BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Kamis, 23 Desember 2010

Dimanakah Engkau, Myanmar?

Myanmar. Sepertinya agak aneh jika kata ini kita lemparkan ke penggemar sepakbola zaman sekarang dengan beragam pertanyaan seperti "tahu tentang tim sepakbola Myanmar nggak?", menurut kamu gimana timnasnya?"

Pastilah semua jawaban dari pertanyaan itu kebanyakan akan menjawab, "tidak tahu, tahu" dan "ah, nggak bagus, jelek, masih di bawah Indonesia deh"
Shirt badge/Association crest

Tapi sekarang coba lemparkan pertanyaan itu penggemar sepakbola zaman dulu. Jawabannya pasti akan berbeda, "Birma bukan? oh, itu tim yang susah banget dikalahin timnas", "Itu tim yang mainnya bagus banget".
Myanmar atau Birma nama dahulunya untuk sepakbola zaman sekarang memang bukanlah apa-apa. Peringkatnya saja di FIFA 149. Di Asia pun peringkat ke-27 dan Asia Tenggara boleh dibilang di luar kekuatan 5 negara besar ASEAN yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam dan juga kekuatan baru, Filipina.

Keadaan yang demikian memang menunjukkan bahwa Myanmar bukanlah kekuatan istimewa dalam sepakbola apalagi untuk ukuran Asia dan ASEAN. Tetapi, percayakah Anda jika Myanmar pada masa lampau adalah salah satu kekuatan di Asia dan ASEAN?

Pada awalnya semua tidak akan percaya termasuk juga saya apalagi keberadaan tentang kekuatan Myanmar pada masa lampau saya dapatkan dari orang-orang yang masa kecil dan remajanya tumbuh dan besar di era 60 dan 70-an. Dalam masa ini juga dikatakan Myanmar adalah lawan terberat Indonesia.

Ternyata hal tersebut memang benar. Negeri bekas jajahan Inggris itu pernah mempunyai prestasi menjadi runner-up piala Asia 1968 kemudian dua kali berturut-turut juara Asian Games yaitu pada 1966 dan 1970, 5 kali juara berturut-turut SEAP Games yaitu pada 1965 hingga 1973 serta dua kali juara ketiga pada SEA Games yaitu pada 1977 dan 2001 serta perak pada 1993.

Maka tidak heran jika the white angels-julukan Myanmar adalah salah tim yang disegani di Asia pada masa-masa tersebut. Karena begitu hebatnya wajar jika dalam beberapa serial sepakbola asal Jepang, Captain Tsubatsa, Myanmar bersama-sama dengan Thailand dimasukkan dan dijadikan lawan terberat Jepang dari kawasan Asia.

Sayangnya, pada era 90-an semuanya terbalik. Myanmar malah berubah menjadi tim yang tidak lagi disegani. Semua lawan-lawan yang dahulu sering mengalahkan Myanmar balik mengalahkan dengan mudah bahkan dengan skor-skor mencolok. Keadaan yang demikian bisa jadi dikarenakan situasi dalam negeri Myanmar yang terkadang tidak stabil akibat pemerintahan junta militernya dan karenanya sepakbola menjadi tidak diperhatikan.

Belakangan sepakbola Myanmar mencoba bangkit dan meraih asa untuk menjadi seperti dahulu. Pada 2006 dan 2007 mereka menjadi juara dan runner up di turnamen Merdeka Games dan pada tahun yang sama mereka jadi finalis di SEA Games. Pada 2008 dan 2010 mereka menjadi semifinalis dan juara keempat di AFC Challenge Cup dan tiga kali berturut-turut dari 2006 hingga 2008 menjadi juara pada turnamen Grand Royal Challenge. Namun, harus diakui Myanmar kembali harus mengakui kelemahannya sekarang karena tidak bisa berbicara banyak di piala AFF 2010 hasil dari kekalahan 7 gol dari Vietnam, 2 gol dari Singapura serta imbang tanpa gol dengan Filipina. Meski begitu asa itu tetap ada dan memang pada saatnya sepakbola Myanmar akan bangkit kembali seperti dulu.

Tim-tim yang Tidak Diakui

Pernah mendengar nama seperti Padania, Sapmi, dan Greenland? kalau untuk suatu tempat mungkin iya tapi untuk tim sepakbolanya?

Dalam dunia sepakbola internasional berlaku juga seperti apa yang terjadi di politik internasional. Jika di politik kita mengenal istilah negara berdaulat dan tidak berdaulat dan payungnya adalah PBB maka di dunia sepakbola juga demikian dengan payung adalah FIFA.

Padania, Sapmi, dan Greenland adalah salah satu contoh dari tim-tim yang tidak diakui karena tidak mempunyai kedaulatan sama sekali. Mereka ini jelas bukan anggota FIFA atau konfederasi tiap-tiap benuanya. Kebanyakan dari tim-tim ini mewakili sebuah wilayah yang menuntut sebuah kemerdekaan secara politis semisal Padania yang mewakili kaum pemberontak di Italia Utara, Lega Nord.

Jadi, sebenarnya kita tidak perlu heran jika wilayah-wilayah yang selalu mengumumkan pemisahan secara politis dari suatu negara ada tim-tim sepakbolanya. Tibet, Chechnya, Kurdistan dan bahkan dua organisasi pemberontak di Indonesia, Maluku Selatan atau RMS serta Papua Barat alias OPM juga demikian.

Keberadaan tim-tim ini dipayungi oleh NFB atau Nouvelle Federation Board yang dibentuk pada 2003 dan mereka sendiri mempunyai turnamen yang disebut dengan VIVA World Cup sejak 2006. Tim terkuat di ajang ini adalah Padania (3 kali juara), Sapmi (1 kali), Provence, dan Kurdistan.

Keadaan yang demikian di atas jelas menggambarkan bahwa sepakbola sejujurnya tidak pernah bisa dilepaskan dari politik meskipun beberapa orang selalu ingin memisahkan namun sepertinya itu sulit. Keberadaan tim-tim ini dikarenakan bahwa mereka berjuang tidak hanya di arena diplomasi dan perang saja namun juga di dalam olahraga dan juga keberadaan ini sebagai perlawanan terhadap tim-tim negara berdaulat-nya FIFA bahwa tanpa menjadi anggota FIFA mereka pun tetap bermain sepakbola demi satu tujuan: kemerdekaan.

Selasa, 21 Desember 2010

Piala Asia 2011: Nihil wakil ASEAN

Dua minggu dari sekarang atau tepatnya di tanggal-tanggal awal selepas tahun baru sebuah gelaran akbar akan bergema di seluruh Asia. Ya apalagi kalau bukan piala Asia atau AFC Asian Cup. Pada awal tahun nanti gelaran tersebut akan digelar di Qatar, negara kecil kaya minyak di kawasan Teluk yang baru saja memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah piala Dunia 2022 yang menurut kabar kontroversial.

