BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Senin, 31 Januari 2011

Nyonya Tua yang Semakin Tertatih-tatih

Tidak stabil! Itulah gambaran yang tepat untuk Juventus FC, klub asal Italia yang kondang dengan sebutan La Vecchia Signora atau Si Nyonya Tua. Kekalahan tipis 1-2 dari Udinese pada minggu dinihari kemarin waktu Indonesia di kandang sendiri, stadion Olimpico Turin menjadi kembali sebuah rentetan pahit yang dialami oleh La Vecchia Signora dalam penampilan ke-113 di Serie A. Kekalahan itu menjadi kekalahan keempat tim asuhan Luigi Del Neri selepas libur musim dingin dan harapan untuk mengejar scudetto seperti yang selalu didengung-dengungkan tiap awal musim menjadi sebuah kemustahilan. Dengan kekalahan itu Juve kini berada di peringkat ke-6. Tertinggal 9 angka dari pimpinan klasemen sementara, AC Milan yang terus menuai kemenangan.
Juventus crest

Keadaan yang demikian membuat orang semakin bertanya-tanya. Kemanakah Juventus? Klub yang selama ini selalu merajai Italia dalam beberapa dekade terakhir sebelum direnggut oleh Inter Milan? Mengapa sekarang seakan-akan tenggelam di balik drama perebutan titel juara Serie A musim ini?

Dilihat dari susunan dan materi pemain, sebenarnya Juventus bisa bersaing dengan klub-klub lain yang selama ini menjadi pesaing-pesaing utamanya seperti Milan, Inter, dan Roma. Apalagi sang ikon, Alessandro Del Piero tetap menjadi tumpuan tim. Namun, menurut Luciano Moggi, mantan petinggi Juventus yang tersangkut kasus calciopoli pada 2006 materi pemain-pemain Juventus saat ini cenderung biasa-biasa saja dan tidak mencerminkan kualitas Juve yang sebenarnya sehingga penampilan mereka kerap tidak stabil di lapangan.

Harus diakui, Moggi adalah orang yang mampu mengelola Juventus menjadi sebuah klub besar di Italia dan Eropa. Selama masa kepemimpinannya, ia mampu membawa beberapa gelar untuk Juve dengan membeli pelatih dan pemain yang berkualitas. Tercatat nama-nama seperti Zinedine Zidane, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Zlatan Ibrahimovic mampu dirayunya untuk bermain di klub asal Turin tersebut.

Sayang, semua itu berakhir pada 2006 ketika Moggi dinyatakan terlibat calciopoli dan Juve dihukum turun ke Serie B. Selama itu pula, manajemen Juventus melakukan perombakan besar-besaran dengan beberapa posisi diisi oleh darah-darah muda. 

Juve memang berhasil kembali ke Serie A musim berikutnya dan target scudetto dipancangkan. Sayang, situasi sudah berubah. Juve tidak mampu bersaing meskipun Del Piero menjadi top skor. Posisi ke-3, ke-2 dan bahkan ke-7 adalah posisi Juve setelah kembali ke Serie A.

Ada yang mengatakan bahwa calciopoli berpengaruh terhadap Juventus selain faktor cederanya beberapa pemain. Bisa dibilang calciopoli memberikan efek dahsyat yang berpengaruh terhadap mental para pemain. Apalagi untuk klub sebesar Juventus yang telah termashyur di Italia, Eropa bahkan dunia.

Kini ada yang ingin Juve kembali seperti dulu meskipun juga ada yang tidak mau. Dan itu butuh waktu yang lama. Untuk saat ini Juve bisa dibilang seperti Nyonya Tua yang semakin tertatih-tatih.

Minggu, 30 Januari 2011

Sepakbola Arab: Sepakbola 2 Benua

Mendengar kata "arab" pikiran kita akan langsung terbayang ke daerah jazirah arab terutama ke Arab Saudi yang mempunyai dua kota suci Islam, Mekah dan Madinah, terus ke Irak dan juga Palestina. Namun, arab bukanlah negara-negara di kawasan jazirah arab saja melainkan juga di kawasan utara Afrika seperti Mesir, Tunisia dan juga Aljazair. Dan kawasan inilah yang disebut dengan dunia arab yang berawal dari Bahrain hingga ke Maroko.

