Usai membungkam AS Roma 3-1 akhir pekan lalu untuk meraih gelar ke-4 dalam satu tahun melalui perhelatan Piala Super Italia, Inter Milan meraih gelar kelimanya asal dengan satu syarat: Mengalahkan Atletico Madrid pada perhelatan Piala Super Eropa di Monaco (27/8) pada jam 9 sore waktu setempat.
Bila melihat peta kekuatan dari kedua kontestan jelas akan banyak pengamat yang berpihak untuk menjagokan La Beneamata ketimbang Atletico. Hal ini dikarenakan komposisi merata di semua lini yang dimiliki Inter dan itu semuanya dipenuhi banyak pemain bintang. Sebut saja Julio Cesar, Maicon, Wesley Sneijder, dan Diego Milito. Empat nama inilah yang menjadi pokok kekuatan Inter selain nama-nama lain seperti Lucio, Samuel Eto'o, Javier Zanetti serta Esteban Cambiasso dan sehari menjelang pertandingan 4 nama tersebut menyapu bersih semua penghargaan yang diberikan UEFA.
Komposisi serta juga pengalaman ditambah faktor pelatih yang membuat Inter bisa meraih 3 gelar musim lalu juga menjadi syarat Inter tetap diunggulkan. Meskipun sekarang Jose Mourinho, arsitek di balik keberhasilan Inter meraih 3 gelar musim lalu sudah hengkang dan lebih memilih tantangan di Spanyol bersama Real Madrid, Rafael Benitez, pelatih baru Inter tetap saja bisa digadang membawa Inter juara walaupun ada banyak pihak yang meragukan terutama dari hasil ujicoba pra-musim. Akan tetapi gelar Piala Super Italia adalah gelar pertamanya untuk Inter dan menjadi semacam jawaban pertama atas keraguan tersebut.
Bagaimana dengan Atletico? jika dilihat dari komposisi pemain, pelatih dan sebagainya, jelas Atletico kalah. Nama seperti Diego Forlan, sang topskor Piala Dunia 2010 dan Sergio "kun" Aguero adalah nama-nama yang diandalkan Atletico untuk mengimbangi kebintangan Inter. Dari segi pelatih Quique Sanchez Flores jelas kalah oleh Rafael Benitez yang telah bergelimang prestasi baik di Spanyol maupun di Inggris. Flores dalam karirnya pun hanya bisa membawa Atletico memenangi Liga Eropa musim kemarin usai menundukkan Fulham dan tentu saja ia berniat membawa gelar Piala Super Eropa sebagai gelar keduanya. Sedangkan bagi Rafa, Piala Super kali ini adalah turnamen keduanya usai memenangkan pertama kalinya bersama Liverpool pada 2005. Jadi, Rafa pun tak mau melewatkan kesempatan ini.
Meskipun tidak diunggulkan, Atletico berpotensi menuai kejutan. Dalam setiap penyelengaraan tim-tim yang diunggulkan selalu rontok seperti misalnya Manchester United yang dipermalukan Zenit pada 2008 atau Sevilla yang menggilas Barcelona pada 2006.
Jika melihat karakter kedua pelatih yang doyan memakai pola yang lebih mengefektifkan penyerangan maka dapat dipastikan pertandingan pada sore di Monaco atau dinihari di Indonesia akan berjalan menarik. Setidaknya adu penalti akan berusaha dihindari sebisa mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar