BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Tampilkan postingan dengan label sepakbola indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sepakbola indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Oktober 2010

Jhonny van Beukering, Tobias Waisapy, dan Rafael Maitimo: Naturalisasi dan Sekian Hubungan-hubungan Poskolonial Indonesia-Belanda

Hubungan poskolonial antara Indonesia dan Belanda memang sedang memburuk terkait batalnya kunjungan SBY ke negeri kincir angin akibat situasi politik di Belanda. Namun, hal tersebut tidak berlaku di dunia olahraga khususnya sepakbola.

Dalam setahun terakhir ini begitu banyak pemain Belanda keturunan Indonesia terjaring oleh PSSI untuk bermain dan membantu timnas Indonesia yang prestasinya sedang terpuruk. Tentunya pencarian itu juga dibantu dan difasilitasi oleh KNVB selaku organisasi sepakbola tertinggi Belanda.

Beberapa nama kemudian terjaring seperti Irfan Bachdim, Sergio van Dijk, Jhonny van Beukering, Tobias Waisapy,  Jeffrey de Visscher, dan Rafael Maitimo. Dari 6 nama 3 di antaranya siap memperkuat timnas Indonesia melawan mantan juara dunia 2 kali serta peringkat 4 Piala Dunia 2010, Uruguay di SUGBK (8/10).

Beberapa pemain naturalisasi itu tertarik membela timnas Indonesia karena alasan historis.

Berangkat dari situ saya di sini tidak akan membahas bagaimana persiapan Indonesia melawan Uruguay tetapi membahas lebih kepada hubungan poskolonial antara Indonesia dan Belanda dalam bidang sepakbola yang mengalami kemajuan.

Setelah Indonesia merdeka pada 1945 dari Belanda, memang hubungan poskolonial antara kedua dalam bidang sepakbola jarang terdengar karena hubungan posko-singkatan poskolonial yang ada lebih diarahkan ke politik seperti perjanjian militer dan sebagainya.

Hubungan poskolonial di bidang ini sebenarnya sudah dimulai pada era 70-an ketika Wiel Coerver, pelatih asal Belanda yang dijuluki "Albert Einstein"-nya sepakbola melatih timnas Indonesia. Meskipun nihil prestasi setidaknya metode yang diterapkan Coerver mulai mempengaruhi cara timnas bermain yaitu cara bermain ala Eropa Barat (Belanda) yang identik dengan totaal voetbal. Metode ini setidaknya mulai menggeser paham permainan ala Eropa Timur yang selama ini dianut timnas.

Apa yang diterapkan oleh Coerver coba dilanjutkan oleh Frans van Balkom pada akhir 70-an. Prestasi yang berhasil dibuatnya adalah membawa timnas runner-up SEA GAMES 1979 dan kemudian pada ajang yang sama pada 1997, Henk Wullems juga mengukir prestasi yang sama setelah yang terakhir disebut membawa Bandung Raya juara Liga Indonesia pada 1995.

Setelah itu tidak terdengar lagi hubungan poskolonial dalam bidang ini sampai kemudian pada 2006 timnas Indonesia U-23 Indonesia yang sedang berlatih di Belanda dilatih oleh Foppe de Haan, mantan pelatih Ajax dan dari sinilah dimulai proyek untuk menggaet banyak pemain keturunan Indonesia di Belanda termasuk juga Giovanni van Bronckhorst.

Tiga tahun setelah itu hubungan posko dimulai lagi dengan seorang bernama Robert Rene Alberts yang melatih Arema dan membawa klub tersebut juara Liga Super Indonesia pada 2010 dan di tahun ini ia juga berusaha mengulang prestasinya di PSM.

Kemajuan yang dialami dalam hubungan posko di sepakbola dikarenakan adanya semacam membina hubungan yang baik antara sepakbola Indonesia dan Belanda. Di masa lalu sepakbola Indonesia yang diwakili oleh PSSI selalu dianaktirikan oleh pihak Belanda yang diwakili NIVU bahkan timnas Indonesia yang bermain di Piala Dunia 1938 sejatinya tidak diakui KNVB.

Namun memang hubungan posko di bidang ini bisa berjalan baik juga karena profesionalitas semata dan lepas dari unsur manapun. Setidaknya hubungan ini bisa menjadi cermin kedua negara pada masa-masa ini. 

Senin, 20 September 2010

Yang Berubah: Tren Kepenggemaran Sepakbola di Indonesia

Makin maraknya siaran langsung maupun tunda EPL atau English Premier League di Indonesia yang ditayangkan dua stasiun televisi nasional milik MNC, Global TV dan TPI pada saat akhir pekan membuat kompetisi sepakbola yang satu ini menjadi semakin populer di Indonesia. Tak henti-hentinya dua stasiun itu menyiarkan kompetisi ini secara penuh untuk beberapa musim demi memanjakan para penggila sepakbola di Indonesia yang juga merupakan pasar bisnis di Asia yang menguntungkan untuk EPL. Beberapa partai atau pertandingan yang disiarkan pun juga termasuk di dalamnya beberapa partai big match dan super sunday.

Namun situasi ini sungguh berbeda ketika pada 10 tahun lalu saat siaran langsung kompetisi luar negeri masih didominasi oleh Serie A Italia. Pada masa-masa tersebut kompetisi nomor satu negeri Pizza tersebut masih begitu gemerlap di benua biru dan menjadi nomor satu di Eropa sehingga memang tak salah jika RCTI, sebagai pemegang hak siar masih mau menyiarkannya sejak dari awal 90-an.

Situasi itu berubah ketika terjadi calciopoli yang membuat kabut hitam sepakbola Italia. Perlahan tapi pasti Serie A mulai ditinggalkan para peminatnya. Beberapa stasiun televisi juga mempertimbangkan kembali menyiarkan Serie A apalagi ditambah mahalnya hak jual penyiaran. Di Indonesia hal yang demikian juga berlaku hingga akhirnya Serie tak disiarkan lagi dalam dua tahun terakhir oleh stasiun manapun.

Keberadaan penyiaran EPL di Indonesia memang dianggap tepat karena prestasi-prestasi yang dimiliki oleh klub-klub Inggris dalam beberapa tahun terakhir di Eropa. Hal itu juga karena keberhasilan propaganda bagian pemasaran EPL untuk bisa mendapatkan sponsor-sponsor yang menunjang EPL sehingga EPL menjadi yang terpopuler di dunia meskipun di AS kompetisi ini masih kalah oleh NFL. Akhir kata, sebuah tren kepenggemaran di Indonesia telah bergeser.

Sabtu, 18 September 2010

LPI: Sebuah revolusi, tandingan atau kerumitan?

Kompetisi Liga Super yang baru belum bergulir, namun sebuah berita penting terjadi tepatnya kemarin (17/9). Sebuah kompetisi sepakbola baru diumumkan dan direncanakan akan digulirkan pada Oktober mendatang. Liga Primer Indonesia. Begitulah nama kompetisi tersebut. Dari namanya saja sudah bisa ditebak bahwa kompetisi ini akan mengikuti sistem  kompetisi Liga Primer di Inggris dan kenyataan memang seperti itu. Begitu yang diungkapkan oleh Arya Abisheka, salah seorang perumus tim ini. Liga Primer Indonesia atau LPI ini nantinya akan menjadi liga yang terpisah dengan PSSI dan beberapa klub di dalamnya diharapkan akan menjadi profesional dalam arti yang sebenarnya. Itu berarti klub-klub yang ada akan mandiri secara finansial dan tidak tergantung APBD seperti selama ini. Mengikuti juga sistem yang berlaku di Liga Primer Inggris bahwa setiap klub akan mempunyai hak siar dan akan mendapat keuntungannya. Klub-klub yang nantinya akan berkompetisi akan dibiayai oleh sebuah konsorsium pimpinan Arifin Panigoro, pengusaha yang juga pencetus kompetisi ini. Dan pada LPI edisi perdana ini akan diikuti oleh 15 klub dari 20 klub yang diundang.

Tentu saja kehadiran LPI bisa membawa angin perubahan yang  secara formal dan substansi. Ide ini jelas bukan ide main-main mengingat sang pencetus, Arifin Panigoro punya kemampuan finansial yang bisa mewujudkan semuanya dan juga karena ia adalah pemerhati olahraga di Indonesia termasuk juga sepakbola. Dikatakan LPI ada untuk membuat perubahan dalam sepakbola tanah air.

Namun, kehadiran LPI ini jelas disambut dingin dan ancaman oleh PSSI yang mengatakan LPI adalah kompetisi tandingan yang akan merusak struktur sepakbola yang sudah diatur PSSI melalui PTLI dan organisasi tertinggi di Indonesia itu mengancam bahwa klub-klub yang ikut akan kehilangan haknya di pentas nasional dan ini bisa berakibat buruk di mata FIFA karena menggelar kompetisi dil luar kompetisi resmi. Namun hal tersebut ditepis bahwa pembentukan LPI bukan untuk menandingi tetapi memperbaiki kompetisi yang ada.

Saya yang melihat situasi di atas malah melihatnya seperti sesuatu yang rumit. Dalam pikiran saya bagaimana nanti jadinya klub-klub yang ikut LPI adalah juga peserta LSI. Apakah yang ikut adalah tim b dari klub-klub tersebut atau malah klub itu akan dibuat menjadi dua seperti Persija yang pada akhirnya malah menimbulkan polemik? Apapun itu demi kemajuan sepakbola tanah air saya mendukung namun tidak harus dengan serumit ini....