Di dalam sepakbola dunia arab menjadi sesuatu yang unik sebab keberadaan negara-negara Arab dalam dua benua yang otomatis membuat mereka juga harus berada dalam konfederasi yang beda. Arab-arab di Asia jelas berada dalam naungan AFC sedangkan arab-arab Afrika berada dalam naungan CAF. Namun antara arab Asia dan Afrika kemudian disatukan dalam sebuah organisasi sepakbola bernama UAFA (Union of Arab Football Association) yang berdiri pada 1974 dan beranggotakan 22 negara Arab.

Masing-masing antara Arab di kedua benua dan konfederasi tersebut telah menghasilkan banyak prestasi. Di Asia negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Irak sering dan pernah juara piala Asia. Arab Saudi adalah yang terbanyak dengan 3 gelar sedangkan Kuwait dan Irak satu. Selain itu ketiga-ketiganya pernah mencapai piala dunia. Namun, hanya Saudi yang mampu menembus babak kedua pada piala Dunia 1994 di AS. Selain ketiga tim tadi ada Uni Emirat Arab yang pernah menembus piala Dunia pada 1990 namun nasibnya sama dengan Kuwait dan Irak.

Itu di Asia. Bagaimana dengan yang di Afrika? Di sini juga tidak kalah hebatnya. Tercatat Mesir, Tunisia, Aljazair, Sudan, dan Maroko sering dan pernah juara piala Afrika. Akan tetapi dari lima hanya Mesir yang mampu menjuarai turnamen itu sebanyak 7 kali dan Mesir pun menjadi tim yang paling banyak juara. Tim-tim lainnya hanya satu. Tim-tim ini kecuali Sudan sudah pernah merasakan piala Dunia. Namun, Marokolah yang mampu sampai babak kedua pada piala Dunia 1986. Perlu diketahui juga meskipun Mesir hanya mampu sampai di babak pertama dalam piala Dunia tetapi tim ini adalah tim Arab pertama yang tampil di piala Dunia tepatnya pada 1938.

Selain itu tim-tim Arab Asia dan Afrika  mempunyai perbedaan terutama dalam teknik permainan serta kemampuan individu. Tim-tim Arab Asia bisa dikatakan kalah dalam yang disebut di atas sedangkan Arab Afrika sebaliknya. Hal ini dikarenakan jarangnya pemain-pemain Arab dari Asia bersentuhan secara langsung dengan pusat sepakbola dunia, Eropa dikarenakan letak geografis serta karena sudah merasa puas bermain di dalam negeri karena perekonomian negara yang maju. Arab Afrika sebaliknya. Letak mereka yang dekat dengan Eropa secara geografis hanya dipisahkan oleh lautan Mediterania serta keadaan di dalam negeri yang tidak stabil dalam ekosospol dan juga demi penghidupan yang layak memungkinkan persentuhan yang besar dengan Eropa yang dianggap mapan. Tak hanya Eropa tetapi para pemain arab Afrika terkadang juga suka menyeberang ke arab Asia atau malah ke timur dan tenggara Asia.

Karena suka menyeberang inilah banyak yang akhirnya menjadi imigran dan beranak-pinak di sana. Pada akhirnya banyak dari keturunan mereka yang lahir dan besar di tanah seberang ini berganti kewarganegaraan dan menjadi pemain di negara tersebut.

Zinedine Zidane adalah salah satu contoh saja. Bisa dibilang seniman sepakbola asal Perancis keturunan Aljazair ini adalah pemain terbesar dalam dunia sepakbola Arab yang telah melegenda ke seluruh dunia. Selain Zidane nama-nama seperti Karim Benzema, Sami Khedira, dan Ibrahim Affelay adalah yang mungkin bisa meneruskan jejak Zidane sebagai pesepakbola Arab yang sukses di Eropa meskipun dalam artian kewarganegaraan mereka bukanlah berasal dari negara-negara Arab.

Kesuksesan Qatar meskipun kontroversial menjadi tuan rumah piala Dunia 2022 seperti kata Zidane adalah kemenangan untuk seluruh bangsa Arab dan ini seperti sebuah kemenangan yang pernah terjadi berabab-abad lalu ketika mereka sering sekali menaklukkan dunia yang dimulai dari asal mereka, jazirah Arab.


Jepang Juara Piala Asia 2011

Bukan Keisuke Honda atau bukan juga Shinji Okazaki serta Yasuhito Endo namun adalah seorang Tadanari Lee yang mencatatkan namanya di skor dan juga sejarah di final piala Asia 2011 kemarin malam. Ya, satu gol hasil dari tendangan voli pemain Jepang keturunan Korea ini sudah cukup untuk mengantarkan 'samurai biru' menjuarai piala Asia untuk keempat kalinya semenjak mereka pertama kali menjuarainya pada 1992. Gol Lee yang terjadi di babak perpanjangan waktu babak kedua memanfaatkan kesalahan barisan belakang Australia yang tidak menjaganya sama sekali dan dibiarkan bebas sendiri setelah menerima umpan saya Yuto Nagatomo di sisi kiri pertahanan Australia.
108532717, AFP/Getty Images /AFP
Pertandingan kedua tim memang berjalan menarik dan ketat. Namun, Australia yang terlihat nafsu memburu gelar pertama mereka di Asia sering sekali membuka peluang melalui Harry Kewell, Tim Cahlil dan juga Sasa Ogenovski. Sayang, beberapa peluang mereka gagal dalam penyelesaiannya dan ketangguhan kiper Jepang, Eiji Kawashima juga menjadi faktor kegagalan tersebut.

Sementara Jepang terlihat terlambat panas serta mudah tertekan. Baru di pertengahan babak pertama dan babak kedua Jepang mulai menekan dan menciptakan beberapa peluang terutama dari Keisuke Honda dan Shinji Okazaki.

Dengan hasil ini Jepang juga menjadi tim Asia terbanyak yang menjuarai turnamen antarnegara Asia ini. Prestasi yang dibuat Jepang seperti sebuah prestasi yang dibuat dalam semalam. Bagaimana tidak hanya dalam waktu satu dekade saja mereka sudah bisa membuat suatu loncatan prestasi yang mengagumkan. Pertama kali tampil pada piala Asia 1988 dan tersingkir di babak pertama empat tahun berikutnya mereka sudah menjadi juara di rumah sendiri. Hal demikian berlanjut pada 2000 dan 2004.

Faktor teknologi juga cukup berpengaruh. Mengingat Jepang adalah negara penghasil teknologi maju dan gemar melakukan ekspansi teknologinya ke seluruh dunia dengan cepat pula mereka belajar sepakbola. Tentu saja hal yang demikian amat sukar dibandingkan dengan Indonesia. Banyak yang melihat bahwa Jepang mempunyai kesamaan fisik dengan Indonesia namun Jepang malah bisa lebih maju. Tentu saja semua itu tidak sama lagi. Ingat! Indonesia tidak mempunyai teknologi canggih dalam sepakbola dan hanya mengandalkan bakat alam. Padahal untuk sekarang sepakbola tidak harus mengandalkan bakat alam akan tetapi juga teknologi dan kedua-duanya harus digabungkan. Jepang terbukti berhasil menggabungkannya setelah mereka sadar bahwa sesungguhnya sepakbola di negara mereka masih belum membudaya dan kalah populer dari bisbol.

Selain juara, salah satu pemainnya, Keisuke Honda diganjar sebagai MVP turnamen. Tentu saja ini menjadi pelengkap bagi kesuksesan Jepang. Dan acungan jempol harus diberikan pada Alberto Zaccheroni yang dalam beberapa bulan saja bisa memahami sepakbola Jepang dan membawa tim itu juara.

Akhir kata Selamat Jepang!

Sabtu, 29 Januari 2011

Korsel Juara Ketiga Piala Asia 2011

Seperti diduga sebelumnya, Korsel mampu memenangkan pertandingan atas Uzbekistan dalam perebutan tempat ketiga piala Asia 2011 kemarin malam. Skor tipis 3-2 adalah hasil yang pantas untuk kedua kubu yang sedang mencoba menghibur diri usai kekalahan dari lawan masing-masing di semifinal.

Korsel seperti biasa langsung menggebrak dan menguasai seluruh pertandingan meskipun di awal-awal terlihat kedua tim saling jual beli serangan. 

Adalah Koo Jae-Chol, striker masa depan Korsel asal Jeju United yang mampu membuka keunggulan tim negeri ginseng tersebut pada menit ke-17 usai menerima umpan dari Lee Yong Rae. Menit ke-27 giliran Koo yang berperan melahirkan gol kedua Korsel yang diciptakan oleh Ji Dong Won. Dan enam menit jelang babak pertama berakhir kembali Ji Dong Won menjebol gawang Uzbekistan melalui sundulan kepala.

Uzbekistan sendiri berhasil memperkecil kedudukan lewat adu penalti Alexander Geynrich di menit-menit terakhir babak pertama. Gelandang Uzbekistan keturunan Rusia-Jerman itu sukses mengeksekusi penalti meski harus diulang dua kali.

Geynrich pula yang berhasil memperkecil kembali kedudukan menjadi 3-2 pada menit ke-53. Harapan menyamakan kedudukan kian terbuka lebar. Sayang, skor tetap 3-2 untuk Korsel hingga pertandingan berakhir dan Korsel berhak menjadi juara ke-3 dalam dua edisi berturut-turut.

Jumat, 28 Januari 2011

Bentuk-bentuk Sistem Kompetisi Sepakbola di Seluruh Dunia

Dalam olahraga khususnya sepakbola dikenal dengan namanya kompetisi atau persaingan. Kompetisi ini melibatkan seluruh klub-klub sepakbola yang berada di kota atau daerah masing-masing di negara tersebut. Tujuannya jelas menjadi juara nasional. Namun, selain itu juga adalah mencari para pemain bagus yang dianggap tepat masuk ke dalam tim nasional atau juga mencari bakat-bakat muda yang bagus untuk kelangsungan masa depan sepakbola di negara yang bersangkutan.

Biasanya kompetisi di setiap negara selalu diselenggarakan oleh sebuah badan independen yang terpisah dari organisasi induk sepakbola namun meski independen badan ini tetap bertanggungjawab melaporkan kegiatan dari kompetisi yang dijalankan yang meliputi tim, pemain, pelatih, dan juga penonton.

Pada kenyataannya, kompetisi-kompetisi yang ada di seluruh dunia mempunyai sistem-sistem yang berbeda. Sistem-sistem itu mulai dari waktu penyelenggaraan dan format kompetisi itu sendiri. Hal tersebut biasanya muncul karena keadaan geografis dan iklim. Di Eropa kita akan selalu melihat kompetisi yang diputar pada Juli-Agustus dan berakhir pada Mei (kecuali Rusia yang diputar pada maret dan berakhir November namun pada tahun ini diputar Maret dan berakhir musim panas 2012 dengan format 2 fase. Musim selanjutnya Rusia akan menggelar kompetisinya dari musim gugur hingga musim semi). Kompetisi di Eropa sendiri bersifat satu musim penuh dengan jeda selama libur musim dingin.

Di Asia sebagian besar kompetisinya diputar pada awal tahun (Jepang, Korsel, Cina, Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand) dan berakhir pada akhir tahun. Namun ada juga yang sebaliknya dan seperti Eropa (Indonesia, Hongkong dan negara-negara Timur Tengah). Kebanyakan diputar satu musim penuh tanpa jeda (kecuali Australia yang menyelenggarakan kompetisinya setengah musim penuh dengan kemudian mengadakan babak delapan besar hingga final melalui 6 tim terbaik).

Di Afrika mirip seperti Eropa. Satu musim penuh dan mengenal jeda. Di Amerika Latin ada yang mirip seperti Eropa (Argentina, Uruguay, dan Venezuela) namun ada juga diselenggarakan pada awal tahun seperti Brasil, Bolivia, Cili, dan Peru. Hanya saja Argentina dan Venezuela mengenal adanya sistem arpetura dan clausura. Sistem ini memunculkan dua juara dalam satu musim. Di luar Amerika Latin adalah Meksiko dan Jepang yang pernah menerapkan sistem ini. Namun, uniknya di Meksiko tiap tim yang berlaga dimasukkan dahulu ke dalam grup yang berjumlah 3 dan dari masing-masing grup akan diambil tim yang berjumlah 8 untuk bertarung di babak delapan besar. Sedangkan Jepang memakai sistem ini dari 1999 hingga 2004.

Negara tetangga Meksiko, AS, menggunakan sistem dua wilayah yang kemudian delapan tim terbaik dari grup dua wilayah itu diambil untuk dipertemukan dalam babak 8 besar memperebutkan juara MLS yang disebut dengan piala MLS.

Bagaimana dengan di Oseania, zona minim persaingan? Negara terkuat di zona tersebut, Selandia Baru menggunakan sistem kompetisi satu musim penuh dengan jeda menjelang musim dingin.

Indonesia sebelum menggunakan sistem kompetisi penuh pernah menggunakan sistem dua wilayah. Namun, dirasa kurang efektif maka sistem itu dihapuskan meskipun sistem dua wilayah sangat tepat untuk sepakbola Indonesia berkenaan dengan kondisi geografis.

Ketika Kekuatan Fisik Berhadapan dengan Kecepatan; Final Piala Asia 2011: Australia vs Jepang

Dalam dua hari mulai dari sekarang Piala Asia akan mencapai puncaknya. Adalah Australia dan Jepang yang akan melakoni partai kejuaraan antar-negara Asia tersebut di stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar. Sudah pasti final ini yang memang diharapkan banyak oleh para penggila bola di Asia. Australia melaju ke final usai mencukur Uzbekistan enam gol tanpa balas sedangkan Jepang ke final usai bermain habis-habisan dengan rival abadi mereka di kawasan Asia Timur, Korea Selatan lewat adu penalti. Baik Australia dan Jepang oleh banyak penggila bola Asia dianggap sebagai dua tim terbaik Asia saat ini.

Australia sendiri dalam sejarah piala Asia baru dua kali ikut serta namun tim berjuluk the socceroos ini langsung menunjukkan penampilan yang begitu meyakinkan dan impresif setelah pada 2006 memutuskan pindah ke AFC dari OFC demi mencari persaingan yang kompetitif. Pada penampilan pertama mereka di 2007 tim ini walau tidak begitu meyakinkan mampu melaju ke perempatfinal sebelum akhirnya ditaklukkan oleh lawan yang nanti mereka hadapi, Jepang di babak perempatfinal lewat adu penalti dan pada penampilan kedua mereka mampu mencapai babak final dan siap menjadi juara baru di Asia. Tentu saja itu sebuah target yang telah mereka usung ketika bergabung dengan AFC. Apalagi jika berhasil tentu saja itu menjadi semacam pelengkap sebab Australia untuk empat tahun mendatang telah ditetapkan sebagai tuan rumah piala Asia edisi selanjutnya. Selain, keuntungan akan banyak mengalir ke kubu the socceroos jika berhasil menaklukkan Asia.
Penampilan Australia di piala Asia edisi kali ini yang sesuai dengan harapan banyak orang dikarenakan juga cuaca dan iklim di Qatar pada awal tahun yang begitu mendukung fisik pemain. Apalagi ditambah dengan penampilan puncak para pemain di klub masing-masing yang kemudian tertular di timnas mereka. Hal itu yang diungkapkan oleh salah satu gelandang mereka, Tim Cahlil. Ketika pada 2007 mereka mengaku sulit beradaptasi dengan cuaca tropis di Asia Tenggara.

Pada final pertama ini jelas semua pemain Australia siap untuk trofi Asia pertama mereka. Sebuah trofi, kata salah seorang pemain, bisa mendongkrak peringkat di FIFA. Bahkan dalam menghadapi Jepang, salah satu pilar, Sasa Ognenovski, mengeluarkan perang urat syaraf pertama kepada Jepang. Pemain terbaik Asia 2010 yang bermain di klub Korsel, Seongnam Ilhwa tersebut berujar bahwa para pemain Jepang akan terintimidasi dengan kekuatan fisik pemain Australia. Harus diakui memang bahwa Jepang memang kalah dari segi fisik. Namun, ia mengingatkan bahwa mereka mempunyai pergerakan dan umpan yang cepat.

Dari sisi pelatih, Holger Osieck, bukanlah orang baru di sepakbola Asia. Ia sudah dua kali menangani salah satu klub Jepang, Urawa Reds Diamonds dan bahkan pernah membawa klub itu juara liga Champions Asia dan juara 3 piala Dunia Antar klub. Jadi, bisa dipastikan ia sudah tahu dan hafal karakter pemain-pemain Jepang.

