BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Selasa, 31 Agustus 2010

Kelompok Suporter Indonesia: Beda di Jakarta, beda di daerah

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya setahun yang lalu. Ketika itu saya sempat mempunyai teman dari Malang dan karena dari Malang ia mengaku sebagai Aremanita (kelompok suporter wanita dari Arema). Menurut saya ia betul-betul fanatik dalam membela panji-panji Arema. Kemudian ia bertanya kepada saya yang dari Jakarta apakah saya seorang the Jakmania. Lantas saya jawab tidak tetapi saya mengatakan teman-teman saya ada yang the Jak. Terang saja ia terkejut dan bertanya mengapa saya yang dari Jakarta bukan the Jak meskipun saya mengakui saya penggemar Persija.

Saya lalu bertanya dalam hati apakah harus seseorang yang lahir dan besar di Jakarta harus menjadi seorang the Jak seperti halnya dia yang lahir dan besar di Malang harus menjadi seorang Aremanita? Padahal yang saya ketahui selama ini di Jakarta tak semua orang Jakarta itu the Jak karena kebanyakan dari mereka itu tidak begitu fanatik terhadap suatu hal dikarenakan dinamika hidup yang terus menggeliat di ibukota.

Ternyata bukan hanya saya saja. Teman-teman saya atau juga keluarga saya jika ke Malang kalau mengaku dari Jakarta pasti akan dianggap the Jak lalu dijadikan teman yang hangat. Apalagi kalau saya ke Bandung orang-orang Bandung akan menganggap orang-orang Jakarta the Jak dan itu akan selalu juga membuat orang-orang Bandung iri dan cemburu serta gusar karena orang-orang Jakarta selalu membuat macet jalanan-jalanan di Bandung tiap akhir pekan. Sekali lagi tidak semua orang Jakarta itu the Jak.

Mengapa?

Saya pernah mendapatkan jawaban ini dari situs jak online mengenai hal tersebut. Di Jakarta dan di daerah ternyata beda sebenarnya dalam persepsi mengenai hal yang bersangkutan.

Di Jakarta the Jak yang merupakan kelompok suporter hanya dianggap sebagai kelompok suporter saja. Itu berarti The Jak bukanlah identitas melainkan simbol dan juga merupakan organisasi masyarakat yang anggotanya adalah terbatas pada itu-itu saja. Coba kalau kita perhatikan Persija main dan akan ada selalu the Jak di belakangnya untuk mendukung akan dilihat bahwa kebanyakan anggota the Jak adalah para remaja dan juga mahasiswa. Sama sekali tak ada orang tua atau ibu-ibu. Bahkan saya menilai bahwa kebanyakan yang menjadi anggota itu adalah yang suka sekali nongkrong di gang, di depan sekolah, dan punya geng-geng.

Bagaimana kalau di daerah?

Contoh saja Malang. Keadaannya sudah berputar 180 derajat. Di sini kelompok suporter ya bukan hanya kelompok suporter tetapi juga identitas suatu daerah alias jati diri. Itu mengapa kalau dalam setiap pertandingan akan ada selalu banyak kalangan yang menonton setiap pertandingan timnya. Mulai dari anak kecil, anak muda, orang tua juga ibu-ibu rumah tangga serta kaya dan miskin bercampur. Lihat! tak ada jurang yang dibuat.

Perbedaan itu memang disebabkan juga bahwa ibukota adalah tempat banyak suku dan juga kepentingan sehingga tidak semua akan bisa dibaur jikalau itu tidak penting. Karena sekali lagi yang bekerja di Jakarta tugasnya hanya bekerja untuk kesejahteraan perut keluarganya. Egoisme pun akan sering muncul jika menyangkut masalah ini. Sedangkan di daerah sebaliknya. Kesamaan identitas karena berasal dari latarbelakang suku yang sama yang menyebabkan rasa untuk menunjukkan identitas itu begitu kuat sekali. Lagipula di daerah dinamika kehidupan begitu lambat dan egoisme pun akan jarang ditemui di sini karena kebersamaan masih akan selalu ada.





0 komentar: