BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Kamis, 09 Juni 2011

Novel Sepakraga


SepakRaga

08JUN
  • Judul : SepakRaga
  • Penulis : Faaqih Irfan DJ
  • Penerbit :Buku Cetak Ndok Asin
  • Tebal Buku :139 halaman
  • Harga versi cetak : Rp35.000 (net gan!)
  • Harga versi digital : Berani bayar berapa hayo??
  • Kategori : Novel
Raden Soengkono Harjodiningrat, seorang pemuda Jawa yang dilahirkan dan dibesarkan di Belanda datang ke Hindia-Belanda, khususnya Jawa, atas perintah almarhum ayahnya untuk bersekolah hukum di Batavia. Pada awalnya, ia hanya fokus pada studinya. Sampai pada suatu hari, Rachmat, salah seorang rekannya mengajak ia bergabung ke sebuah organisasi sepakbola bernama PS Kramat.
Semenjak bergabung dengan PS Kramat, Raden Soengkono Harjodiningrat mulai mengetahui kondisi persepakbolaan kaum pribumi yang sering dipandang sebelah mata, bahkan ditindas oleh pihak Belanda juga Cina. Bersama PS Kramat, ia berjuang agar persepakbolaan kaum pribumi mendapat pengakuan dan tidak didiskriminasikan. Darah pribumi yang mengalir di tubuhnya rupanya telah mengetuk pintu hatinya untuk memperjuangkan hak pribumi.
Sepak terjang dan segala usaha yang dilakukan Raden Soengkono Harjodiningrat bersama PS Kramat mengantarkan dirinya pada pertandingan demi pertandingan yang merupakan pembuktian kekuatan dan kemampuan kaum pribumi di bidang persepakbolaan. Tidak hanya itu, perjalanan ini pun mempertemukan  ia dengan orang-orang yang mengubah hidupnya menuju kehidupan yang lebih religius, juga mempertemukannya dengan cinta sejati bernama Rachmi.
Kisah ini bersetting pada zaman Kolonial Belanda, sekitar tahun 1920-1930-an. Dan pada masa itu, sepakbola yang lebih dikenal dengan istilah sepakraga merupakan alat perjuangan melawan penjajahan. Inilah yang membedakan novel ini dengan novel-novel yang lain. Dengan latar belakang sejarah, novel ini mengupas sisi perjuangan kemerdekaan melalui sepakbola.
Jika ingin membeli harap klik link ini:http://bukucetakndokasin.wordpress.com/2011/06/08/sepakraga/ 

Minggu, 29 Mei 2011

Masih Terlalu Tangguh, Barcelona Juara UEFA Champions League 2010-2011

Rupanya waktu dua tahun belum cukup bagi MU untuk bisa membalaskan dendam atas Barcelona dalam final UEFA Champions League musim ini. Hanya sekali menghasilkan gol dari Wayne Rooney dan rela dibobol 3 gol pada akhirnya MU tetap harus mengakui keunggulan Barcelona yang tampil sebagai juara untuk keempat kalinya.

Di final ulangan ini memang MU bertekad untuk membalas kekalahan pada 2009 dan Sir Alex Ferguson setidaknya sudah menyiasatinya dengan strategi menyerang 4-4-2 dengan menempatkan Wayne Rooney serta Javier "chicharito" Hernandez di depan. Ia juga sudah memerintahkan Park Ji-Sung untuk mengawasi pergerakan Lionel Messi serta memasang Michael Carrick sebagai gelandang bertahan.

Di awal-awal terlihat MU berusaha inisiatif mengambil serangan. Barcelona sendiri dibiarkan tanpa bola untuk terus menghadang serangan MU hingga 10 menit pertama. Tetapi, hanya dua saja yang mampu gawang Vitor Valdez.  Setelah itu keadaan mulai berubah. Barcelona mulai mengambil kendali atas bola memainkan tiki-taka ala mereka yang mulai merepotkan dan mengancam pertahanan MU yang dikawal Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand dengan Xavi Hernandez sebagai kreator.

Usaha Barcelona membuahkan hasil ketika pada menit ke-17 Pedro Rodriguez yang tiba-tiba bergerak ke kanan bisa menceploskan bola mendatar usai menerima umpan dari Xavi. Barcelona memimpin 1-0.

Usai gol tersebut Barcelona tetap mendominasi pertandingan. Namun, MU tidak mau menyerah begitu saja untuk bisa merebut bola. Hasilnya, lewat kesalahan Eric Abidal dengan umpan 1-2 Wayne Rooney bisa menyamakan kedudukan di menit ke-34. Kedudukan imbang 1-1 dan asa MU untuk bisa membalas terbuka lebar.

Di babak kedua tetap Barcelona yang mendominasi sehingga akhirnya tanpa disangka-sangka Lionel Messi melakukan tendangan spekulasi yang berbuah gol pada menit ke-54 usai menerima umpan Andres Iniesta. Kedudukan menjadi 2-1. Penderitaan MU semakin bertambah ketika 15 menit kemudian David Villa kembali menjebol gawang MU yang dikawal Edwin Van Der Sar lewat permainan tiki-taka yang memang fantastis. Skor menjadi 3-1.

Di akhir-akhir pertandingan Barcelona mulai mengendurkan tekanan dan membiarkan MU menguasai bola namun semua itu menjadi tidak berarti ketika wasit Victor Kasai meniup peluit. Barcelona pun kembali juara untuk keempat kalinya dalam rentang waktu 2 tahun di bawah pelatih muda mereka, Josep Guardiola. Hasil yang demikian akan membuat Barcelona mulai musim depan menerima badge of honour di kostum mereka dan juga semakin menegaskan permainan menawan mereka.

Tentu saja juaranya Barcelona seperti mengulang kejayaan di Wembley, tempat final berlangsung pada 1992 ketika Josep Guardiola masih sebagai pemain. Hal ini mengindikasikan Wembley  masih memihak Barca.
Felicitations, Barca!

Jumat, 27 Mei 2011

Grand Big Match Final: Barcelona vs MU

Hanya tinggal menunggu hitungan hari dan jam, the grand big match final antara Barcelona dan Manchester United akan segera dipentaskan di stadion termegah di Inggris, Wembley. Belakangan dalam pekan ini beberapa media olahraga memang sibuk membicarakan final yang dianggap prestisius ini karena mempertemukan kedua tim yang terlahir sebagai pelaku sepakbola ofensif. Maka tak salah jika dengan juga digelar di Wembley final kedua tim seperti final yang istimewa dan mewah.

Barcelona seperti kita tahu adalah tim yang super ultra ofensif jika bermain. Permainan bola dari kaki ke kaki yang disebut dengan tiki-taka memang kerap merepotkan lawan meskipun beda kelas. Sedangkan Manchester United adalah tim yang bermain ofensif ala Inggris, kick and rush. Jika dilihat secara teknik permainan Barcelona jelas lebih unggul dan wajar jika banyak pihak menjagokan Barcelona untuk juara kembali pada final ulangan ini semenjak 2009. Apalagi hampir semua pemain Barca yang berbadan kecil adalah tipe penguasa dan pemberi umpan yang baik di lapangan dengan akurasi yang dapat dikatakan sempurna. Belum lagi kecepatan yang dimiliki oleh rata-rata pemain yang justru memang merepotkan.

Namun, Manchester United jelas bukan tim kemarin sore. Meski kalah secara teknik dan individu, tim dari Manchester ini mempunyai kelebihan pada lini belakang dan serangan balik. MU memang pintar memanfaatkan serangan balik jika lawan kewalahan dengan memanfaatkan kick and rush atau kecepatan Wayne Rooney dan Nani. MU memang disarankan untuk bermain dengan cara demikian daripada harus menyerang Barcelona dengan cara terbuka.

Apa pun itu di lapangan yang akan berbicara.

Rabu, 25 Mei 2011

Persipura Cemerlang, Sriwijaya Tenggelam

Ya itulah gambaran dua wakil Indonesia di ajang Piala AFC 2011, Persipura dan Sriwijaya. Kedua-duanya tampil dengan muka yang kontras. Persipura mencatatkan diri sebagai klub Indonesia pertama yang lolos ke perempatfinal sedangkan Sriwijaya, seperti halnya musim lalu, terhenti di perdelapanfinal. Keberhasilan Persipura didapat usai mereka menghajar tuan rumah Song Lam Nghe Anh dari Vietnam dengan skor telak 3-1. Adalah Boas Solossa, Titus Bonay dan Ortizan Solossa yang menjadi pahlawan kemenangan tim Mutiara Hitam di kandang lawan. Kebetulan juga tuan ruman yang pernah menghantam Sriwijaya juga tampil tidak begitu baik.

Namun, langkah Persipura sendiri tidak bisa diikuti oleh Sriwijaya yang lagi-lagi harus menelan kekalahan dari wakil Thailand, Chonburi di kandang Chonburi dengan skor 3-0. Ney Fabiano, Therdsak Chaiman dan Natthapong Samana yang menghancurkan impian Sriwijaya untuk bisa melaju ke babak perempatfinal dan kembali yang menjegal adalah dari Thailand. Di musim lalu klub asal Palembang ini dijegal oleh Thai Port. Padahal, laskar wong kito bermain di kandang sendiri dan sempat unggul terlebih dahulu.

Dengan tersingkirnya Sriwijaya maka kini Indonesia hanya punya satu wakil di Piala AFC. Babak perempatfinal sendiri dijadwalkan berlangsung Oktober. Keadaan yang demikian setidaknya menjadi semacam dahaga di tengah-tengah kisruh dan keringnya prestasi sepakbola nasional. Meski demikian kemenangan Persipura tidak ada artinya jika tanggal 30 nanti FIFA jadi menjatuhkan sanksi.

Kamis, 19 Mei 2011

Porto Juara Liga Eropa 2010-2011

Helton and Radamel Falcao Garcia of FC Porto lifts the UEFA Europa League Trophy and during the UEFA Europa League Final between FC Porto and SC Braga at Dublin Arena on May 18, 2011 in Dublin, Ireland.Gol tunggal Radamel Falcao Zarate alias Falcao sudah cukup bagi FC Porto untuk menggapai gelar ketujuhnya di Eropa musim ini. Itulah yang terjadi pada final Liga Eropa ketika Porto berhadapan dengan Braga dinihari tadi atau sore/malam waktu Irlandia. Keberhasilan FC Porto memenangi duel sesama Portugal tersebut berhasil membuat klub berjuluk "sang Naga" mengawinkan gelar domestik yang sudah diperoleh sebulan yang lalu.

Melawan Braga jelas Porto memang mengambil inisiatif menyerang. Beberapa peluang tercipta dari kaki Guarin, Hulk. Sayangnya, Braga tampil begitu rapat sehingga para pemain Porto acapkali kesulitan menembus. Braga meski begitu juga memiliki beberapa peluang meski yang tercatat hanya satu dikarenakan Porto begitu mendominasi pertandingan.

Pada akhirnya, pertahanan rapat ala Braga berhasil ditembus juga. Adalag Guarin yang mengirimkan umpan mengarah kepada Falcao yang langsung menanduk bola dan menembus gawang Braga yang dikawal Artur pada menit ke-44. Skor berubah menjadi 1-0.

Di babak kedua Porto memang tidak mengendurkan tekanan meski Braga juga berusaha melawannya. Beberapa peluang memang tercipta sayang tidak ada lagi gol yang lahir hingga wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan.

Gelar ini sekaligus mengukuhkan nama pelatih Porto, Andre Villas-Boas sebagai pelatih termuda yang mampu membawa timnya juara di berbagai ajang.
Parabens, Porto!

Selasa, 17 Mei 2011

Review Final Europa League 2010-2011: Ketika Final Sesama Portugal Terwujud

Dalam dua hari ke depan, sepakbola Portugal akan mencoba kembali menemukan kebangkitannya. Ya, untuk pertama kalinya dua klub asal Portugal bertemu langsung di final kejuaraan Europa League musim ini. Dua klub itu adalah Porto dan Braga. Meski hanya tampil di kejuaraan kelas dua di Eropa, namun rasa bangga tentu menyelimuti pecinta sepakbola Portugal karena tidak disangka-sangka all portuguese final terwujud. Final tersebut rencananya akan dimainkan di stadion Aviva, Dublin, Irlandia pada tanggal 18 Mei malam atau 19 dinihari waktu Indonesia.
Tentu saja orang tidak akan terlalu banyak menanti final kejuaraan ini dikarenakan kastanya dan Final UEFA Champions League justru sebaliknya. Akan tetapi, animo masyarakat sepakbola Eropa pada umumnya tetap tinggi meskipun itu tidak bersifat kualitas yang tinggi. Jadi, pihak penyelenggara tidak pernah khawatir karena masyarakat sepakbola Eropa bukanlah tipe masyarakat sepakbola yang terpesona oleh klub-klub berbintang saja.
Jika melihat kedua kontestan tentu Porto lebih diunggulkan daripada Braga, lawannya. Hal ini dikarenakan Porto sudah lebih dahulu mentereng sebagai salah satu klub terbaik di Portugal dan Eropa bersama-sama dengan Benfica dan Sporting Lisbon. Apalagi Porto adalah klub yang tidak pernah kering prestasi dalam beberapa tahun terakhir.
Braga sebaliknya. Tidak pernah ada yang mengenal sama sekali mengenai klub ini. Orang baru benar-benar mengenal ketika klub ini tampil di UEFA Champions League musim ini kemudian di Europa League lalu secara tak terduga melaju ke final dengan menumbangkan Benfica, klub Portugal lain di final.
Meski tak diunggulkan, Braga bisa saja membuat kejutan. Itu saja terbukti ketika di musim 2009-2010 klub kecil ini bisa bersaing dengann sang naga raksasa dalam perebutan juara Liga Portugal meski akhirnya kalah.
Apapun itu final sesama Portugal ini saja sekali lagi sudah membuat semua orang di Portugal tersenyum dan berharap klub-klub Portugal kembali berjaya di Eropa

Selasa, 26 April 2011

Preview Semifinal UCL 2010/2011

UEFA Champions League musim 2010/2011 menuju babak akhir. Ya, empat klub tersisa akan saling bertarung dalam semifinal kejuaraan antarklub se-Eropa tersebut dinihari nanti dan lusa. Manchester United, Schalke 04, Real Madrid, dan Barcelona menjadi klub-klub yang bisa mulai diprediksi siapakah yang akan menjadi juara pada partai final di Wembley.

Di hari pertama semifinal akan berhadapan Schalke 04 dengan Manchester United. Jika dilihat sepintas sejujurnya banyak orang melihat ini bukanlah partai yang seimbang mengingat Schalke hanyalah semacam klub medioker di Eropa dibandingkan sang lawan yang sudah tersohor sebagai klub terbaik di dunia. Namun, jangan menilai terlalu awal bila MU mudah mengatasi Schalke. Klub asal Jerman ini rupanya bukan klub medioker sembarangan. Tentu semua akan melihat sepak terjang Schalke di UCL musim ini termasuk yang terakhir menghantam sang juara bertahan, Inter Milan, pada perempatfinal. MU sendiri seperti diperingatkan untuk waspada dan meremehkan kekuatan klub asal Gelsenkirchen tersebut. Kewaspadaan itu menjadi penting dikarenakan bukan hanya Schalke mampu melaju hingga ke semifinal, namun juga karena beberapa komposisi pemain di dalamnya yang bisa dikatakan berpengalaman, seperti Raul, Huntelaar, Metzelder dan Neuer, serta Farfan.

MU sendiri cukup serius untuk menanggapi Schalke. Terbukti dalam pertandingan melawan Everton, beberapa pemain inti disimpan.

Di partai lain atau esoknya, akan kembali tersaji duel menarik nan prestisius, El Clasico jilid 3, antara Real Madrid dan Barcelona. Kedua klub yang merupakan rival abadi di kompetisi domestik akan berusaha menjadi pemenang demi tiket final ke Wembley. Tentu saja Real Madrid punya semacam kepercayaan diri tinggi usai menghantam sang lawan, Barcelona di partai piala Raja Spanyol minggu kemarin lewat gol tunggal Cristiano Ronaldo dan kemudian melanjutkan itu ke partai di akhir pekan melawan Valencia. Begitu juga Barcelona. Meski kalah mereka tetap yakin mampu membalas dendam atas Madrid.

Kamis, 21 April 2011

Real Madrid Juara Piala Raja Spanyol

Real Madrid akhirnya berhasil menuntaskan dendam atas seteru abadinya, Barcelona pada final piala Raja Spanyol 2011 dinihari tadi. Cristiano Ronaldo, menjadi pahlawan kemenangan los blancos pada menit ke 102 babak pertama perpanjangan waktu usai menerima umpan sayap dari Angel di Maria. Kemenangan ini jelas menjadikan Madrid sebagai juara piala Raja dan menjadi gelar pertama untuk klub tersebut setelah semusim yang lalu nihil gelar. Gelar ini juga menjadi gelar pertama bagi Jose Mourinho semenjak pertengahan tahun lalu ditunjuk menjadi pelatih klub tersebut.

Pertandingan kedua tim sendiri berlangsung panas dan penuh tekanan. Kendali bola sepenuhnya berada di Barcelona yang memang gemar memainkan permainan dari kaki ke kaki dan umpan satu-dua. Sedangkan Madrid berupaya memakai taktif yang terbilang defensif dan mengandalkan serangan balik untuk meredamnya. Terbukti dari beberapa serangan balik itu didapat banyak peluang 5 diantaranya oleh sang megabintang, Cristiano Ronaldo dan hanya satu yang bisa dikonversi menjadi gol. Gol itu sendiri yang melalui sundulan kepala menjadi gol kedua CR7 ke gawang Barcelona setelah 6 hari yang lalu ia juga mencetak gol ke gawang tim yang sama.

Jose Mourinho sendiri memang terkesan aneh karena menurunkan semua pemainnya tanpa ada satu pun pemain depan. Terlihat Mourinho mengandalkan banyak lini tengah dan pertahanannya untuk maju menggempur dan meredam agresifitas Barcelona. Bahkan tanpa disangka-sangka bek tengah Madrid, Pepe berulang kali maju sampai luar kotak penalti Barcelona. Hal yang sama kemudian diikuti oleh bek lawan, Gerard Pique.

Dalam pertandingan itu tak begitu terlihat pergerakan Lionel Messi yang tampaknya tidak bisa menguasai bola begitu banyak sebab tekanan dari bek-bek Madrid seperti Pepe dan Marcelo. Bahkan Dani Alves yang sering membantu juga terhambat. Alhasil aliran bola yang biasanya lancar dari lini tengah yang dikomandoi Xavi agak terhambat dan hanya beberapa peluang saja tercipta terutama dari Pedro yang sebenarnya sempat menciptakan gol namun dianulir wasit. David Villa yang menjadi target man juga tak bisa berbuat banyak.

Kemenangan Madrid ini setidaknya bisa mempertebal harapan mereka untuk bertemu kembali Barcelona pada semifinal UEFA Champions League dan juga menyaingi Barcelona yang tampaknya yakin merebut gelar juara La Liga.

Rabu, 20 April 2011

Defensif vs Ofensif: Preview Final Piala Raja Spanyol 2011

El clasico 2011 kembali hadir dengan sekuel kedua. Kali ini  ajang piala Raja Spanyol atau Copa del Rey menjadi areanya. Tak tanggung-tanggung partai klasik nan panas ini akan dipentaskan pada partai final dan stadion Mestalla siap menjadi saksi dua raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid.
Sergio Busquets (C) of Barcelona is tackled by Xabi Alonso (L) and Marcelo  of Real Madrid during the La Liga match between Real Madrid and Barcelona at Estadio Santiago Bernabeu on April 16, 2011 in Madrid, Spain.

Final ini sendiri berselang 5 hari setelah el clasico jilid satu dari 4 jilid yang akan dilangsungkan dalam rentang waktu 18 hari. Dalam pertandingan el clasico kemarin yang berlangsung di Madrid, kedua tim sama-sama berbagi angka 1-1 dengan dua gol masing-masing dicetak melalui titik penalti. Tentu saja hasil yang demikian membuat Real Madrid kian sulit untuk mengejar Barcelona dalam perebutan juara La Liga.

Namun, tidak demikian ketika el clasico terjadi di final. Jose Mourinho, sang pelatih los galaticos begitu yakin bisa mengalahkan Barcelona. Begitu juga, Josep Guardiola, sang pelatih los fantasticos yang yakin klubnya mampu mengalahkan sang seteru abadi di final ini dan sekaligus mengincar gelar pertama di musim ini.

Meskipun yakin dan menurunkan skema 4-3-3-sebuah formasi yang sama dengan Barcelona-Mourinho tetap akan memperagakan taktif defensif untuk meredam agresifitas para pemain "kurcaci" Barcelona yang lekat dengan permainan umpan 1-2. Taktik yang demikian dianggap sukses ketika pada el clasico kemarin. Namun, peragaan taktik ini jelas mengundang banyak kritik. Johan Cruyff, sang legenda sepakbola Belanda yang akrab dengan Barcelona mengatakan bahwa Mourinho adalah musuh sepakbola dan tidak mengerti mengenai sepakbola indah yang memang akrab dengan sang meneer. Tak hanya dari Cruyff, kritikan juga datang dari pihak Real Madrid sendiri. Tak tanggung-tanggung yang melontarkannya adalah Alfredo di Stefano, legenda dan presiden kehormatan Real Madrid. Di Stefano yang pada masanya membawa Madrid juara 5 kali di Eropa dan memainkan sepakbola indah sepanjang karir sepakbolanya mengatakan bahwa taktif defensif yang diperagakan Mou tidaklah sejalan dengan permainan Madrid yang sebenarnya. Tak hanya itu Di Stefano juga mengatakan pertandingan el clasico kemarin bagai tikus melawan harimau. Tikus yang dimaksud adalah Madrid sendiri sedangkan harimau adalah Barcelona.

Jelas saja Mourinho geram dan mengatakan Di Stefano tak berhak ikut campur.

Barcelona dan Real Madrid sendiri baru 3 kali bertemu termasuk final ini pada final piala Raja. Pertemuan pertama terjadi tahun 1936 ketika Madrid menang 1-0. Pertemuan kedua terjadi pada 1968 dengan Barcelona balik mengalahkan Madrid 2-1. Bila ditilik dari dua pertemuan sebelumnya jelas kedua-duanya memegang rekor seri. Namun, keadaan yang demikian tidak berlaku mengingat Barcelona malah terlihat lebih superior atas rivalnya dalam beberapa tahun terakhir termasuk di Eropa. Di ajang ini malah Barcelona yang banyak meraih gelar dengan jumlah 25 dibandingkan Madrid yang hanya 17 dan terakhir meraih gelar bergengsi kedua ini pada 18 tahun yang lalu.

Senin, 18 April 2011

Porto: Sang Naga Biru Pendobrak Eropa

Nama klub ini cukup simpel. FC Porto atau orang lebih suka menyebutnya Porto. Namanya sendiri mengacu pada sebuah kota pelabuhan di timur Portugal, tempat berdomisili klub ini. Porto adalah sebuah klub sepakbola di Portugal, sebuah negara yang mengawali penjelajahan dunia baru. Klub ini cukup terkenal dan termashyur dikarenakan prestasi-prestasinya baik di domestik maupun mancanegara.

Berdiri pada 117 tahun lalu, Porto akan dikenal sebagai sebuah klub asal Portugal kedua yang mampu juara di Eropa untuk pertama kalinya pada 1987 ketika mereka berhasil mengalahkan lawannya dari Jerman, Bayern Muenchen. Salah satu gol dari klub berjuluk Os Dragoes atau Para Naga tersebut dicetak oleh seorang Aljazair bernama Rabah Madjer yang mengantarkannya juga menjadi pemain terbaik Afrika pada tahun tersebut. Pada tahun 1987 juga, Porto berhasil menjuarai piala Interkontinental (sekarang piala Dunia Antarklub) pertamanya.

Dari tangan klub yang sekarang bermarkas di stadion Do Dragao-mengikuti julukan dan lambang di klub, klub ini melahirkan nama-nama beken usai Rabah Madjer. Yang pertama adalah Mario Jardel dan kedua adalah Jose Mourinho. Sosok pertama adalah seorang penyerang asal Brasil yang pengabdiannya di Porto dimulai pada 1996 hingga 2000. Dalam 4 tahun tersebut, Jardel menjadi striker tersubur di Porto dengan mengkoleksi 130 gol dari 125 penampilannya. Selain itu ia juga 4 kali berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak di Portugal dan Eropa serta membawa Porto 3 kali juara liga berturut-turut.

Sosok kedua adalah salah seorang pelatih terbaik di dunia saat ini yang juga suka mengumbar kata-kata yang boleh dibilang amat kontroversial.  Ia memang hanya dua tahun menangani Porto yaitu 2002 hingga 2004. Namun selama 2 tahun itu ia cukup berhasil untuk membawa Porto tak hanya mapan di Portugal tetapi juga di Eropa. Dua gelar liga domestik, 1 piala dan piala Super Portugal serta dua gelar Eropa, Piala UEFA (sekarang Liga Eropa) dan UEFA Champions League pada 2003 dan 2004 menjadikan Porto sebagai sebuah klub yang disegani baik di Portugal maupun di Eropa. Pada akhirnya, Mourinho pun dilirik oleh beberapa klub besar di Eropa dan Chelsea termasuk yang beruntung. Tak lupa juga ia membawa beberapa anak buahnya yang kemudian juga menjadi terkenal seperti Ricardo Carvalho dan Paulo Ferreira.

Meskipun Porto masih kalah oleh Benfica dalam pencapaian gelar liga (Porto 25, Benfica 32), namun bisa dibilang Porto adalah klub asal Portugal yang selalu mencoba mendobrak kemapanan klub-klub dari liga-liga besar Eropa dalam beberapa tahun terakhir meskipun kemudian langkah Porto kebanyakan terhenti sampai perempatfinal. Tahun 2003 dan 2004 sajalah Porto akhirnya mencapai puncaknya sebagai pendobrak. Akan tetapi prestasi yang terjadi dalam belakangan tahun terakhir ini masih bisa dibanggakan daripada seteru abadinya yang belum menunjukkan tanda kebangkitannya termasuk juga di Portugal sendiri.

Kamis, 14 April 2011

Review Perempatfinal UEFA Champions League 2010/2011

Partai perempatfinal UEFA Champions League musim ini sudah selesai. Empat klub terbaik telah menempatkan dirinya untuk berada di semifinal. Manchester United, Schalke 04, Barcelona, dan Real Madrid adalah klub-klub terbaik tersebut. Dari keempatnya jelas Schalke termasuk kejutan sebab baru pertama kalinya klub asal Gelsenkirchen , Jerman tersebut melangkah hingga sejauh ini. Akan tetapi lupakan dahulu tentang bagaimana peluang mereka di semifinal termasuk juga membahas el-clasico di dalamnya.

Kini kita bahas bagaimana keempatnya telah berada di semifinal.

Manchester United menjadi klub Inggris satu-satunya di semifinal. Keberhasilan mereka didapat usai mendepak wakil Inggris sekaligus kompetitor mereka di EPL, Chelsea. Ketika menjadi tim tamu MU sudah unggul 1-0 melalui gol semata wayang Wayne Rooney dan ketika di Old Trafford, MU mampu mengungguli lawannya tersebut dengan skor 2-1. Adalah Chicarito dan Park Ji-Sung yang menjadi pahlawan si setan merah sementara Chelsea hanya bisa memasukkan bola lewat penyerang andalannya, Didier Drogba. Tentu saja perjuangan MU terlihat sulit karena Chelsea begitu ngotot untuk menghasilkan keunggulan supaya bisa ke semifinal. Di semifinal mereka sudah ditantang wakil Jerman, Schalke 04.

Mengenai Schalke agaknya juga cukup unik. Klub asal Jerman ini bukanlah unggulan seperti halnya Bayern Muenchen namun ternyata bisa membuat dugaan banyak orang meleset. Sempat diprediksi hanya sampai penyisihan grup atau babak 16 besar mereka malah bisa melaju. Tentu saja kemenangan mengejutkan atas sang juara bertahan, Inter Milan sudah menjadi penanda bahwa the royal blues bukanlah klub anak bawang. Di kandang Inter mereka bisa dengan memutarbalikkan otak kebanyakan orang menang 5-2. Padahal dua kali mereka sempat tertinggal oleh dua gol tuan rumah melalui Dejan Stankovic dan Diego Milito. Akan tetapi semangat diesel khas Jerman rupanya masih membekas di klub ini. Terbukti pada akhirnya mereka bisa menyamakan kedudukan dan bahkan unggul. Salah satu yang mencetak golnya adalah Raul Gonzales Blanco. Sosok ini yang kemudian menghancurkan Inter kembali ketika bermain di Veltins Arena dan kembali membuat Schalke unggul 2-1. Schalke sendiri berhasil unggul lewat Benedikt Hoewedes sementara Inter melalui Thiago Motta. Hasil demikian akhirnya membuat Inter sebagai satu-satunya Italia habis di ajang kompetisi bergengsi antarklub Eropa kali ini.

Seperti sudah diprediksi sebelum-sebelumnya, Barcelona tetap mampu mendominasi atas lawannya dari Ukraina, Shaktar Donetsk. Berbekal keunggulan di kandang sendiri dengan skor telak 5-1, mereka tetap bisa menggungguli lawannya lewat sebiji gol Lionel Messi. Hal yang demikian membuat mereka akan bersua kembali dengan pesaing abadinya di La Liga, Real Madrid.

Real Madrid sendiri juga tetap bisa unggul atas wakil debutan asal Inggris, Tottenham Hotspur dengan skor tipis 1-0 melalui tendangan jarak jauh CR7 yang dikonversi dengan kesalahan kiper lawan, Heurelho Gomes. Keunggulan tersebut merubah agregat menjadi 5-0 karena di pertemuan pertama, Madrid unggul 4-0. Hasil tersebut juga pada akhirnya memupuskan keinginan klub-klub Inggris asal London untuk bisa tampil di kota sendiri pada final yang diadakan di kota tersebut tepatnya di stadion Wembley yang baru.

Jumat, 08 April 2011

Dimana Belanda?

Mendengar Belanda dalam kamus sepakbola modern adalah sebuah negara kecil di barat Eropa yang sering mengandalkan permainan cantik nan cepat dengan selalu menyerang habis-habisan. Total-voetbal namanya. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir Belanda sebagai si empunya sudah jarang mempraktekkan dan malah sukses diserap oleh Spanyol dengan nama Tiki-Taka tetap saja Belanda akan selalu dikaitkan dengan total-voetbal.

Berbicara tentang sepakbola Belanda juga bukan hanya berbicara tentang timnasnya saja yang kembali meroket akan tetapi juga mengenai klub-klubnya. Semua sudah pasti tahu apa itu Ajax, Feyenoord, dan PSV yang di dalam negerinya disebut de grote drie atau si tiga besar? Tentu saja yang paling populer adalah Ajax. Klub inilah yang menjadi satu-satunya klub di Belanda dalam pengoleksi gelar terbanyak juara Eredivisie atau Liga Belanda serta paling banyak juga merengkuh gelar Eropa sebanyak 4 kali. Dari Ajax pun lahir nama-nama beken seperti sang maestro total-voetbal Johan Cruyff, Marco van Basten, Clarence Seedorf, Zlatan Ibrahimovic, Dennis Bergkamp serta yang lainnya yang kemudian selalu menjadi tradisi bagi para alumni Ajax sukses di luar Ajax.

Di Eropa klub-klub Belanda termasuk cukup tangguh. Selain Ajax yang sudah 4 kali ada juga PSV dan Feyenoord yang berbagi gelar masing-masing sekali. Terakhir kali klub-klub Belanda berjaya di Eropa pada 1996 melalui Ajax dan 2002 melalui Feyenoord. Setelah itu? melempem.

Hal itulah yang nampaknya akan terus-terusan terjadi termasuk hasil yang didapat dari pertandingan babak pertama perempatfinal  Liga Europa dinihari tadi. Dua wakil Belanda, Twente dan PSV harus mau dan rela dihajar dengan skor telak oleh lawan-lawan mereka. Twente dihajar wakil Spanyol, Villareal 5-1 dan PSV oleh Benfica 4-1. Tentu saja hal tersebut sangat berat meskipun masih ada satu babak lagi.

Hasil yang demikian akan membuat orang bertanya-tanya dimanakah klub-klub Belanda sekarang? Performa klub-klub itu selalu saja mengecewakan dan nampaknya tidak bisa bersaing dan bersanding dengan klub-klub Eropa lainnya. Klub-klub itu hanya mampu tampil bagus di kompetisi domestik yang tingkat persaingannya masih rendah. Eredivisie sendiri bukanlah lagi termasuk liga papan atas Eropa. Peringkatnya berada di luar 5 besar. Belanda pada akhirnya jika berlaga di UCL hanya bisa mengirimkan wakil 2+1. Di klub-klub Belanda yang terkenal hemat akan finansialnya rata-rata pemainnya boleh dibilang pas-pasan. Hanya beberapa saja di atas rata-rata dan kemudian keluar Belanda untuk mencari pengalaman. Memang Eredivisie sendiri tidak begitu semarak.

Hasil yang demikian memang jelas dengan performa timnas Belanda yang selalu meroket. Tetapi, harus diketahui di dalam tubuh timnas itu kebanyakan para pemainnya bermain di luar Belanda.

Kamis, 07 April 2011

Rooney Taklukkan Chelsea!

Keinginan Chelsea untuk membalas dendam atas kejadian memalukan di Moskow 3 tahun silam untuk sementara tidak kesampaian. Pasalnya, the blues-julukan Chelsea harus menyerah kalah 0-1 di kandang sendiri oleh kompetitor mereka, Manchester United pada babak perempatfinal babak pertama UEFA Champions League musim 2010/2011. Adalah Wayne Rooney, si bengal yang menjadi pemupus harapan Chelsea untuk bisa berjaya di kandang sendiri. Golnya di menit ke-24 cukup menjadi tabungan berharga bagi MU untuk berlaga di kandang sendiri pekan depan.
Ferguson heralds 'clever midfield' display

Pertandingan antara kedua tim Inggris tersebut dinihari tadi boleh dibilang dalam tempo yang sedang. Chelsea sebagai tuan rumah berambisi untuk memenangkan pertandingan mengambil inisiatif lebih dahulu untuk menyerang ke jantung pertahanan MU dengan mengandalkan duet Didier Drogba-Fernando Torres. Sayang, usaha Chelsea selalu terbentur barisan pertahanan MU yang cukup bagus yang dikomandoi oleh duet Rio Ferdinand-Nemanja Vidic. Apalagi kiper veteran Edwin van der Sar juga tampil apik.

MU juga berusaha bergantian menyerang. Beberapa peluang mereka dapatkan melalui Javier Hernandez serta Park Ji-Sung. Namun, peluang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Berawal dari umpan silang Michael Carrick yang diteruskan oleh sayap veteran MU, Ryan Giggs dari sisi kiri pertahanan Chelsea, gawang Chelsea yang dikawal oleh Petr Cech akhirnya bobol juga melalui penyerang lawan, Wayne Rooney pada menit ke-24 memanfaatkan umpan tersebut. United unggul sementara 1-0.

Chelsea yang tertinggal terus berusaha mengejar untuk menyamakan kedudukan. Menjelang babak pertama berakhir sebuah peluang untuk menjadi gol tercipta melalui Fernando Torres dan Frank Lampard. Sayang, peluang yang demikian menjadi kabur karena tiang gawang dan aksi cepat barisan belakang MU.

Di babak kedua, sundulan Torres hampir saja menyamakan kedudukan. Sayang dan sekali lagi Van der Sar tampil apik.

Di akhir babak kedua, Chelsea sebetulnya mendapat peluang melalui titik 12 pas ketika Ramires digunting oleh Patrice Evra. Namun, wasit Undiano Mallenco tidak mengganggap hal tersebut pelanggaran.

Di pertandingan lainnya seperti sesuai dengan prediksi, Barcelona menang mudah 5-1 atas tamunya, Shakhtar Donetsk. Skor yang demikian membuat peluang terjadinya el clasico di semifinal dengan Real Madrid.

Rabu, 06 April 2011

Russian Roullete Kembali Tersaji di Stamford Bridge

Tiga tahun yang lalu sebuah drama bertajuk "English russian roulette" tersaji di Moskow, Rusia. Ketika itu drama tersebut terbungkus dalam final UEFA Champions League musim 2007-2008. Adalah Manchester United dan Chelsea yang menjadi dua pelakon penting bagi final kejuaraan bergengsi antarklub Eropa tersebut sekaligus menandakan hegemoni Inggris karena berhasil menempatkan dua wakilnya di final untuk pertama kalinya.

Pertandingan kedua tim berjalan seru dan seimbang bahkan menjurus keras. MU yang unggul terlebih dahulu lewat mantan pemainnya, Christiano Ronaldo disamakan kemudian oleh motor permainan Chelsea, Frank Lampard. Drama kemudian benar-benar terjadi. Menjelang berakhirnya waktu normal terjadi perselisihan di lapangan. Didier Drogba serta Nemanja Vidic menjadi korban. Kedua-duanya  dikeluarkan oleh wasit. Drama pun benar-benar berlanjut ke adu penalti. Pelakunya adalah Jhon Terry yang gagal mengeksekusi penalti karena terpleset dan Edwin van der Sar menjadi pahlawan usai mengeblok tendangan penendang terakhir Chelsea, Nicolas Anelka. MU pun menjadi juara.

Kini kedua tim akan benar-benar kembali bertemu. Masih di ajang yang sama namun di perempatfinal. Sudah pasti aroma dendam semakin terkuak di antara keduanya. Chelsea yang bertindak sebagai tuan rumah tentu berniat membalas sakit hati pada memori kelam tersebut sedangkan MU tentu juga berniat membalas kekalahan pada pertandingan terakhir mereka melawan sang lawan di ajang EPL. Baik keduanya sama-sama optimis meskipun kepercayaan diri tingkat tinggi berada di pihak MU yang sabtu kemarin sukses menumbangkan West Ham di kandangnya. Sayang, pertandingan gemilang tersebut harus dinodai oleh ulah konyol Wayne Rooney. Kabar terakhir menyebutkan sang penyerang cedera namun hanya mengalami cedera ringan sehingga masih bisa diturunkan. Sedangkan Chelsea malah ditahan imbang oleh Stoke di kandang lawan. Kedua kubu juga mempunyai permasalahan. MU masih berupaya keras agar Rio Ferdinand bisa kembali setelah beberapa pertandingan absen. Sang bek terlihat sudah ada di sesi latihan. Chelsea masih dipusingkan dengan Fernando Torres yang masih mandul usai pembelian pada Februari.

Meski begitu, Carlo Ancelotti, sang pelatih Chelsea tetap optimis bisa menumbangkan United dengan mengaitkan pada memori 2007 ketika ia sukses membalaskan dendam klub yang ketika itu dilatihnya, Milan atas Liverpool di partai final. Begitu juga yang diungkapkan Sir Alex Ferguson.

Madrid fantastis, Inter Terheran-heran

Tidak seimbang tapi fantastis. Itulah yang pantas digambarkan dalam duel antara Real Madrid dan Tottenham Hotspur pada babak pertama semifinal UEFA Champions League 2010/2011 dinihari tadi. Sebagai tuan rumah, Madrid sukses mengganyang Spurs 4 gol tanpa balas.

Majestic Madrid sweep Tottenham away
Dalam pertandingan itu terlihat Madrid sebagai klub dengan segudang prestasi dan pengalaman terlihat sangat mendominasi terhadap lawannya yang berstatus sebagai debutan fantastis. Tanda-tanda terciptanya gol sepertinya akan cepat terjadi. Dan benar saja di menit ke-4 mantan bintang Arsenal dan Manchester City, Emmanuel Adebayor sukses menjebol gawang Spurs yang dikawal oleh Heurelho Gomes lewat sundulan kepalanya. Skor pun berubah 1-0.

Usai gol pertama Madrid tetap meningkatkan serangan. Spurs yang tertinggal tidak diam saja. Beberapa peluang berusaha mereka ciptakan lewat tendangan bebas Rafael van der Vaart dan kecepatan Gareth Bale. Sayang, gagal karena terbentur tembok kokoh Madrid yang dikawal oleh Pepe dan Ricardo Carvalho. Usaha Spurs untuk melakukan hal tersebut terganjal ketika pada menit ke-15 karena sang penyerang, Peter Crouch mendapat kartu merah usai mendapat kartu kuning kedua. Praktis, sejak menit tersebut Spurs harus bermain dengan 10 orang.

Di babak kedua Madrid terus melancarkan serangan demi menambah keunggulan. Lewat permainan yang dimotori oleh Mesut Oezil serta akselerasi Christiano Ronaldo, akhirnya los blancos unggul kembali. Kali ini kembali lewat sundulan Adebayor pada menit ke-57 memanfaatkan umpan Marcelo. Adebayor sendiri akhirnya menjadi bintang dalam pertandingan tersebut.

Keunggulan Madrid kembali bertambah ketika Angel di Maria melepaskan tendangan keras dari sisi kanan kotak 12 pas dan menghantam langsung di pojok kiri atas gawang Gomes pada menit ke-72 dan akhirnya sang megabintang, Christiano Ronaldo mencetak gol penutup Madrid pada menit ke-87 memanfaatkan umpan silang Kaka.

Hasil yang demikian membuat satu kaki Madrid berada di semifinal. Madrid hanya membutuhkan hasil imbang saja untuk melengkapi satu kakinya lagi. Di pertandingan lainnya, secara mengejutkan, juara bertahan Inter kalah 2-5 dari tamunya asal Jerman, Schalke 04. Hasil yang demikian membuat perjuangan Inter semakin berat di babak kedua.

Minggu, 03 April 2011

Tak Ada Ibra, Pato Pun Jadi!

Alexandre Pato sepertinya tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi bintang dalam sebuah pertandingan super megah bertajuk "derbi della Madonina" antara AC Milan dan Inter Milan. Dua golnya, yang pertama 44 detik dari peluit dibunyikan serta di babak kedua pada menit ke-62 membuat klubnya, AC Milan membawa kemenangan atas klub sekota, Inter pada derbi edisi ke-154 tersebut. Satu gol Milan lagi disumbangkan oleh Antonio Cassano pada menit ke-90 lewat 12 pas.
Alexandre Pato Alexandre Pato of AC Milan celebrates scoring the first goal during the Serie A match between AC Milan and FC Internazionale Milano at Stadio Giuseppe Meazza on April 2, 2011 in Milan, Italy.

Dalam pertandingan sarat gengsi tersebut kedua tim sama-sama saling menyerang dan membuka beberapa peluang. Beberapa gesekan pun tak terelakkan terjadi. Korban pertama adalah Christian Chivu dari Inter yang harus menerima kartu merah pada menit ke-9 babak kedua. Praktis Inter hanya bermain dengan sepuluh orang. Namun, hal tersebut tak menyurutkan Inter untuk menyamakan kedudukan. Sayang, beberapa peluang yang diciptakan gagal untuk menghasilkan gol.

Korban kedua adalah Antonio Cassano, sang pencetak gol Milan yang ketiga. Ia sendiri mendapat kartu merah usai secara terang-terangan menjegal Ivan Cordoba. Ironisnya, kejadian itu lahir sekitar 3 menit setelah ia mencetak gol. Hanya saja, fans Milan tak ambil pusing karena kejadian itu terjadi di masa-masa injury time dan Milan sudah unggul 3-0.

Selain sengit di lapangan ulah penonton juga menjadi perhatian. Wesley Sneijder menjadi korban keisengan penonton yang mengarahkan laser ke wajahnya ketika hendak mengambil tendangan bebas.

Kemengan tiga gol tanpa balas ini jelas membuat Milan unggul lima angka dan membuat peluang meraih scudetto terbuka lebar. Meskipun begitu, Massimiliano Allegri, sang pelatih menyebut hal tersebut masih terlalu dini sedangkan bagi Leonardo di seberang hasil demikian membuatnya mengalihkan perhatian ke perempatfinal UEFA Champions League.

Namun yang harus digarisbawahi dalam pertandingan ini tak ada Ibra Pato pun jadi. Zlatan Ibrahimovic sendiri, sang andalan tengah menjalani skorsing untuk beberapa partai.

Sabtu, 02 April 2011

Menanti Tim-tim Kalimantan Juara LSI

Sudah bukan rahasia lagi sepanjang sejarah sepakbola Indonesia tim-tim asal pulau Jawa selalu mendominasi. Hal yang demikian disebabkan sejarah sepakbola yang lebih dahulu muncul di pulau paling padat se-Indonesia tersebut pada zaman kolonial. Namun belakangan ini, dominasi tim-tim dari pulau Jawa agak mulai sedikit tergeser seiring munculnya beberapa kekuatan baru.

Adalah Sriwijaya FC dan Persipura. Dua nama yang belakangan begitu menghangat dan menjadi kiblat baru sepakbola Indonesia yang lebih mengandalkan kecepatan dan umpan-umpan pendek. Kedua-duanya berasal dari dua pulau yang berbeda. Yang satu dari Sumatera dan satu lagi dari Papua. Pertemuan kedua tim akan selalu menjadi sesuatu yang seru sejak 2008.

Dalam sejarah sepakbola Indonesia selain pulau Sumatera dan Papua pulau Sulawesi juga punya pernah menorehkan prestasi ketika liga Indonesia mulai digelar sejak 1994 dan kemudian dikonversikan ke Liga Super pada 2008. Dialah PSM Makassar yang pernah juara pada 2000.

Tentu saja sebuah pertanyaan muncul jika Sumatera, Sulawesi, dan Papua pernah memunculkan juara untuk mengimbangi dominasi Jawa bagaimanakah dengan pulau besar lainnya, Kalimantan?

Semua orang pasti lupa dan terkadang melewatkan eksistensi tim-tim asal Kalimantan yang sudah malang-melintang di pentas sepakbola Indonesia semenjak beberapa provinsi di pulau itu menyatakan bergabung dengan Indonesia pasca kemerdekaan. Beberapa tim Kalimantan yang sedang eksis di sepakbola Indonesia antara lain Bontang FC, Persisam Putra, Persiba Balikpapan, Barito Putra, Persepar Palangkaraya, Persipon Pontianak, Persiko Kotabaru, dan Mitra Kutai Kartanegara. Tim-tim ini tidak semuanya berlaga di level yang sama terutama di Liga Super. Hanya tiga tim yang disebut lebih awal beruntung bisa bertarung di Liga Super. Dan tulisan ini hanya akan membahas tim-tim Kalimantan dari masa bergulirnya Liga Indonesia sampai pengkorversiannya ke Liga Super.

Di Liga Super musim ini tercatat ada 3 tim asal Kalimantan yaitu, Bontang FC, Persisam Putra, dan Persiba Balikpapan. Ketiga-tiganya berasal dari satu provinsi, Kalimantan Timur dan jarak domisili ketiganya dikatakan begitu dekat. Keberadaan ketiganya juga merupakan representasi dari Kalimantan Timur sebagai provinsi termaju di Kalimantan.

Ketiga tim tersebut diketahui mempunyai beberapa infrastruktur yang canggih baik sudah atau sedang dibangun. Hanya saja hal yang demikian tidak berimbas pada penampilan ketiganya yang terkesan tidak stabil. Seringkali untuk urusan bursa juara ketiga tim ini pasti dilewatkan.

Dari ketiganya yang paling sering mendobrak sampai ke papan atas adalah Bontang FC. Tim yang dahulunya bernama PKT Bontang ini sempat mencicipi final Liga Indonesia ketika Liga masih memakai sistem dua wilayah. Sayang, Bontang FC kalah dari PSM 3-2. Pada masa sekarang-sekarang ini Bontang FC malah krisis sampai posisi ke-15 yang termasuk zona play-off.

Persiba Balikpapan adalah satu-satunya tim asal Kalimantan yang tampil mengejutkan musim lalu dengan mampu nangkring di posisi ke-3 pada akhir musim. Sayang, di musim ini malah terseok-seok. Begitu juga dengan Persisam. Sempat ke posisi atas tetapi terlempar ke posisi ke-5.

Hal-hal yang demikian yang akhirnya membuat banyak orang untuk memandang sebelah mata tim-tim Kalimantan dan tim-tim ini hanya berstatus kuda hitam.

Tentu semua berharap setidaknya ada satu tim asal Kalimantan yang mampu berbicara dan juara di LSI dan semua juga penasaran mengapa hanya tim-tim dari Borneo saja yang belum pernah mencicipinya?

Harapan-harapan tentu akan terus ada. Hanya saja harapan-harapan yang demikian tentu harus dibayar dengan realita yang ada.

Jumat, 01 April 2011

Welcome Back, Super Along!

Judul di atas rasanya tidak terlalu berlebihan. Ya Mohamed Noh Alam Shah atau lebih populer disebut dengan Noh Alam Shah kembali untuk bisa membuktikan ketajamannya. Itulah yang ia perlihatkan kala memperkuat timnya, Arema FC menghadapi Persib dalam lanjutan  Liga Super Indonesia musim 2010/2011 tadi sore di Kanjuruhan, Malang.

Dua golnya ke gawang Persib yang dikawal oleh Markus Horison pada menit ke-41 dan 82 seakan-akan menjadi semacam pembuktian untuk dirinya yang telah lama mandul. Pada musim keduanya di Arema Along-panggilan akrab Noh Alam Shah hanya mampu menjebol sebanyak 3 kali. Tentu ini kontras dengan penampilan pertamanya di Arema musim lalu yang mampu mengemas 17 gol.

Kemandulan Along bisa jadi disebabkan beberapa faktor. Faktor yang pertama jelas adalah berubahnya status Along menjadi kapten tim usai Pierre Njanka pindah ke Liga Primer Indonesia memperkuat Aceh United. Peran ini jelas menuntut Along untuk tampil dewasa dan tidak emosian seperti yang sebelum-sebelumnya ia tunjukkan seperti pada musim lalu.

Yang kedua jelas perannya tidak lagi seperti seorang petarung sungguhan di lapangan yang siap menunggu bola di depan untuk dijebol ke gawang namun ia juga harus turun membantu pertahanan dan menjadi semacam striker pelapis atau pengumpan.

Tentu saja performa yang demikian jelas agak mengecewakan para penggemar Along yang merindukan tendangan sepeda kala menghadapi Persema di musim lalu. Apalagi menurunnya performa juga disebabkan masalah teknis seperti gaji dan tersiar bahwa Along adalah salah satu pemain yang hendak hengkang dari Arema akibat gaji yang tersendat serta ia menolak untuk main.

Namun apa yang ia lakukan tadi sore seperti sebuah obat kerinduan bagi para penggemar dirinya dan juga Aremania. Yang jelas dua golnya cukup membawa Arema menembus 4 besar dan harapan Arema untuk bisa bersaing di bursa juara serta mempertahankan gelar juara masih terbuka lebar.

Derbi Della Madoninna: Derbi Para Pengkhianat

Pekan ini sepakbola Italia akan kembali mencuri perhatian. Selain akan disuguhi partai panas AS Roma versus Juventus ada laga yang tidak kalah serunya dan bahkan lebih seru. Inter Milan versus AC Milan adalah laga yang dimaksud.

Ya kedua tim akan bertemu pada Sabtu atau minggu dinihari waktu Indonesia dalam tajuk "derbi della Madoninna". Kedua tim yang berasal dari satu kota yang sama, Milan memang mempunyai sejarah rivalitas yang panjang dalam perjalanan mereka di panggung sepakbola Italia dan juga Eropa. Pertemuan kedua tim nantinya akan menjadi pertemuan ke-274.

Meskipun dalam lima tahun terakhir Inter menunjukkan dominasinya di panggung derbi terpanas di Italia dan Eropa tersebut, namun secara keseluruhan angka keunggulan masih memihak kepada Milan dengan 107 kemenangan sedangkan Inter hanya 95. Di pertemuan putaran pertama kemarin Milan mampu menumbangkan Inter lewat gol mantan pemainnya, Zlatan Ibrahimovic. 

Derbi ini semakin seru mengingat kedua tim sama-sama berada di papan atas Serie A musim ini dan hanya terpaut dua poin dan jikalau salah satu tim menang banyak yang memperkirakan gelar scudetto sudah mulai terlihat untuk siapa. Milan yang diawal musim tak diperhitungkan tiba-tiba bisa melejit kembali ke papan atas berkat racikan dingin sang pelatih yang awalnya hanya pelatih klub-klub gurem, Massimiliano Allegri. Dengan mendatangkan Zlatan Ibrahimovic, Robinho dan Kevin-Prince Boateng lini depan dan tengah Milan menjadi menakutkan meskipun harus diakui permainan Milan terkadang labil.

Sedangkan Inter yang pada awal musim tetap difavoritkan malah harus keok dan melorot sampai posisi ke-6. Hal yang demikian membuat pelatih Rafael Benitez dipecat dan digantikan oleh Leonardo yang membuat Inter kembali naik ke posisi seharusnya.

Yang menjadi seru lagi adalah karena adanya label pengkhianat. Jika di kubu Milan ada Zlatan Ibrahimovic sedangkan di Inter ada Leonardo. Sebelum mereka berdua sudah ada banyak nama beredar seperti Maurizio Ganz, Guly, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf, dan Christian Vieri. Maka tak heran jika derbi bisa disebut juga derbi para pengkhianat dan kepengkhianatan itu justru yang semakin menambah rivalitas klub dan juga pendukung yang harus membuat Milan terpecah hanya untuk sehari.

Sayangnya, dalam derbi kali ini dua pemain absen karena skorsing yaitu, Zlatan Ibrahimovic dan Lucio. Namun, tetap saja derbi akan seru. Apalagi Inter tentu masih akan membanggakan dirinya sebagai klub asal Milan dan Italia pertama yang mampu meraih 3 gelar musim lalu. Suatu hal yang jarang didapatkan oleh Milan yang hanya mampu juara 7 kali di Eropa.

Rabu, 30 Maret 2011

Pelatih: Ketika Sang Sutradara Beraksi

Sepakbola tidak semata membutuhkan kerjasama tim untuk menghasilkan kesuksesan ketika bermain namun juga dibalik itu ada sosok yang sejujurnya jauh lebih penting ketika segala urusan yang berbau teknis dilaksanakan. Dialah yang disebut dengan pelatih.

Pelatih adalah orang yang selalu berada di pinggir lapangan. Melihat, mengamati, berteriak dan terkadang marah-marah adalah hal-hal yang identik dengan sosok seperti ini. Bila gol tercipta ia akan ikut gembira namun apabila tim yang dilatihnya kebobolan ia apalagi kalah ia akan geleng-geleng kepala. Pelatih adalah sosok yang sepertinya tidak segan-segan untuk bertindak di luar batas demi timnya sehingga melahirkan suatu hal yang kontroversial.

Di luar lapangan pelatih tetap mempunyai peran yaitu melatih sesuai dengan program yang dibuat. Program ini harus sesuai dengan rancangan dan juga keinginan klub. Maka dari itu tidak heran jika banyak pelatih yang keras dan marah-marah jika salah satu pemainnya indispliner.

Sir Alex Ferguson adalah salah satu contoh pelatih yang keras dan disiplin dan tidak pandang bulu. Di Manchester United pemain boleh saja datang dan pergi entah apa itu statusnya namun kendali tetap dipegang olehnya. Tentu saja semua tahu pemain-pemain seperti Eric Cantona, David Beckham, dan Christiano Ronaldo yang pernah bermain di MU dengan status pemain bintang namun ketiganya telah pergi dari klub asal Manchester itu. Mungkin bisa saja kerugian kalau ditinggalkan pemain bintang tetapi bagi seorang sir Alex itu bukan masalah. MU masih tetap dibawanya menjadi klub top di dunia.

Bagi banyak orang menjadi pelatih pun harus bermain bola dahulu terutama pemain profesional. Namun, hal ini tak berlaku bagi Jose Mourinho yang di masa mudanya hanya bermain beberapa kali untuk sebuah tim amatir sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di sebuah institut olahraga dengan mengambil jurusan kepelatihan. Hasilnya, Mou-panggilan akrabnya menjadi salah satu pelatih top. Tak hanya Mou hal yang sama juga dilakukan oleh Arsene Wenger, Alberto Zaccheroni, dan Arrigo Sacchi. Tak terkenal di masa muda menjadi pemain atau sama sekali tidak namun berhasil menjadi pelatih berkat kegemaran membaca buku dan menuntut ilmu sampai perguruan tinggi.

Menjadi pelatih juga tidak harus menunggu usia tua atau di usia itu meneguk sukses. Ruud Gullit, Roberto Mancini, Josep Guardiola, dan Frank Rijkaard adalah contoh pelatih-pelatih yang meraih sukses di usia muda. Namun yang paling fenomenal adalah Guardiola. Di tahun pertamanya melatih Barcelona ia mampu menghadirkan 6 gelar dalam setahun.

Atau ketika bermain pun bisa menjadi pelatih dengan istilah pelatih-pemain. Hal ini yang pernah dilakukan oleh Kenny Dalglish, Ruud Gullit, dan Gianluca Vialli.

Sosok pelatih sekali lagi memang penting. Di tangannya melalui sebuah metode baik itu secara teknis atau psikologis permainan dan nama sebuah klub bisa terangkat. Apalagi ia juga dianggap sebagai pengorbit seorang pemain hingga dilirik untuk bermain di sebuah kompetisi besar. Hal ini yang terkadang dilupakan banyak orang.

Namun saking pentingnya posisi pelatih juga riskan dengan pemecatan. Hal itu akan terjadi jika klub yang dilatihnya tak jua meraih prestasi.

Selasa, 29 Maret 2011

Soccertaintment: Ketika Sepakbola Tidak Hanya Sepakbola

Sepakbola bukanlah sekedar olahraga saja namun terkadang ia juga bisa menjadi bahan untuk berbagai macam disiplin ilmu baik langsung maupun tidak langsung. Tak hanya itu biasanya olahraga ini juga kerap menyajikan kisah-kisah hangat para pesepakbola yang biasanya terjadi di luar lapangan. Istilah hal tersebut biasanya dinamakan dengan soccertaintment-singkatan dari soccer entertaintment atau hiburan dalam sepakbola. Hiburan yang dimaksud jelas bukan hiburan dalam permainan di lapangan akan tetapi seperti disebut tadi di luar lapangan.

Biasanya yang paling hangat dibahas dalam soccertaintment adalah hubungan percintaan antara seorang pesepakbola dengan seorang pesohor publik seperti hubungan antara Christiano Ronaldo dengan Paris Hilton atau Kim Kadarshian atau kisah selingkuh John Terry dengan Veronica Peroncel. Di Inggris atau AS pemberitaan seperti ini adalah pemberitaan yang begitu menghangat dan dibahas begitu mendalam. Pemberitaan-pemberitaan tersebut seperti halnya sebuah gosip bisa menaikkan pamor atau malah menurunkan.

Selain soal hubungan biasanya juga soccertaintment akan membahas hal-hal yang bersifat humor seperti Carlo Ancelotti, sang pelatih Chelsea yang diusir seorang wanita tua kala menonton sepakbola di Emirates atau seorang anak kecil menolak bersalaman dengan Steven Gerrard sekitar 5 tahun yang lalu atau gol balon yang dilakukan oleh seorang pendukung Liverpool yang iseng yang ironisnya timnya sendiri malah kalah.

Hal-hal seperti itu katakanlah seperti semacam pelengkap dan sudah ada ketika olahraga permainan ini mulai mengarah ke bisnis dan industri. Rasanya tidak menarik jika sepakbola hanya dibahas di dalam saja tetapi juga di luar. Bagi penganut dunia hiburan kalau tidak ada ya seperti sayur tanpa garam.

Kamis, 24 Maret 2011

Nomor dalam Sepakbola

Sepakbola sebagai salah satu olahraga permainan tentu wajib memakaikan nomor pada pemainnya jika pertandingan sepakbolanya bersifat resmi. Nomor pada pemain biasanya dilekatkan di punggung atau di dada depan sebelah kiri atau bagian tengah atau di dekat bagian perut. Penempatan nomor di dada depan atau tengah biasanya disesuaikan dengan penempatan kit sponsor atau logo. Di bagian belakang bagian atas atau bawah nomor biasanya akan dibubuhi nama pemain atau sponsor.
Nomor inilah yang seringkali memudahkan para penikmat atau penggelut sepakbola untuk bisa mengenal para pemain sepakbola tersebut. Seperti Lionel Messi di Barcelona dengan nomor 10, Christiano Ronaldo di Real Madrid dengan nomor 7 atau Bambang Pamungkas dengan nomor 20 di Persija. Pemberian nomor tersebut juga bukanlah sesuatu yang asal dan seringkali terkait dengan privasi pemain. Misal Christiano Ronaldo dengan nomor 7-nya disingkat menjadi CR7 dan menjadi merek dagang atau Saffee Sali di Pelita Jaya yang memilih nomor 55 karena berhubungan dengan dua nama depannya atau malah Boaz Solossa, striker Persipura yang memilih nomor 86 dikarenakan sesuai dengan tahun lahirnya.

Di dunia sepakbola seringkali nomor 7, 9, dan , 10 menjadi nomor yang kerap dikeramatkan. Hal itu dikarenakan adanya hubungan antara si pemakai nomor dengan kemampuan individunya. Sudah banyak para seniman lapangan hijau yang tersohor memakai nomor-nomor tersebut. Beberapa memang sesuai namun adakalanya tidak. Zinedine Zidane serta Diego Maradona adalah contoh-contoh para maestro yang sesuai dengan nomor punggung mereka.

Nomor kadang juga bisa menjadi masalah. Masih ingat tentu dengan kasus Gianluigi Buffon sewaktu ia membela Parma sebelum ke Juventus. Di klub itu ia sempat akan memilih nomor 88 namun urung akibat banyak pertentangan dari kaum yahudi Italia yang mengaitkan nomor itu dengan salam khas Hitler "Heil Hitler". Akhirnya, Buffon memilih nomor 77 yang dianggap sebagai interpretasi kaki wanita.

Di masa sekarang penggunaan nomor malah melebihi batas aslinya yang hanya memakai secara urut nomor 1-23 dan itu identik dengan posisi di lapangan. Ketika zaman semakin berkembang hal yang demikian ditinggalkan dan hasilnya bisa dilihat bahwa bisa ada seorang pemain yang bernomor 5 bermain sebagai playmaker dan itu adalah Zidane. Namun, di ajang internasional seperti piala Dunia FIFA tetap mengatur penggunaan nomor 1-23.

Minggu, 20 Maret 2011

CSKA and Zenith, The Russians victories in Europe


If you hear the Russian football team maybe you cannot compare with the strongest teams in the world such as Brazil, Argentina, Spain or Holland. Well, the level is not similar with them but many football fans mention that the level is on progress.
Football is really popular in the main former Soviet country but this is not the most popular. Ice Hockey is still taking that. The performances of Russian Ice Hockey national team become the source of their popularity. This team is one of the strongest team in the world and always be the world champion.
Beside ice hockey, tennis is considered the most popular. Many tennis stars are from here such as Maria Sharapova and Russian tennis team by many people in the world is the one of the strongest team in the world.
So, where is football? Where is the achievement?
After separated from Soviet Union in 1991, the Russian football team could not show the best performance yet until this time. This team can only reached the European championship semifinal in 2008 but for many football fans this action was felt enough. However after this “achievement” they failed to the 2010 World Cup.
When Russia were part of Soviet Union the only one achievement they had, became the winner of European championship in 1960. But that was only a story in a past.
This situation made the modern Russian leader, Vladimir Putin not enthusiast but when the Russian show the progressive performances in the most popular sport, Putin shows his enthusiasm slowly. The successes in 2008 European championship and of course the host 2018 World Cup were the indicators.
Not only national team the Russian clubs show it too. It is begun by CSKA Moscow which became the winner of UEFA Cup in 2004-2005 seasons and runner-up of UEFA Super cup in the next season. This is the first title for Russian in Europe. This achievement was continued by Zenith St. Petersburg. They gain the success when became the winner of UEFA Cup in 2007-2008 seasons and be the UEFA Super Cup for the first time and of course for the Russian club. In UEFA Super Cup they success defeated Manchester United.
They achievement are contrast with Spartak Moscow, the strongest and best team in Russia which always shows in European championship but never gain the victory.





Jumat, 18 Maret 2011

Sevilla from Middle to Upper


Sevilla cf 200px.png2005-06 the miracle was happened. The final of UEFA Cup (now Europa League) that season was the eyewitness. Sevilla FC or Sevilla for the popular name reached the final and became the winner. This situation was never imagined by many people before. In that final they defeated the English side, Middlesbrough 4-0. The title was the first European title for the Andalusian and of course the final.
The miracle stayed continuing. After German’s World Cup they had gained the victory in European Super cup. Many people were shocked because the opponent which they defeated was Barcelona, the winner of Champions League and La Liga. Three goals to the Barcelona’s net was felt enough for the Andalusian against the team which has many superstars players such as two times best world player, Ronaldinho, the rising star Lionel Messi and the striker Samuel Eto’o. Since that Sevilla by many people in Spain become a new power to compete in La Liga and UEFA’s competitions.
In the next season they gained back the victory in UEFA Cup. Espanyol, the other Spanish side and was theirs opponent had been defeated by penalty shootout. This title was the second and was the entertaining title because in La Liga they only placed their self in the third place behind Real Madrid and Barcelona. But the situation for many people was the increasing graphic for the Andalusian. However, in European Super Cup they had to confess the aggressively of AC Milan.
What is Sevilla? Maybe many people asking about this until now.
For many people Sevilla maybe only well known as region in Andalusia which had ever been the center of Moslem’s civilization in Spanish Middle age. But in the football area this city has two football clubs, Sevilla FC and Real Betis and both of them always be the rival. If we look from the achievement we cannot deny that Sevilla is better than Betis although in La Liga either Sevilla or Betis were only one time to be a champion.
Sevilla which displayed for the last time in La Liga 1999-2000’s season had turned back again to the Spanish football highest competition in 2001-02’s season. But they were only the club from the middle class like ever before. In 2003-04’s season they had reached the Copa del Rey final after more than 20 years but loss from Real Madrid. In 2004-2005 they finished in 6th and therefore they earned a ticket for the UEFA Cup.
Juande Ramos was the important person for the Andalusian. This coach had brought the club to the UEFA Cup final and European Super Cup twice, one Copa del Rey and of course the 3th place in La Liga and therefore Sevilla becomes the upper class club. Many players were raised then when Juande was the coach such as Frédéric Kanouté, Julien Escudé, Andrés Palop, Javier Saviola, and Fabrizio Miccoli.
When Juande left the Andalusian for receiving the challenge from Tottenham Hotspur, the club performance was going under slowly. They only finished in 5th. In that season one of their players, Antonio Puerta had died after collapsed in the match against Getafe. In the 2008-09’s season they turned back to the 3th. Although in 2009-10’ season they turned down again to 4th they had been success after gained the victory in the Copa del Rey final defeated Atletico Madrid.


Kamis, 17 Maret 2011

Dan Kutukan itu pun Sirna

Juventus, Arsenal, Bayern Muenchen, AS Roma, Liverpool, dan Lyon. Itulah deretan klub-klub yang pernah menghinggapi masa lalu yang kelam bagi Real Madrid. Bagaimana tidak klub-klub itu yang selalu menghempas impian El Real untuk bisa lolos dari babak 16 besar UEFA Champions League (UCL). Ya selama 6 musim El Real selalu gagal melangkah ke babak perempatfinal. Padahal dalam rentang 6 musim tersebut pemain-pemain bintang silih berganti menghuni klub asal ibukota Spanyol tersebut.

Jubilant Madrid breeze past Lyon
Berbekal pengalaman pahit tersebut tentu saja Madrid tidak mau mengulanginya lagi untuk yang ketujuh kali. Persiapan-persiapan terus dilakukan apalagi mereka akan menghadapi Lyon, lawan mereka di pertandingan kedua babak 16 besar UCL dan lawan inilah yang musim lalu menyingkirkan El Real.

Setelah hasil imbang yang meyakinkan di Stade de Gerland dua minggu lalu, El Real tentu harus bisa memanfaatkan laga kandangnya meskipun bisa jadi hal itu mustahil karena kutukan 6 musim masih saja membayangi. Namun apa yang terjadi dinihari tadi sungguh berbeda.

Dalam pertandingan itu tanpa dinyana Real Madrid mampu menghancurkan Lyon 3-0 dan membalaskan beberapa kekalahan mereka jika bertemu klub asal Perancis ini sejak beberapa tahun lalu. Adalah Marcelo, Karim Benzema, dan Angel Di Maria menjadi pahlawan kemenangan armada Santiago Bernabeu tersebut.

Di awal-awal pertandingan Madrid untuk bisa mengamankan hasil yang sebenarnya cukup butuh hasil seri saja karena produktivitas tandangnya mengambil insiatif serangan. Berulang kali anak-anak asuhan Jose Mourinho itu mengincar gawang Lyon yang dikawal oleh Hugo Lloris. Tetapi, barisan pertahanan Lyon yang dikomandoi oleh Cris dan Reveirre cukup terlalu tangguh untuk El Real yang menggantungkan serangan pada Mezut Oezil. 

Begitu juga Lyon. Klub berjuluk Les Gones itu juga beberapa kali mengancam gawang Madrid yang dikawal oleh Iker Casillas. Tetapi, ketangguhan Casillas serta barisan belakang Madrid yang dihuni oleh Sergio Ramos dan Ricardo Carvalho serta Pepe cukup mumpuni menghalau serangan.

Adalah Marcelo, sang bek sayap yang tiba-tiba menusuk dari dari kiri dan melaju ke tengah. Usai berumpan satu-dua dengan Christiano Ronaldo yang dinihari tadi main meski tak maksimal akibat habis sembuh dari cedera pria berkebangsaan Brasil tersebut mengecoh barisan belakang Lyon dan menendang bola ke gawang. Meski sempat terbentur tangan Hugo Lloris bola masuk ke gawang. Skor pun berubah menjadi 1-0 pada menit ke-37.

Setelah itu Madrid giat menambah serangan namun skor 1-0 tetap bertahan hingga pertandingan babak pertama berakhir.

Di babak kedua dominasi Madrid kian kentara. Melalui sang pengatur serangan, Mezut Oezil klub terbaik dunia abad ke-20 berhasil menggandakan keunggulan lewat striker yang ironisnya mantan punggawa Lyon, Karim Benzema pada menit ke-66 menerima umpan Oezil yang sebelumnya berawal dari kesalahan barisan belakang Lyon yang dimanfaatkan oleh Marcelo.

Unggul 2-0 Madrid terus menambah serangan. Hasilnya pada menit ke-76 gelandang internasional Argentina, Angel Di Maria merambah keunggulan menjadi 3-0 usai menerima umpan kembali dari Oezil yang bermain cukup baik sebagai pengatur serangan. Keunggulan tersebut bertahan hingga pertandingan usai dan Madrid pun melaju sebab unggul agregat 4-1.

Kembalinya Madrid ke perempatfinal setidaknya seperti melihat bahwa sang raja seperti hendak lahir kembali meskipun nanti ada lawan berat yang menanti. Yang jelas keadaan yang demikian akan membuat sang raja untuk meraih mahkotanya yang hilang sejak 2002.