Akan tetapi Jepang tetap saja bukanlah lawan sembarangan. Status mereka sebagai juara 3 kali piala Asia dan dua kali perdelapan finalis piala Dunia bisa membuat mereka percaya diri melawan Australia yang unggul dalam umpan lambung dan fisik. Tentu saja seperti dikatakan Ognenovski Jepang akan mengandalkan umpan-umpan datar dan pergerakan cepat untuk mengelabui para pemain Australia yang lebih besar dari mereka. Hampir semua pemain yakin bisa mengalahkan Australia dan menjadi juara untuk keempat kalinya piala Asia serta akan menjadikan mereka juara terbanyak meskipun salah satu pilar mereka, Shinji Kagawa cedera saat melawan Korsel. Namun, itu tidaklah menjadi masalah bagi tim papan atas Asia seperti Jepang yang masih menyimpan pemain sekaliber Keisuke Honda atau Shinji Okazaki.

Alberto Zaccheroni, pelatih Jepang memang bukanlah orang yang berpengalaman di Asia. Namun, mantan pelatih AC Milan dan Juventus itu tahu bagaimana caranya meracik tim seperti Jepang yang harus bisa menyerang serta kuat dalam bertahan. Meskipun harus diakui hingga final Jepang telah kebobolan enam gol. Bandingkan dengan Australia yang hanya sebiji. Sektor ini yang sepertinya akan menjadi perhatian Zac-panggilan Zaccheroni- selain dia berharap juga pada ketangguhan kiper Eiji Kawashima untuk menahan gempuran penyerang-penyerang Australia seperti Harry Kewell dan Scott McDonald.

Jepang dalam sejarah final piala Asia selalu memenangkan kejuaraan tersebut sejak keikutsertaan pertama kali pada 1988. Hal historis itulah yang menjadi suntikan positif untuk skuad samurai biru dan Jepang dianggap tim yang mewakili Asia yang sebenarnya dibanding Australia. Jadi, banyak orang Asia khususnya di kawasan Timur akan memilih Jepang termasuk di dalamnya Indonesia. Meskipun harus diakui di atas kertas Australia lebih banyak dijagokan. Dan dalam dua pertemuan terakhir sejak 2007 Australia selalu unggul atas Jepang.

Selain partai final tadi sehari sebelumnya akan disuguhkan pertarungan perebutan tempat ke-3 oleh Korsel dan Uzbekistan. Tentu saja Korsel lebih diunggulkan dibanding lawannya yang menderita enam gol tanpa balas.

Kamis, 27 Januari 2011

OSEANIA: Zona Miskin Persaingan

FIFA sebagai badan tertinggi sepakbola mempunyai anggota sebanyak 200 lebih yang diwakili oleh 6 konfederasi benua masing-masing. Salah satu dari konfederasi itu adalah OFC atau Oceania Football Confederation. Konfederasi ini yang bertanggungjawab membawahi kegiatan sepakbola yang berada di Oseania, yaitu sebuah wilayah yang berisikan pulau-pulau kecil di tengah-tengah samudera Pasifik.
Jika membicarakan Oseania, sebagian besar pengamat dan juga penggila sepakbola dunia menganggap bahwa zona tersebut sangat jauh dan miskin dari persaingan sepakbola. Hal itu bisa dilihat bahwa sepakbola bukanlah olahraga terpopuler di zona ini. Kebanyakan masyarakatnya lebih menyukai ragbi sebagai permainan kebanggaan mereka. Maka, tidak heran jika di peringkat ragbi dunia sudah pasti ada 1-2 tim dari Oseania. Hal yang lain adalah hanya Selandia Baru yang dianggap mempunyai fasilitas yang dianggap mumpuni untuk menyelenggarakan sepakbola di kawasan ini. Wajar jika tim dari negeri Kiwi sering sekali merajai berbagai kompetisi di Oseania dan bahkan lolos ke piala Dunia. Namun, ada yang perlu diingat ketika ada salah satu klub dari Papua Nugini, Hekari United mampu juara di Oseania dan mewakili zona ini di piala Dunia Antar Klub akhir tahun lalu. Tentu saja itu sebuah kejutan dari sebuah negara tetangga Indonesia di timur yang menjadikan ragbi sebagai olahraga favorit. Apalagi diketahui bahwa sebagian besar pemain Hekari adalah para pemancing. Normal bila FIFA kemudian menempatkan tim-tim dari Oseania kecuali Selandia Baru di peringkat terbawah mereka.

Karena situasi yang demikian amat sangat wajar jika Australia memutuskan pindah ke Asia sebab di Asia pada kenyataannya persaingan lebih hebat dan menyamai persaingan di zona-zona lain. Kepindahan itu juga dipicu akibat penderitaan Australia yang selalu menang besar di babak kualifikasi piala Dunia zona Oseania namun selalu gagal di babak play-off.

Sampai saat ini Oseania masih jauh dari hingar-bingar sepakbola dunia dan persaingan yang setara dalam sepakbola juga masih jauh dari harapan.

Rabu, 26 Januari 2011

Ringkasan dunia sepakbola Januari 2011

Pertama-tama saya mau ucapkan dulu selamat Tahun Baru 2011-meskipun telat-untuk mengawali kembali aktifitas ngeblog saya yang terhenti selama sebulan lebih. Harapan saya sama seperti semuanya mengharapkan sesuatu yang lebih baik untuk semua hal terutama untuk sepakbola Indonesia. Akhir tahun kemarin memang sungguh menyesakkan bagi para pecinta sepakbola tanah air karena timnas Indonesia gagal menjuarai piala AFF untuk pertama kalinya setelah kalah agregat dari Malaysia di final. Sudah pasti ada yang begitu kesal dengan final ini karena banyak kejadian yang sungguh tidak sedap bagi kita seperti tragedi sinar laser. Namun, lepas dari itu semua kita tetap harus memberikan apresiasi bagi timnas yang bermain cantik dan sportif seperti idaman semua orang dan harus diakui bahwa Malaysia memang unggul pengalaman.

Di Januari 2011 sudah banyak berita sepakbola yang membahana. Di tanah air apresiasi masyarakat Indonesia terus berlanjut dengan antusias melihat dan terus mengamati seleksi timnas U-23 yang dipersiapkan untuk SEA Games 2011 di Palembang. Dalam seleksi itu muncul beberapa nama baru dan yang menjadi perhatian adalah para pemain keturunan seperti James Saragih, Arthur Irawan, Andrea Bitar, Jordy de Kat dan Ruben Wuarbanaran. Nama yang terakhir disebut lolos dari seleksi meskipun ia diragukan bisa kembali ke Indonesia karena cedera.

Selain seleksi berita tentang digelarnya LPI atau Liga Primer Indonesia menjadi berita hangat di tengah-tengah tidak diakuinya kompetisi itu oleh PSSI. Di dalam LPI pun terdapat 3 dan 1 tim yang membelot dari ISL dan divisi utama yaitu, Persema, PSM, Persibo, dan Persebaya. Nama Persema menjadi sorotan karena di dalamnya ada sosok Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan.

Di bulan ini juga kongres PSSI di gelar di Bali dan juga jambore suporter sebagai penentang kongres yang digelar secara tertutup dan sarat muatan politis.

Terakhir nama Boaz Solossa, striker timnas dan Persipura dikabarkan sedang didekati oleh salah satu klub Belanda, VVV Venlo. Semoga saja terwujud.

Lalu bagaimana dengan berita di sepakbola luar negeri bulan ini?

Selain tentunya berita-berita transfer antar pemain juga ada berita mengenai kompetisi sepakbola antarnegara Asia, Piala Asia yang digelar di Qatar sejak 7 Januari kemarin. Di turnamen kali tanpa disangka banyak tim dari Asia Barat tumbang dan pada akhirnya tim-tim dari Asia Timur akan menjadi juara. Tim kuat Arab Saudi tersingkir lebih awal, juara bertahan Irak terhenti sampai perempat final serta Iran juga mengalami nasib yang sama. Yang mengejutkan adalah tampilnya tim dari Asia Tengah, Uzbekistan yang mampu mencapai semifinal dan juga Australia yang baru dua kali tampil pada turnamen kali bisa sampai ke final dan akan menantang Jepang. Australia juga dipercaya oleh AFC untuk menggelar turnamen ini pada 2015.