Piala Asia adalah pestanya sepakbola Asia. Di sinilah para jago bola dari Asia bagian mana pun akan ikut serta, berkompetisi untuk satu tujuan: Menjadi jawara di benua kuning. Berkembangnya sepakbola Asia dalam beberapa tahun terakhir hingga menembus level dunia juga akan menjadi gelaran piala Asia ini akan lebih sukses dari sebelumnya. Meskipun harus diakui animo penonton di kawasan Asia tidaklah begitu besar seperti halnya di Eropa atau Amerika Latin. Maka, nanti jangan heran jika dalam pertandingan tertentu saja bangku stadion akan penuh sekali.

Kekuatan sepakbola Asia boleh dibilang sudah merata dan meningkat meskipun perkembangan sepakbola profesional di kawasan ini amat sangat dikatakan telat. Masuknya Australia sebagai negara baru anggota AFC seperti memberikan persaingan yang amat signifikan bagi keberlangsungan dan perkembangan sepakbola benua kuning.

Kali ini gelaran akan diselenggarakan pada 7 hingga 29 Januari. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian terhadap Qatar yang cuacanya amat sangat panas bila turnamen di gelar pada pertengahan tahun. Cuaca yang demikian membuat FIFA usai penunjukkan Qatar menjadi tuan rumah piala Dunia akan memutuskan piala Dunia digelar pada awal tahun 2022.

Namun, dibalik pesta sepakbola se-Asia raya ini ada satu hal yang hilang yaitu absennya para wakil ASEAN. Ya, piala Asia kali ini nihil dengan para negara kawasan Asia Tenggara. Ini untuk kedua kalinya para wakil ASEAN absen setelah 1988. Penyebabnya adalah mereka gagal di babak kualifikasi. Maka, bisa jadi piala Asia kali ini hanya akan menjadi pesta bagi Asia Barat, Timur, Tengah, dan Selatan.

Sebenarnya bagi pengamat sepakbola dan penggila bola pada umumnya absennya para wakil ASEAN tidaklah berpengaruh mengingat kehadiran hanya bisa menjadi pelengkap dan penggembira karena dianggap lemah dan tidak menghadang dominasi kekuatan negara-negara Asia Timur dan Arab. Akan tetapi, jika dirunut dari sejarah kejuaraan ini para wakil ASEAN sebenarnya mampu menunjukkan prestasi terbaik meskipun itu bukan menjadi juara. Ada beberapa negara ASEAN yang mempunyai nama mengkilap dalam sejarah piala Asia yaitu Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Kamboja. Vietnam semasa bernama Vietnam Selatan mampu menduduki peringkat 4 dua kali berturut-turut yaitu pada 1956 dan 1960 dan ketika menjadi Vietnam lolos ke perempatfinal pada 2007. Thailand menjadi juara 3 pada 1972 ketika gelaran ini digelar di rumah sendiri dengan mengalahkan Kamboja yang waktu masih bernama Republik Khmer lewat adu penalti dan Myanmar adalah runner-up pada 1968.

Namun, seiring berjalannya waktu negara-negara ASEAN seperti kehilangan taji ketika mereka menyadari bahwa saingan mereka bukan negara-negara Asia Timur lagi namun juga negara-negara Arab seperti Arab Saudi dan Irak. Apalagi pada masa kebangkitan sepakbola di kawasan Asia pada dekade 90-an perkembangan sepakbola di ASEAN menjadi terlambat dan tertinggal. Hasilnya, bisa dilihat pada sekarang ini.

Pada 2007 kemarin ketika piala Asia digelar di empat negara besar ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam) bisa dibilang itu adalah semacam turnamen puncak bagi negara-negara ASEAN untuk unjuk gigi namun hanya Vietnam yang mampu melaju ke babak berikut meskipun di babak penyisihan grup Indonesia dan Thailand memetik kemenangan meski hanya satu dan Malaysia nihil. Pada akhirnya yang menjadi juara adalah Irak, negara yang hancur akibat perang.

Akan tetapi ada hikmah tersembunyi di balik gagalnya para wakil ASEAN melaju. Negara-negara ini malah akhirnya mengkonsentrasikan diri pada dua ajang yaitu, Asian Games dan piala AFF. Hasilnya, Malaysia dan Thailand melaju ke babak 16 besar dan perempatfinal dan di piala AFF negara yang pertama di sebutkan melaju ke final bersama dengan Indonesia yang semasa kualifikasi hampir tidak bisa menang karena selalu kalah dan seri.

Senin, 20 Desember 2010

Beda Singapura dan Filipina

Melihat Filipina yang mempunyai banyak pemain naturalisasi seperti mengingatkan kita juga akan Singapura yang mempunyai penampilan demikian. Tentu kita masih ingat bagaimana Singapura dengan sekitar 5-6 pemain naturalisasinya bisa membuat negara kecil di selat Malaka tersebut dua kali berturut-turut menjadi jawara di Asia Tenggara yaitu pada 2005 dan 2007. Tentu saja yang menjadi korban kegagahan Singapura dengan naturalisasinya adalah Indonesia ketika kedua negara bertemu di final piala Tiger (sekarang piala AFF) 2005.

Timnas yang begitu impresif di semifinal dengan mengalahkan Malaysia seperti tidak berdaya menghadapi kekuatan baru Singapura. Alhasil, dua kali timnas kalah di final dan Singapura pun menjadi juara.
Kemudian korban kedua adalah Thailand yaitu pada 2007. Jagoan Asia Tenggara itu pun juga harus mengakui kekuatan Singapura.

Filipina meskipun hanya sampai semifinal dengan naturalisasinya namun cukup membanggakan. Akan tetapi ada 3 perbedaan penting antara dua tim naturalisasi tersebut.

Singapura meskipun ada banyak pemain naturalisasi namun kekuatan pemain lokalnya juga tidak kalah hebat. Bahkan kekuatan antara naturalisasi dan lokal bisa dikatakan seimbang sehingga Singapura sejujurnya tidak perlu khawatir jika salah satu naturalisasinya absen.

Berbeda dengan Filipina. Antara naturalisasi dan lokal amat sangat jomplang alias tidak seimbang. Perhatikan sewaktu timnas ini bertanding. Kualitas sepenuhnya ada di tangan pemain naturalisasi sedangkan lokal malah kepayahan. Jadi, ketika salah satu naturalisasinya absen maka permainan Filipina akan goyah.

Ketika Singapura menjadi juara dengan naturalisasinya tentu reaksi semua orang sebenarnya biasa-biasa saja mengingat tanpa naturalisasi Singapura pernah juara pada 1998. Apalagi pada era 80 dan 90-an sepakbola Singapura mulai bangkit dan mempunyai pemain yang saat itu bisa dibanggakan, Fandi Ahmad.

Filipina? semua setuju akan bilang mengejutkan walau hanya semifinal. Penyebabnya adalah dalam beberapa dekade Filipina selalu menjadi lumbung gol. Namun itu terjadi pasca perang Dunia ke-2. Sebelumnya, Filipina adalah salah satu tim yang paling disegani di Asia dan mempunyai legenda bernama Paulino Alcantara. Kini setelah penampilan mengejutkan pada tahun ini tentu semua pihak terus berharap kejutan dan peningkatan dari Filipina.

Di Singapura sepakbola juga adalah olahraga populer. Negeri Singa juga mempunyai banyak stadion meskipun kapasitasnya kecil namun memuaskan dan canggih dari infrastruktur. Bahkan mereka juga punya stadion terapung di Marina Bay. Kepopuleran sepakbola di Singapura juga didukung oleh kompetisi mereka yang bernama S-League. Kompetisi semi-pro yang menempati posisi 11 di Asia. Meskipun semi-pro dan kurang marak, kompetisinya berjalan begitu teratur dan sering mengundang tim-tim luar untuk berpartisipasi.

Sedangkan di Filipina adalah hal sebaliknya. Sepakbola memang olahraga kurang populer dan mungkin merupakan sepakbola anak bawang. Gaungnya memang kalah berkilau dengan basket, bisbol, dan tinju. Maka tidak heran kalau Filipina tidak punya stadion berkelas untuk sepakbola. Kompetisinya sendiri, Filipino Premier League bisa dikategorikan sebagai liga amatir.

Minggu, 19 Desember 2010

Sekali lagi, El Loco!

Sekali lagi dan sekali lagi Christian Gonzales menjadi pahlawan penentu kemenangan Indonesia atas Filipina dalam semifinal leg ke-2 piala AFF 2010 yang sudah berakhir sejak 2 jam yang lalu. Tendangan melengkungnya yang cukup spektakuler pada menit ke-42 sudah cukup untuk mengantarkan Indonesia untuk keempat kalinya melaju ke final dan akan menantang Malaysia yang sudah memastikan tempat  sehari sebelumnya usai menahan imbang juara bertahan Vietnam di semifinal leg kedua dengan bekal kemenangan dua gol di kandang.
Indonesia yang sudah unggul satu gol pada laga tandang merasa belum aman dengan keunggulan tersebut berinisiatif mengambil penyerangan sejak awal. Hasilnya, banyak peluang yang tercipta baik dari sundulan Christian Gonzales serta akselarasi Okto Maniani, Muhammad Nasuha, dan juga Arif Suyono di penghujung babak kedua. Dalam pertandingan ini ada sedikit perubahan di lini depan ketika Alfred Riedl memasukkan striker muda Arema, Yongki Aribowo mendampingi Christian Gonzales serta Firman Utina yang nyatanya masih masih bisa dimainkan meskipun dikabarkan terkena cedera.

Filipina yang tertinggal satu gol di leg pertama justru malah sering tertekan dan jarang bermain terbuka bahkan cenderung bertahan dan bermain kasar. Hasilnya, banyak pemainnya yang terkena kartu kuning. Barulah di pertengahan babak kedua Filipina merubah permainan dengan terus menyerang. Sayang, hasilnya tidak maksimal padahal di lini belakang Indonesia sering terjadi salah komunikasi antara Markus Horizon dengan para pemain belakang Indonesia. The azkals-julukan Filipina terus bermain menyerang meskipun salah satu pemain andalannya, Chris Greatwich terkena kartu merah.

Meskipun kalah dan gagal melaju ke final tentu saja prestasi Filipina bisa dibilang membanggakan karena tampil secara mengejutkan. Prestasi yang demikian membuat Filipina kabarnya akan menjadi tuan rumah piala AFF 2012. Sedangkan pada partai puncak nanti (26 dan 29 Desember) tentu akan ada motivasi bagi kedua tim (Indonesia dan Malaysia) yang sama-sama belum pernah mengecap juara sehingga dipastikan partai ini akan tetap seru selain gengsi kedua negara dalam masalah politik.

Ah, Mazembe...Inter bukanlah Internacional...

Upaya TP Mazembe, klub medioker asal Kongo untuk membuat kejutan tidak berlanjut di final piala Dunia Antarklub 2010 di Uni Emirat Arab. Dalam final itu, Mazembe harus mengakui kedigdayaan lawannya, Inter Milan yang tampil luar biasa dan kesetanan.
Internazionale on top of the world

Hal itu terlihat ketika Inter yang memang mendominasi mampu membuka keunggulan melalui kaki striker asal Bulgaria, Goran Pandev pada menit ke-13. Empat menit kemudian giliran striker utama Inter asal Kamerun, Samuel Eto'o memperbesar keunggulan. Pertandingan babak pertama berakhir 2-0 untuk Inter.

Di babak kedua Inter tetap giat menunjukkan dominasinya meski Mazembe juga berupaya memberikan ancaman namun selalu kandas di barisan pertahanan Nerrazurri yang dikomandoi Lucio dan mistar yang dijaga Julio Cesar. Lima menit menjelang bubaran gelandang Inter asal Perancis, Jonathan Biabiany melengkapi kemenangan Inter menjadi 3-0 ke gawang Mazembe yang dijaga oleh Muteba Kidiaba.

Hasil yang demikian membuat Inter menjadi juara dunia untuk ketiga kalinya setelah 1964 dan 1965 dan setidaknya membuat posisi Rafael Benitez tetap aman. Bagi Massimo Moratti, sang presiden, prestasi ini tentu seperti mengulangi prestasi ayahnya, Angelo. Kedua-duanya sama-sama mempersembahkan gelar prestisius untuk klub yang mereka pimpin.

Kemenangan Inter sekali lagi menjadi dominasi Eropa dalam 4 penyelenggaraan terakhir sejak 2007. Namun, juga kali ini kemenangan itu diraih bukan dari wakil Amerika Latin tetapi dari Afrika. Bagi Mazembe yang mewakili Afrika meski kalah tetap saja ada kebanggaan untuk mereka.

Sabtu, 18 Desember 2010

Yang Terlupakan: Paulino Alcantara

Keberhasilan Filipina menjangkau semifinal piala AFF 2010 memang tidak bisa dilepaskan dari faktor naturalisasi dalam tubuh tim yang berjumlah delapan orang. Kebanyakan dari mereka memang adalah para pemain berdarah campuran yang lahir dan besar di luar negeri. Hal itu dilakukan untuk membuat sepakbola negeri Pinoy itu bisa bersaing di Asia Tenggara sekaligus mempopulerkan sepakbola yang kalah mentereng oleh basket, tinju dan juga bisbol.

Hal yang demikian juga akan menimbulkan semacam pernyataan bahwa sepakbola yang tidak mengakar sudah pasti Filipina tidak mempunyai legenda. Namun, jangan salah negeri kepulauan di laut Cina Selatan ternyata mempunyainya. Dialah Paulino Alcantara.

Pemain kelahiran 1896 ini disebut-sebut sebagai legenda populer sepakbola Filipina. Alcantara adalah pemain Filipina yang berasal dari keluarga seorang pejabat militer Spanyol di Filipina dengan beribukan seorang Ilongga, orang yang berasal dari sebuah provinsi di Filipina bernama Ilolio. Dalam karirnya sebagai pesepakbola, Alcantara pernah memperkuat klub raksasa Katalan Barcelona dan menjadi salah satu legenda berpengaruh bagi klub tersebut karena berhasil mencetak 357 gol selama limabelas musim membela Barca (1912-1927). Ia juga menyumbangkan 5 gelar Copa del Rey dan 10 kejuaraan lokal Katalonia. Kesuksesan Alcantara tidak hanya di Spanyol saja namun juga di negerinya sendiri, Filipina. Bohemian Sporting Club yang pernah diperkuatnya dibawanya juara kompetisi di Filipina sebanyak  2 kali antara 1917 dan 1918.
Paulino Alcantara.jpg

Di timnas Filipina ia juga mengukir sebuah prestasi dengan membawa negeri tersebut meraih perak di kejuaraan Far Easter Championship. Dalam salah satu pertandingan tim Filipina yang dibelanya sempat menghancurkan Jepang 15-2 dan menjadi rekor kemenangan Filipina dalam sejarah sepakbola internasional. Pada masa itu Filpina adalah kekuatan terbesar sepakbola di Asia. Alcantara adalah pemain pertama dari Filipina dan juga Asia yang bermain di Eropa.

Pemain ini juga sempat berganti-ganti kostum timnas mulai dari Katalan, Filipina, dan Spanyol. Ketika ia pensiun pada usia 31 ia menjadi dokter dan kemudian sempat melatih Spanyol pada 1951. Ia meninggal pada  1964 di usia ke-67.

Tiga Dendam Menguak 16 Besar

Tiga partai balas dendam akan tersaji dalam babak 16 besar UEFA Champions League musim ini. Setidaknya itulah yang kemarin (17/12) terlihat dalam pengundian kejuaraan antarklub Eropa tersebut di Nyon, Swiss. Juara bertahan Inter Milan, runner up musim lalu Bayern Muenchen, Real Madrid, Olympic Lyon, Arsenal serta Barcelona akan menjadi para pelaku dalam partai balas dendam tersebut.
Holders Inter face Bayern in final rematch

Inter Milan dan Bayern Muenchen tentu semua orang sudah tahu keduanya karena merupakan pelaku partai final musim lalu. Muenchen yang merupakan pelaku sepakbola menyerang kalah dua gol tanpa oleh kepragmatisan Inter ala Jose Mourinho. Dua gol itulah yang membuat Inter meraih juara dan Muenchen harus mengubur mimpi sejak 2001. Namun, sekarang keadaannya berubah. Inter tidak lagi dipegang oleh Mourinho yang memutuskan hijrah ke Real Madrid usai pertandingan dan kini telah diganti oleh Rafael Benitez. Sedangkan Muenchen tetap Louis van Gaal. Tentu saja permainan Inter sudah berubah dengan mengandalkan penyerangan sedangkan Muenchen tetap sama. Hanya saja jika melihat hasil pada saat sekarang ini tentu orang akan lebih menjagokan Muenchen yang lolos sebagai juara grup daripada Inter yang merupakan runner-up. Yang menjadi penyebabnya jelas ketidakstabilan Inter dalam beberapa pertandingan dan dampaknya membuat kursi sang pelatih rawan. Namun, apa yang diperlihatkan Inter dalam semifinal piala Dunia Antarklub 2010 kemarin melawan Seongnam, Inter tampak seperti kembali ke jalur yang benar karena diperkuat beberapa pemain intinya kembali. 

Kemudian Real Madrid dan Olympique Lyon (OL). Tentu saja ini merupakan partai balas dendam sebab Madrid disingkirkan klub asal Perancis tersebut di babak 16 besar musim lalu. Padahal skuad Madrid musim lalu sudah diperkuat oleh Christiano Ronaldo. Kekalahan tersebut jelas merupakan sakit hati luar biasa untuk klub betabur bintang Real Madrid yang musim lalu dinakhodai Mauricio Pellegrini. Namun, Pellegrini sudah tidak ada lagi dan digantikan oleh Jose Mourinho yang melatih dengan gaya lebih menyerang untuk los blancos. Hasil kemenangan di la liga membuat skuad Mourinho lebih diunggulkan daripada Lyon yang performanya agak menurun pada musim ini. Namun, apa pun itu kejutan akan tetap terjadi.

Yang terakhir adalah Arsenal dan Barcelona. Di musim lalu usai sukses menahan imbang dua gol, Arsenal harus dipaksa mengakui keunggulan raksasa Katalan Barcelona di Camp Nou pada pertemuan kedua. Padahal, Arsenal unggul lebih dahulu lewat Nicklas Bendtner. Namun, Barcelona mengamuk menjaringkan 4 gol dan dua diantaranya lewat kaki Lionel Messi. Boleh dikatakan Barcelona unggul segala-galanya. Kini diperkirakan kekuatan dua tim akan tetap sama karena masih dinakhodai oleh dua pelatih yang sama juga, Arsene Wenger dan Josep Guardiola. Arsenal jelas ingin membalas dan itu bisa terwujud karena penampilan mereka yang sedang on-fire di EPL. Namun, Barcelona juga demikian.

Partai-partai lainnya tetap saja untuk menarik disaksikan. Debutan Tottenham Hotspur akan bertemu wakil Italia lainnya, AC Milan sedangkan Manchester United bertemu Marseille. Babak 16 besar ini akan diselenggarakan pada bulan Februari dan Maret.
Berikut adalah hasil undian babak 16 besar:

AS Roma (ITA) v FC Shakhtar Donetsk (UKR)
AC Milan (ITA) v Tottenham Hotspur FC (ENG)
Valencia CF (ESP) v FC Schalke 04 (GER)
FC Internazionale Milano (ITA) v FC Bayern München (GER)
Olympique Lyonnais (FRA) v Real Madrid CF (ESP)
Arsenal FC (ENG) v FC Barcelona (ESP)
Olympique de Marseille (FRA) v Manchester United FC (ENG)
FC København (DEN) v Chelsea FC (ENG)

Kamis, 16 Desember 2010

El Loco: Gracias, the saviour!

Usaha seorang Christian Alvaro Gonzales untuk bisa memperkuat timnas Indonesia dan membantu timnas ternyata memang bukanlah usaha isapan jempol. Niat pemain berjuluk el loco atau si gila itu sepadan dengan usahanya di lapangan saat berseragam merah putih. Satu gol pemain berusia 34 tahun tersebut ke gawang Filpina yang dijaga oleh Neil Etheridge pada menit ke 32 lewat sundulan kepala cukup untuk mengantar kemenangan Indonesia atas tim negeri Pinoy pada leg pertama semifinal piala AFF 2010. Gol yang tercipta dari kepala el loco berawal dari umpan Firman Utina yang salah diantisipasi oleh Neil Etheridge.

El loco boleh dikatakan pada saat ini adalah "the saviour" untuk timnas. Kegigihannya dan kerja kerasnya dalam bermain terutama dalam membantu pertahanan patut diacungi jempol. Kegigihan itu juga yang sepertinya membuat permainan timnas meningkat setelah gol yang dibuat olehnya.

Pada pertandingan tadi sejujurnya boleh dikatakan sangat imbang. Filipina dengan delapan pemain naturalisasinya cukup merepotkan. Satu pemain yang cukup menonjol adalah Philip Younghusband yang sepertinya menjadi roh permainan. Beberapa kali aksi dan tendangan dari alumnus akademi Chelsea ini cukup merepotkan barisan pertahanan dan mengancam gawang Markus Horison. Akan tetapi kegemilangan Philip sepertinya tidak terimbangi dengan sektor lainnya. Filipina hanya mengandalkan pemain ini dan akibatnya ia sering dimatikan sehingga permainan Filipina tidak jalan.

Hal ini berbeda dengan Indonesia yang bermain kolektif dan semangat tinggi sehingga timnas seringkali mempunyai banyak peluang. Sayang, hanya satu yang masuk. 

Namun, apapun itu hasil ini untuk sementara patut disyukuri. Tentu saja pada leg kedua hari minggu nanti permainan kolektif tetap dipertahankan. Dan untuk el loco terima kasih untuk golnya. Semoga Indonesia bisa melaju ke final.

Inter ke final: Eropa versus Afrika

Harapan Seongnam Ilhwa Chunma untuk memberi kejutan pada Inter Milan di semifinal piala Dunia Antarklub 2010 tidak kesampaian. Jawara Asia asal Korea Selatan itu harus dipaksa mengakui keunggulan jawara Eropa tersebut tiga gol tanpa balas.
Javier Zanetti of FC Internazionale Milano celebrates

Seongnam sebelum pertandingan sesumbar percaya diri akan bisa mengalahkan Inter mengingat di hari sebelumnya secara mengejutkan wakil Afrika, TP Mazembe melaju ke final usai mengkandaskan Internacional dua gol tanpa balas.

Namun, apa yang terjadi di lapangan sungguh berbeda dengan keinginan. Inter yang hampir semuanya diperkuat para pemain intinya yang kembali usai badai cedera-kecuali Wesley Sneijeder yang harus ditarik di awal-awal pertandingan dan digantikan Thiago Motta-menunjukkan kualitas mereka yang sebenarnya.

Pada menit ke-3 klub berjuluk la beneamata ini sudah unggul cepat melalui tendangan menyusur Dejan Stankovic. Keunggulan Inter bertambah ketika sang kapten, Javier Zanetti dengan aksi satu-duanya sukses menjaringkan bola ke gawang Seongnama yang dijaga Sung Ryong pada menit ke-32. Diego Milito, pahlawan dengan dua gol kemenangan Inter di final UEFA Champions League musim lalu menjadi penutup gol Inter pada menit ke-73.

Meskipun kalah secara kualitas toh Seongnam bukanlah klub anak bawang. Berkali-kali klub berlambang pegasus tersebut memberikan ancaman lewat beberapa pemain kunci mereka seperti Sasa Ognenovski dan Mauricio Molina.

Dengan hasil yang demikian Inter melaju ke final dan menantang wakil Afrika, TP Mazembe. Tentu saja lawan yang dihadapi sekali lagi bukanlah lawan yang enteng. Hasil ini juga setidaknya mengamankan posisi Rafael Benitez yang santer terdengar akan didepak jika kalah mengingat ketidakstabilan dan kekalahan Inter di beberapa ajang.

Rabu, 15 Desember 2010

History is broken: Wakil Afrika ke Final!

Sebuah kejutan terjadi di ajang piala Dunia Antarklub 2010. Pelakunya adalah TP Mazembe Englebert. Klub asal Republik Demokratik Kongo tersebut tanpa diduga bisa menghempaskan klub raksasa asal Brasil, Internacional di semifinal kejuaraan tersebut. Perlu diketahui Internacional adalah klub unggulan selain Inter Milan di ajang ini.
Rafael Sobis of Sport Club Internacional takes on Miala Nkulukuta of TP Mazembe

Dua gol dari Mulota Mabangu pada menit ke-53 dan Dioko Kaluyituka pada menit ke-85 yang melambungkan asa bagi Mazembe, wakil Afrika pertama untuk melaju ke final. Tentu hal tersebut tidak mudah bagi juara Afrika tersebut ketika berhadapan dengan Internacional yang diperkuat beberapa pemain bintang seperti Andres D'Allesandro dan Rafael Sobis. Bahkan terlihat sebenarnya juga Internacional mempunyai kekuatan di atas wakil Afrika tersebut.

Apa yang dilakukan oleh TP Mazembe setidaknya seperti mematahkan sejarah kejuaraan yang selama ini hanya menempatkan wakil Eropa melawan Amerika Latin. Tentunya pencapaian Mazembe setidaknya akan menjadi kebanggaan Afrika meskipun di final nanti mereka kalah dari siapa pun itu lawannya.

Kamis, 09 Desember 2010

Singapura Tersingkir, Filipina cetak sejarah..

Tuan rumah Vietnam secara dramatis akhirnya lolos ke semifinal piala AFF 2010 setelah bermain saling bunuh dengan Singapura pada pertandingan terakhir penyisihan grup piala AFF rabu kemarin. Adalah Nguyen Vu Phongh yang memastikan kemenangan tim negeri Paman Ho tersebut.

Sementara di pertandingan lainnya, Filipina bermain imbang kacamata dengan Myanmar. Namun, dengan demikian Filipina tetap lolos untuk mendampingi Vietnam. Kelolosan negeri Pinoy ini menjadi sebuah sejarah untuk pertama kalinya karena pada sebelum-sebelumnya Filipina hanyalah tim anak bawang di Asia Tenggara. 
Lain halnya dengan Singapura yang untuk keempat kalinya gagal lolos ke semifinal. Tentu saja ini merupakan pukulan untuk tim negeri Singa yang sudah diunggulkan bersama dengan Vietnam. Tersingkirnya Singapura pada akhirnya menyusul tersingkirnya Thailand sehari sebelumnya.

Pada semifinal nanti yang akan digelar dua kali pada 15-16 serta 18-19 Desember 2010 akan menyajikan partai antara Malaysia vs Vietnam dan Filipina vs Indonesia. Namun dari satu dari dua partai tersebut terdapat masalah yaitu, Filipina dikabarkan tidak bisa menggelar pertandingan semifinal babak pertama akibat stadion-stadion di negeri Pinoy tidak sesuai dengan standar. Hal itu bisa jadi karena sepakbola memang bukan olahraga populer. Kebanyakan stadion yang berkualitas akan selalu diperuntukkan untuk pertandingan bisbol. Akibatnya, Filipina diberi opsi menggelar pertandingan di tempat netral atau di negara yang akan menjadi lawan di semifinal.

Selasa, 07 Desember 2010

AREMA Berat, Persipura Sedang!

Arema Indonesia FC akan menghadapi lawan-lawan yang begitu tangguh pada ajang AFC Champions League 2011 nanti. Kepastian itu didapat setelah tim asal kota Malang itu satu grup dengan Cerezo Osaka (Jepang), Shandong Luneng (China), dan Jeonbuk Motors (Korsel) pada grup G di ajang kejuaraan antar klub se-Asia tersebut pada undian grup yang dilakukan AFC hari ini di Kuala Lumpur, Malaysia. Arema juara Liga Super Indonesia musim lalu itu jika dilihat dalam grup tersebut bisa dikatakan hanya sebagai penggembira karena tradisi klub-klub Indonesia yang tidak bagus dan kurang mengesankan. Apalagi pelatih Arema, Miroslav Janu yang menyadari akan hal tersebut juga tidak muluk-muluk mengenai peluang Arema di kompetisi ini.
acl2011_draw_3x2


Sementara itu runner-up Liga Super Indonesia musim lalu Persipura akan bermain di AFC Cup dan ditempatkan di grup H bersama South China (Hongkong), Chonburi (Thailand), dan East Bengal (India). Jika dilihat kekuatan semua tim cukup merata dan Persipura berpeluang lolos ke babak kedua.

Sementara itu juara piala Indonesia 2010, Sriwijaya FC harus melalui babak play-off untuk menemani Arema di AFC Champions League. Sriwijaya akan menghadapi lawan cukup berat dari Thailand, Muangthong United, semifinalis AFC cup tahun ini. Pertandingannya akan digelar pada Februari 2011. Jika berhasil mengalahkan Muangthong, klub asal Palembang tersebut akan ditunggu klub asal Uni Emirat Arab, Al Ain untuk bisa memastikan lolos ke babak utama dan akan ditempatkan di grup F bersama Hangzhou Greentown (China), FC Seoul (Korsel), dan Nagoya Grampus (Jepang).

Pertandingan kedua ajang milik AFC ini akan dimulai pada Maret 2011 dan berakhir pada November 2011. Finalnya tetap digelar di satu tempat namun akan diselenggarakan di salah satu tempat finalis melalui undian.

SEMPURNA!

Sempurna! Sudah cukup satu kata itu menggambarkan bagaimana permainan timnas Indonesia di penyisihan grup A piala AFF 2010. Tiga kali main tiga kali pula timnas meraih kemenangan. Pada pertandingan terakhir penyisihan grup yang baru berakhir sejam yang lalu, Indonesia akhirnya untuk pertama kalinya dalam milenium ketiga bisa mengalahkan Thailand dengan skor 2-1.



Tentunya memang sebuah pertandingan yang berat melawan Thailand yang memang mempunyai status sebagai raja sepakbola Asia Tenggara. Status itu memang setara dengan permainan tim Gajah Putih asuhan Bryan Robson. Dari awal pertandingan sampai pertengahan babak kedua harus diakui Thailand memang sepertinya unggul segala-galanya. Mulai dari power, fisik, kecepatan serta ketenangan dalam memainkan bola. Akibatnya, jelas Thailand terus-terusan menggempur Indonesia.

Permainan Indonesia dalam pertandingan ini memang agak berbeda dengan saat melawan Malaysia dan Laos. Suplai dari lini tengah kurang berjalan sehingga duet striker Irfan Bachdim dan Christian Gonzales jadi kurang greget. Eka Ramdani yang diplot menggantikan Firman Utina memang terlihat kurang apik menjalankan perannya  namun pada akhirnya pada babak kedua ia juga yang berperan pada gol pertama Indonesia lewat 12 pas oleh Bambang Pamungkas pada menit ke-81 setelah tertinggal oleh gol indah Suree Sukha di menit ke-68.
Permainan Indonesia yang pada awalnya kesulitan menembus pertahanan Indonesia akhirnya bisa berkembang dengan semangat juang yang tinggi. Masuknya Arif Suyono menggantikan Oktavianus Maniani di babak kedua malah bisa menghidupkan sayap Indonesia yang terlihat kurang greget saat dijalankan Okto yang terlihat kurang berani dan kepayahan menghadapi bek-bek Thailand yang unggul dari segi postur.

Arif pula yang menghantarkan kemenangan Indonesia lewat akselarasinya yang berujung penalti kedua. Dan lagi-lagi Bambang Pamungkas yang mencetak gol itu pada menit ke-89.

Meskipun Indonesia unggul dua gol lewat titik putih ada satu yang patut dicatat dari semangat pemain muda Indonesia yang terus menggelora untuk bisa memenangkan pertandingan. Hal ini yang jarang terlihat pada permainan timnas di masa sebelumnya yaitu pada masa kepelatihan Benny Dolo yang terlihat malas untuk memenangkan pertandingan jika bertemu tim-tim besar dari kawasan Asia Tenggara. Tentu saja semua pendukung timnas berharap semangat yang demikian terus ada.

Hasil ini jelas makin mengokohkan Indonesia di puncak grup A dengan nilai 9 dan lolos ke semifinal. Tim lain yang mendampingi Indonesia adalah Malaysia yang menghajar Laos 5-1 di Palembang pada saat yang bersamaan. Dengan demikian Thailand tersingkir untuk kedua kalinya dari ajang piala AFF dan sudah dipastikan Bryan Robson tergusur posisinya.

Senin, 06 Desember 2010

Naturalisasi: Antara Jalan Pintas dan Penyia-nyiaan

Dunia pada saat ini memang sudah dan terus mengglobal sehingga batasan-batasan yang ada pun menjadi tidak berlaku lagi. Hal yang demikian juga berlaku di sepakbola khususnya masalah kebangsaan. Dewasa ini beberapa tim sepakbola gemar melakukan apa yang disebut dengan naturalisasi. Naturalisasi adalah sebuah proses pemberian kewarganegaraan kepada setiap individu yang berasal dari luar negara tersebut. Tentu saja pemberian naturalisasi tidak sembarangan. Pemberian itu diberikan jika individu yang bersangkutan sudah lama tinggal di negara tersebut dan mengerti dengan budaya yang berlaku. Pemberian itu sendiri diberikan juga karena individu tersebut mempunyai sejumlah prestasi yang ternyata dapat memajukan negara yang ia diami. Setiap negara pun mempunyai peraturan sendiri mengenai naturalisasi menyangkut jangka waktu tinggal si individu.

Pada awalnya naturalisasi berlaku hanya di bidang politik terutama kepada mereka yang menjadi pencari suaka atau imigran. Namun lama-kelamaan hal tersebut berkembang ke bidang lain yaitu ke olahraga khususnya sepakbola.

Naturalisasi dalam sepakbola kebanyakan terjadi karena kebutuhan yang mendesak dan harus segera diselesaikan semisal untuk mengangkat prestasi tim agar lebih menonjol. Hal lainnya adalah keinginan si individu untuk mau memperkuat timnas negara yang ia diami demi mencapai cita-cita main di ajang internasional sebab kesempatan main di timnas negara sendiri pun mustahil.

FIFA dalam hal naturalisasi pun mengajukan tiga syarat. Yang pertama si individu benar-benar mempunyai keterkaitan historis dengan negara yang akan ia bela. Keterkaitan historis itu berupa sanak keluarganya yang berada di tempat tersebut.

Yang kedua adalah si individu lahir dan besar di negara yang akan ia bela meskipun 100 persen darahnya tidak mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut. Contoh seperti ini adalah para pemain kaum imigran di suatu negara tertentu.

Yang ketiga si individu sudah tinggal lama minimal 5 tahun.

FIFA pernah menghardik Qatar soal naturalisasi karena negara tersebut hendak memberikan kewarganegaraan kepada 3 pemain Brasil yang baru merumput 3 tahun.

Di Piala Dunia lalu kita sesungguhnya disajikan oleh tim-tim yang penuh dengan naturalisasi pemain. Sebut saja Jerman, Perancis, Portugal, dan Belanda. Namun tentu yang paling fenomenal adalah Jerman yang selama ini teguh pada prinsip "uber alles". Lihat saja aksi Mezut Oezil, Sami Khedira, Jerome Boateng, Lukas Podolski, Miroslav Klose yang mampu bersanding dengan para pemain asli Jerman.

Di Asia boleh dibilang Jepang adalah Jepang yang pertama melakukan naturalisasi. Kebanyakan yang dinaturalisasi adalah dari Brasil yang secara historis mempunyai ikatan kuat dengan Jepang. Sebut saja nama seperti Ruy Ramos, Wagner Lopez, Alex dos Santos hingga Marcus Tanaka.

Di Asia Tenggara Singapura boleh jadi yang menjadi pelopor. Sebanyak 6 hingga 10 pemain hasil naturalisasi berada di tim ini seperti Agu Casmir, Mustafic Fahrudin, Daniel Bennet, Ittmi Dickson, Shia Jiayi dan lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mendobrak sepakbola Singapura ke tingkat dunia dan juga dikarenakan Singapura adalah tim dari pulau kecil di selat Malaka yang sumber dayanya begitu kurang. Tim naturalisasi ini pun malah sudah memberi hasil dengan dua kali juara piala AFF.

Tim-tim lain pun mengikuti Singapura. Indonesia dan Filipina tim-tim yang dimaksud. Di tubuh timnas Indonesia ada dua pemain naturalisasi yaitu, Irfan Bachdim dan Christian Gonzales. Di Filpina ada delapan. Sebut saja Jason de Jong, Chris Greatwick, Younghusband bersaudara dan lainnya. Sejauh ini pemain-pemain naturalisasi yang ada di dua tim tersebut sudah unjuk gigi dalam pertandingan piala AFF 2010.

Naturalisasi boleh dikatakan seperti sebuah jalan pintas menuju prestasi dan resep yang amat begitu mudah. Namun di sisi lain tetap saja naturalisasi bisa mempunyai dampak buruk. Untuk tim dari negeri mini Singapura naturalisasi bisa menjadi wajar. Namun, untuk tim dari negara besar dan banyak sumber daya seperti Indonesia dan Filipina naturalisasi bisa dianggap tidak wajar karena akan banyak tersia-sianya bakat alami dari seluruh penjuru negeri. Hal yang demikian juga berlaku bagi negara-negara sepakbola besar seperti Jerman dan Perancis. Tetapi, sepertinya apapun dampaknya naturalisasi mau tidak mau harus tetap jadi pilihan yang mudah untuk sebuah impian.

Minggu, 05 Desember 2010

Filpina: calon kekuatan baru?

Peta sepakbola ASEAN sepertinya akan berubah kembali. Baru saja ada kabar terbaru dari pertandingan kedua grup B antara tuan rumah Vietnam dengan Filipina. Secara kualitas sudah pasti Vietnam unggul daripada Filipina, negeri pinoy yang benar-benar buta sepakbola. Namun, ternyata hasil yang terjadi malah di luar perkiraan! Sang juara bertahan menyerah dua gol tanpa balas!

Adalah Chris Greatwich dan Phil Younghusband yang memupuskan langkah Vietnam untuk menapakkan kaki ke semifinal setelah kemenangan besar 7-1 atas Myanmar di pertandingan pertama. Kalau dilihat dari namanya jelas kedua pemain tersebut bukan asli Filipina tetapi naturalisasi. Ya, Filipina negeri kepulauan di laut Cina Selatan memang memasang delapan pemain naturalisasi dalam timnya. Akan tetapi, mereka tetap mempunyai darah Filipina.

Untuk saat ini Filipina benar-benar harus diwaspadai karena memang benar-benar mengejutkan. Sebelum Vietnam, Singapura berhasil mereka tahan imbang. Singapura sendiri di pertandingan kedua menang tipis 2-1 atas Myanmar. Bisa disimpulkan persaingan di grup B cukup panas.

Di Grup A juga demikian. Satu tiket tengah diperebutkan oleh 3 tim yaitu Thailand, Laos, dan, Malaysia untuk menemani Indonesia. Yang patut diwaspadai menjadi kejutan di sini adalah Laos. Meskipun di pertandingan pertama mereka bisa menahan imbang Thailand namun di pertandingan mereka menyerah 6 gol tanpa balas oleh Indonesia setelah sebelumnya sempat merepotkan tuan rumah. Akan tetapi, Laos tetap mempunyai peluang asal bisa menang melawan Malaysia pada pertandingan terakhir.

Jumat, 03 Desember 2010

Rusia dan Qatar Tuan Rumah Piala Dunia 2018 dan 2022

Akhirnya, FIFA memutuskan juga tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 setelah melalui beberapa proses yang penting yang dimulai sejak 3 tahun lalu. Rusia dan Qatar. Itulah dua negara yang boleh dikatakan amat mengejutkan dipilih FIFA untuk bisa menyelenggarakan ajang sepakbola akbar empat tahunan tersebut.
Rusia yang dipilih sebagai FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 berhasil mengalahkan para pesaingnya termasuk Inggris, Belanda-Belgia, dan Spanyol-Portugal. Sedangkan Qatar untuk 2022 berhasil mengalahkan Australia, AS, Jepang, dan Korsel.

Terpilihnya kedua negara seperti dikatakan tadi mengejutkan. Mengapa?

Pada beberapa waktu sebelumnya, Inggris disebut-sebut sebagai calon favorit begitu juga dengan Spanyol-Portugal sedangkan Belanda-Belgia sudah kecil kansnya. Hal ini dikarenakan Inggris dianggap mempunyai segala macam infrastruktur yang memadai termasuk stadion dan segala macam akses serta akomodasi. Negeri ini pun sudah berulangkali mengadakan banyak ajang olahraga di antaranya Piala Dunia 1966, Piala Eropa 1996, Commonwealth Games 2003 dan satu lagi Olimpiade pada 2012 nanti. Sudah begitu Inggris adalah tempatnya kompetisi terbaik di dunia saat ini, English Premier League. Jadi, wajar dengan segala kelengkapannya dan pengalamannya Inggris sangat berharap ditunjuk FIFA. Apalagi para pejabat dan keluarga kerajaan Inggris juga datang untuk melobi FIFA. Sedangkan dua kandidat lainnya, Spanyol-Portugal serta Belanda-Belgia juga mempuyai keunggulan lain meskipun tidak sebanyak Inggris. Spanyol dan Portugal mempunyai keunggulan infrastruktur dan akses selain itu salah satu calon tuan rumah, Spanyol adalah juara dunia 2010 dan pernah mengadakan Piala Dunia 1982. Sedangkan Portugal pernah mengadakan ajang Piala Eropa 2004.

Belanda dan Belgia meskipun kedua-duanya pernah mengadakan ajang Piala Eropa 2000 namun keduanya adalah negara kecil yang dianggap FIFA belum mampu menyelenggarakan ajang sebesar Piala Dunia yang butuh dana, akomodasi, akses yang banyak.

Dibandingkan ketiga calonnya yang berhasil disingkirkan, Rusia memang bukanlah terbilang sebagai apa-apa di dunia sepakbola dan juga ajang olahraga lainnya. Negeri besar pecahan Uni Soviet ini hanya sempat menyelenggarakan Olimpiade pada 1980.

Kemudian untuk 2022 penunjukan Qatar sama mengejutkannya dikarenakan negara khalifah kaya minyak ini sebenarnya kalah dengan beberapa pesaingnya terutama dalam infratruktur dan teknologi. Apalagi dari segi geografis penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah amat dikatakan mengganggu karena suhu udara yang begitu panas pada bulan juni dan juli. Meskipun begitu pihak Qatar berjanji akan memberikan pendingin ruangan di tiap-tiap stadion untuk meminimalisir suhu panas.

Saingan-saingan Qatar yang terdiri dari AS, Australia, Korea, dan Jepang sebenarnya bisa dibilang mempunyai banyak keunggulan. AS tentu mengedepankan teknologi serta diplomasi Obama. Australia dari segi geografis menguntungkan karena pada bulan Juni-Juli suhunya lembab dan tropis. Korea dan Jepang kedua-duanya pernah mengadakan ajang empat tahunan ini pada 2002.

Pada akhirnya penunjukkan kedua negara tersebut ada yang bersimpati ada yang sebaliknya. Vladimir Putin, perdana menteri Rusia menyambut kemenangan Rusia sebagai tuan rumah sedangkan Guus Hiddink, ketua tim promosi Belanda-Belgia mengaku kecewa.

Zinedine Zidane, sang mantan maestro sepakbola mengaku kemenangan Qatar adalah kemenangan bangsa Arab sedangkan Obama, presiden AS menyatakan penunjukkan Qatar adalah pilihan yang salah.
Hal-hal demikian memang mencuat setelah adanya indikasi korupsi dan penyuapan menjelang pemilihan. Namun, apa pun itu penunjukkan keduanya setidaknya patut dihargai dan juga bisa menjadi pelajaran berharga untuk Indonesia nantinya.

Banjir gol dua tim tuan rumah dan seri Thailand dan Singapura

Pertandingan pertama Piala AFF tahun ini sudah banyak banjir gol. Bagaimana tidak dua tuan rumah Indonesia dan Vietnam sukses mengalahkan lawan-lawannya dengan skor lebih dari 3 gol. Pada hari pertama penyelenggaraan Indonesia sukses menghantam rival serumpunnya, Malaysia 5-1 meskipun pada pertandingan yang sangat emosional tersebut Indonesia tertinggal terlebih dahulu.

Kemudian di hari kedua giliran Vietnam yang membuat skor unggul dua angka dari Indonesia kala tim negeri Paman Ho membantai tim lemah Myanmar 7-1. Dalam pertandingan itu Myanmar sempat menyamakan kedudukan.

Selain banjir gol dua pertandingan lain malah berakhir seri. Thailand, sang raja Asia Tenggara secara mengejutkan ditahan imbang tim gurem Laos. Begitu juga dengan Singapura yang malah ditahan imbang oleh tim tanpa tradisi sepakbola yang kuat, Filipina.

Melihat pertandingan pertama tadi terutama pada hasil seri yang menimpa tim-tim besar Asia Tenggara bisa dipastikan peta sepakbola Asia Tenggara di ajang ini akan menjadi rata.