El clasico 2011 kembali hadir dengan sekuel kedua. Kali ini ajang piala Raja Spanyol atau Copa del Rey menjadi areanya. Tak tanggung-tanggung partai klasik nan panas ini akan dipentaskan pada partai final dan stadion Mestalla siap menjadi saksi dua raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid.
Final ini sendiri berselang 5 hari setelah el clasico jilid satu dari 4 jilid yang akan dilangsungkan dalam rentang waktu 18 hari. Dalam pertandingan el clasico kemarin yang berlangsung di Madrid, kedua tim sama-sama berbagi angka 1-1 dengan dua gol masing-masing dicetak melalui titik penalti. Tentu saja hasil yang demikian membuat Real Madrid kian sulit untuk mengejar Barcelona dalam perebutan juara La Liga.
Namun, tidak demikian ketika el clasico terjadi di final. Jose Mourinho, sang pelatih los galaticos begitu yakin bisa mengalahkan Barcelona. Begitu juga, Josep Guardiola, sang pelatih los fantasticos yang yakin klubnya mampu mengalahkan sang seteru abadi di final ini dan sekaligus mengincar gelar pertama di musim ini.
Meskipun yakin dan menurunkan skema 4-3-3-sebuah formasi yang sama dengan Barcelona-Mourinho tetap akan memperagakan taktif defensif untuk meredam agresifitas para pemain "kurcaci" Barcelona yang lekat dengan permainan umpan 1-2. Taktik yang demikian dianggap sukses ketika pada el clasico kemarin. Namun, peragaan taktik ini jelas mengundang banyak kritik. Johan Cruyff, sang legenda sepakbola Belanda yang akrab dengan Barcelona mengatakan bahwa Mourinho adalah musuh sepakbola dan tidak mengerti mengenai sepakbola indah yang memang akrab dengan sang meneer. Tak hanya dari Cruyff, kritikan juga datang dari pihak Real Madrid sendiri. Tak tanggung-tanggung yang melontarkannya adalah Alfredo di Stefano, legenda dan presiden kehormatan Real Madrid. Di Stefano yang pada masanya membawa Madrid juara 5 kali di Eropa dan memainkan sepakbola indah sepanjang karir sepakbolanya mengatakan bahwa taktif defensif yang diperagakan Mou tidaklah sejalan dengan permainan Madrid yang sebenarnya. Tak hanya itu Di Stefano juga mengatakan pertandingan el clasico kemarin bagai tikus melawan harimau. Tikus yang dimaksud adalah Madrid sendiri sedangkan harimau adalah Barcelona.
Jelas saja Mourinho geram dan mengatakan Di Stefano tak berhak ikut campur.
Barcelona dan Real Madrid sendiri baru 3 kali bertemu termasuk final ini pada final piala Raja. Pertemuan pertama terjadi tahun 1936 ketika Madrid menang 1-0. Pertemuan kedua terjadi pada 1968 dengan Barcelona balik mengalahkan Madrid 2-1. Bila ditilik dari dua pertemuan sebelumnya jelas kedua-duanya memegang rekor seri. Namun, keadaan yang demikian tidak berlaku mengingat Barcelona malah terlihat lebih superior atas rivalnya dalam beberapa tahun terakhir termasuk di Eropa. Di ajang ini malah Barcelona yang banyak meraih gelar dengan jumlah 25 dibandingkan Madrid yang hanya 17 dan terakhir meraih gelar bergengsi kedua ini pada 18 tahun yang lalu.
0 komentar:
Posting Komentar