub-klub negeri ini dalam meladeni klub-klub dari negara lain dalam satu benua. Adalah Arema Indonesia dan Persipura yang mendapat kesempatan tersebut. Arema sebagai juara Liga Super musim kemarin memang mendapat kehormatan untuk bisa tampil di ajang seprestisius ACL sedangkan Persipura yang hanya sebagai runner-up cuma mendapat jatah berlaga di ajang kelas duanya Asia.

Tentu saja perhatian saya lebih ditujukan kepada Arema yang akan menjamu wakil Korea Selatan, Jeonbuk Motors. Sebelum pertandingan saya berharap dan yakin Arema bisa menang mengingat mereka main di kandang sendiri di Kanjuruhan dan juga dua minggu sebelumnya mereka mampu mengimbangi permainan klub asal Jepang, Cerezo Osaka meski kalah di Osaka. Apalagi beberapa jam sebelum pertandingan saya melihat berita bahwa wakil Indonesia lainnya dan juga sama-sama berjuang di piala AFC, Sriwijaya FC menang tipis 2-1 atas TSW Pegasus di Hongkong. Adalah gol dari Keith Jerome Gumbs serta Claudiano "Diano" Alves yang membuat laskar Wong Kito bisa unggul atas lawannya.

Namun, ada kabar tidak sedap menjelang pertandingan Arema versus Jeonbuk ini. Permasalahan internal klasik seperti gaji mengganggu persiapan tim. Permasalahan ini sudah muncul dua minggu yang lalu usai tim pulang dari Osaka dan hendak ke Jayapura. Akibat manajemen ingkar janji para pemain mogok sehingga persiapan tim untuk melawan Persipura terganggu. Dengan keadaan yang demikian menjadi wajar Arema dihajar Persipura 6-1. Permasalahan yang demikian belum juga usai hingga akhirnya manajemen turun tangan dengan memberikan materai perjanjian pembayaran gaji. Terlihat masalah sepertinya selesai namun pada kenyataannya belum.

Sempat diganggu isu pemogokan pemain, Arema akhirnya melakoni juga laga keduanya. Saya berpikir mereka bagaimanapun harus tetap profesional. Namun profesional tinggal profesional kalau urusan perut belum dituntaskan. Arema pun main dengan loyo dan tanpa semangat meskipun didukung Aremania. Bermain dengan cara seperti itu pada akhirnya membuat mereka kebobolan dan babak pertama berakhir 1-0 untuk tim tamu.

Babak kedua permainan Arema perlahan mulai berubah. Disinyalir perubahan dikarenakan adanya pembayaran saweran dari suporter setia mereka, Aremania. Beberapa kali tim asal Malang ini menciptakan peluang dan berharap bisa memenangkan pertandingan. Sayang, para pemain Arema tidak menyadari kelemahan fisik yang mulai menghinggapi dan akhirnya 3 gol tambahan mulai bersarang kembali di gawang Kurnia Meiga dari pertengahan hingga akhir babak kedua. Saya yang melihat justru kecewa berat. Arema yang saya lihat bagus di Osaka malah melempem di kandang sendiri.

Karena kecewa saya berusaha mengganti ke saluran lain yang menyiarkan juga pertandingan antara Persipura versus East Bengal. Tadinya saya sempat kecewa juga karena pertandingan diundur satu jam akibat hujan namun kekecewaan saya sempat terbalas begitu pertandingan bisa dimainkan dan Persipura bermain ciamik. Tim Mutiara Hitam tanpa ampun membantai tamunya dari India dengan skor 4-1 lewat gol Titus Bonay, Boaz Solossa, Stevie Bonsapia, dan Lukas Mandowen. Yah, penampilan ciamik Persipura setidaknya mengobati kekecewaan karena melihat Arema.

Lalu dari hasil-hasil yang didapat wakil-wakil Indonesia di Asia saya berpendapat bahwa tim-tim Indonesia mungkin lebih baik dan bagus tampil di Piala AFC sebab kontestan-kontestan yang bertarung di dalamnya mempunyai kekuatan yang di bawah atau setara sedangkan di ACL terlihat mustahil mengingat para kontestan didominasi oleh kekuatan-kekuatan utama sepakbola Asia. Piala AFC meskipun sifatnya kelas dua tetapi bisa menjadi ajang pembelajaran sebelum melangkah ke ajang yang lebih prestisius.

0 komentar: