BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Minggu, 31 Oktober 2010

Derby Indonesia: Ketika ABG beraksi

Untuk kesekian kalinya, Persija Jakarta kembali menunjukkan taringnya di SUGBK. Kali ini tak tanggung-tanggung yang menjadi korban adalah rival abadi sekaligus musuh bebuyutan, Persib Bandung dalam sebuah duel bertajuk "Derby Indonesia" dengan tiga gol tanpa balas. Masing-masing gol tersebut diciptakan oleh Greg Nwokolo, pemain yang sempat memperkuat Persija pada 2008 di menit ke-52 memanfaatkan umpan rekannya di barisan depan, Bambang Pamungkas. Tentu saja gol itu disambut oleh ribuan lebih the Jak Mania yang terlihat hampir memenuhi SUGBK. Permainan tetap berjalan tersebut usai gol pertama tersebut dengan Persib berusaha menyamakan kedudukan. Sayangnya, usaha mereka harus dibayar mahal ketika Aliyuddin kembali memperbesar keunggulan Persija beberapa menit setelah gol pertama dan gol terakhir Persija digenapkan oleh sang ikon, Bambang Pamungkas. 

Semua gol yang tercipta terjadi di babak kedua dengan pencetak gol adalah trio ABG, (Aliyuddin, Bambang, Greg). Trio ini seperti terlahir kembali pada pertandingan tersebut dan mengingatkan kembali akan trio yang sama dua tahun yang lalu. Trio itu sendiri seolah-olah seperti terlihat perkasa karena lini tengah Persija yang cukup solid dan kebanyakan dikomandoi para eksodus Sriwijaya FC. Meskipun demikian Persib juga tak kalah solid sebenarnya. Lini tengah yang digalang kapten timnas Singapura, Shahril Ishak cukup merepotkan pertahanan Persija di sektor sayap kanan pada awal-awal babak pertama. Sayang, lini depan yang dihuni oleh Pablo Frances dan striker naturalisasi Indonesia asal Uruguay, Christian Gonzales kelihatan tak mampu berbuat banyak di hadapan lini belakang Persija yang berada dalam kendali Eric Arsene Bayemi.

Kekalahan ini jelas sekali lagi membuat Persib harus mengubur dalam-dalam keinginan mereka mengalahkan Persija di kandangnya sendiri yang belum bisa mereka lakukan sejak Liga (Super) Indonesia bergulir pada 1994.

Jumat, 29 Oktober 2010

Derby Indonesia: Pentas dua tim terluka

Sabtu (30/10) pukul setengah 4 sore esok sebuah partai bertajuk super big-match akan tersaji di SUGBK, Jakarta. Partai ini bukan hanya sekedar bertajuk super big-match namun lebih dari segalanya sehingga pantaslah kalau ia lebih juga disebut sebagai "Derby Indonesia". Ya, Persija vs Persib adalah partai tersebut.

Gengsi, harga diri semuanya dipertaruhkan di sini. Itulah yang pasti tertanam pada setiap punggawa yang akan melakoni pertandingan. Persija tentu tidak mau kalah dari Persib begitupula Persib. Hal itu sesuai dengan ungkapan kedua tim yang menyatakan kedua tim boleh saja kalah dari tim manapun asalkan jangan dari kedua-duanya. Pada partai ini tentu semua yang namanya persahabatan seketika akan berubah menjadi permusuhan di lapangan. Sudah pasti perseteruan akan terjadi demi membela panji masing-masing meskipun yang berseteru adalah kawan di tim nasional atau juga kawan ketika merintis karier awal di sepakbola.

Partai ini memang lebih dari sekedar partai. Selain banyak bintang yang tentunya berlabel tim nasional (Indonesia, Singapura) di kedua tim, gengsi antara kedua kota, Jakarta dan Bandung tentu juga akan menjadi perhatian. Selain itu kefanatikan kedua suporter yang membuat partai ini tambah panas sehingga diperlukan pengamanan ekstra dari aparat keamanan.

Dalam sejarahnya kedua tim sudah sering bertemu di Perserikatan dan juga ajang Liga Indonesia. Di ajang Liga Indonesia sendiri kedua-duanya sudah bertemu sebanyak 14 kali dengan Persija memegang rekor kemenangan. Kemenangan Persija itu kebanyakan diraih di kandang namun ada juga satu kemenangan di kandang lawan yaitu pada 2008. Sedangkan Persib sebaliknya hanya bisa menang di kandang sendiri dan belum sekalipun menang di Jakarta.

Dalam duel kali ini Persib tentu berharap bisa meraih kemenangan di Jakarta sekalipun harus ada beberapa pilar yang absen. Sedangkan Persija berharap striker baru mereka asal Singapura, Agu Casmir dapat dimainkan. Tentunya kedua tim sama-sama mengincar kemenangan  usai masing-masing dikalahkan lawannya dalam pertandingan sebelumnya. Persija oleh Semen Padang dan Persib oleh PSM. 

Pertandingan sendiri diramalkan tetap akan berjalan seru tentunya semua juga berharap kelancaran dengan tidak adanya keributan baik di dalam maupun di luar lapangan.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Salut pada Arema dan Persib!

Jika berbicara mengenai Liga Super Indonesia, ada dua klub yang harus diberi ucapan salut dan dibanggakan. Keadaan tersebut tentu tidak hanya berkaitan dengan prestasi semata, tetapi bagaimana mereka bisa mengelola manajemen klub yang benar-benar profesional dan akhirnya mandiri.

Sebut saja Arema dan Persib. Dua klub kebanggaan Malang dan Bandung, dua kota yang sama-sama berada di dataran tinggi dan berhawa sejuk. Sama-sama berkostum keramat biru dan sama-sama mempunyai kelompok pendukung yang fanatik, Aremania dan Viking.

Belakangan ini kedua klub tersebut seperti menunjukkan jati diri mereka sebagai klub sepakbola Indonesia yang profesional alias lepas dari APBD dan tidak seperti klub-klub Indonesia lainnya. Bahkan boleh dikatakan kedua-duanya adalah panutan.

Kemandirian Arema sebenarnya sudah dimulai sejak berdiri pada 1987. Klub ini memang berprinsip tidak mau tergantung pada APBD dan sudah menyatakan diri sebagai klub yang profesional dengan mencontoh klub-klub di luar negeri. Namun, usaha untuk menuju mandiri memang tidak semudah yang diharapkan. Dalam perjalanannya, Arema sering sekali terbentur dana. Sempat didanai Bentoel sebagai sponsor utama antara kurun waktu 2003-2007, Arema setelah itu selalu mengalami kesulitan untuk menyambung hidup. Beberapa gerakan pun dilakukan untuk menyelamatkan Arema yang merupakan identitas Malang yang sebenarnya seperti yang dilakukan Flexi dan beberapa sponsor lokal di Malang. Hasil yang didapatkan memang tidak seberapa namun itu sudah cukup untuk mengarungi kompetisi satu musim penuh pada 2009 kemarin. Pada awal musim ini Arema diberitakan mengalami kesulitan keuangan kembali dan harus mencari sponsor. Beruntunglah ada yang mau mensponsori Arema yaitu, Ijen Nirwana Residence, perusahaan properti milik Bakrie. Nilai kontrak yang ditawarkan adalah 4,5 miliar untuk semusim penuh dan musim selanjutnya. Akan tetapi, Arema tetap harus mencari sponsor lain untuk pendamping.

Sedangkan Persib memulai kemandirian pada 2009. Sebelumnya, klub kota Kembang ini memang tergantung sekali pada APBD. Ketika APBD dilarang dan Persib mulai mengalami kesulitan, Dada Rosada, walikota Bandung mulai membicarakan masa depan Persib dengan beberapa tokoh. Dari pembicaraan itu dibentuklah sebuah perusahaan yang akan menaungi Persib yaitu PT Persib Bandung Bermartabat dengan ketuanya adalah Umuh Muchtar. Sejak saat itu Persib mulai mencari dana sendiri dengan mencari beberapa sponsor yang kemudian berhasil didapatkan. Tentunya pemerintah provinsi Jawa Barat juga ikut campur dalam hal ini. Beberapa sponsor yang berhasil didapatkan adalah Honda, Yomart, Corsa, dan sebagainya. Kebanyakan mau mensponsori Persib karena Persib adalah aset sejati Bandung dan Jawa Barat. Sejak saat itu keberadaan APBD di Persib sudah sedikt dan boleh dikatakan sudah tidak ada lagi.

Menilik contoh-contoh di atas ada baiknya klub-klub di Indonesia mau mencontoh Arema dan Persib yang sudah mapan dengan kemandirian dan profesionalitasnya. Pada masa sekarang sepakbola sudah sepatutnya berdiri sendiri lepas dari unsur-unsur politik.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Review Indonesia vs Uruguay: Memang Beda Kelas

Beda kelas baik dari skill, pengalaman, stamina, dan peringkat. Itulah yang benar-benar tersaji dalam pertandingan persahabatan persahabatan antara timnas Indonesia dan Uruguay di SUGBK kemarin malam. Sempat bisa mengimbangi permainan Uruguay di awal-awal babak pertama hingga setengah jam dengan membuat gol terlebih dahulu lewat Boaz Solossa pada menit ke-16, Indonesia harus menyadari kelemahan mereka sekali lagi, fisik dan stamina. Kelelahan mulai terlihat di wajah pemain.

Tak ayal, gol Indonesia yang mengejutkan itu membuat Uruguay jadi terpacu untuk membuat gol balasan. Hasilnya, Edinson Cavani berhasil membuat gol pada menit ke-34. Di malam kemarin ia mencetak hattrick. Dua gol lagi ia sumbangkan pada menit ke-80 dan 84.

Tak hanya Cavani, Luis Suarez, tandem Cavani di depan juga ikut-ikutan membuat Hattrick yaitu pada menit ke-43, 55, dan penalti di menit ke-70. Satu gol lagi disumbangkan oleh Sebastien Eguren dan memaksa Markus harus memungut bola untuk kedelapan kalinya.

Dari pertandingan itu sekali lagi meski beda kelas 180 derajat, namun tetap saja permainan Indonesia masih seperti yang dulu dan pastinya membuat gregetan para penggila bola yang menonton. Bagaimana tidak umpan-umpan saja masih tidak terarah, penguasaan bola masih sering terlepas, dan terlihat para pemain malah terburu-buru untuk melakukan serangan sehingga serangan mudah ditebak. Belum lagi ditambah mental pemain yang tampak grogi menghadapi Uruguay memang adalah salah satu tim dunia.

Berbeda halnya dengan Uruguay yang memang santai dan matang dalam mengorganisasi permainan. Pergerakan para pemainnya dari sayap dan tengah memang cukup merepotkan Indonesia terutama barisan pertahanan yang sepertinya kewalahan menghadapi skill mumpuni dari Cavani dan Suarez.

Namun, setidaknya sekali lagi uji coba ini harus menjadi pelajaran paling besar. Lihat bagaimana Uruguay mengajarkan cara bermain sepakbola yang benar kepada Indonesia. Pelajaran itu bukan hanya sebatas pada pertandingan dan ucapan pasca kekalahan namun harus menjadi bahan evaluasi jika memang target yang dicanangkan Indonesia adalah juara Piala AFF.

Jumat, 08 Oktober 2010

Preview Indonesia vs Uruguay: Seperti Bumi dan Langit

Beberapa jam lagi pertandingan antara timnas Indonesia dan Uruguay akan tersaji dan SUGBK dipercaya untuk kesekian kali menjadi pertandingan ujicoba tersebut. Pertandingan tersebut pun memang seperti barang langka yang jarang didapatkan oleh penggila sepak bola Indonesia. Selama ini banyak penggila bola yang melihat kegagalan timnas belakangan ini disinyalir akibat kurangnya uji coba.

Menanggapi hal itu, PSSI yang terus-menerus dikritik tentu mau tinggal diam. Setelah beberapa kali berupaya mencari lawan tanding mulai dari Pantai Gading hingga Brasil, maka ditemukanlah Uruguay yang kebetulan juga sedang mencari lawan uji coba.

Uruguay sendiri yang diundang PSSI untuk berujicoba dengan timnas bukanlah lawan sembarangan. Tim ini adalah salah satu tim dunia dengan peringkat 7 FIFA, pernah juara 2 kali Piala Dunia, dan pada Piala Dunia 2010 kemarin secara mengejutkan bangkit kembali dengan menduduki peringkat 4.

Meskipun lawan yang akan dihadapi adalah Indonesia, Uruguay tidak mau anggap remeh. Tim ini membawa serta para pemain yang berlaga di Piala Dunia dan dua wajah baru. Maka para pemain seperti Luis Suarez, Edinson Cavani, Diego Lugano, dan Fernando Muslera ikut serta. Sayang, bintang Uruguay di Piala Dunia, Diego Forlan urung hadir karena masalah pribadi dan kesehatan. Meski begitu Uruguay tetap Uruguay. Maka Uruguay pun berjanji akan tampil all out.

Bagaimana dengan tuan rumah? tentu melawan Uruguay adalah semacam pengalaman berharga dan setiap awak Garuda ingin sekali merasakannya. Sayangnya, jadwal latihan yang mepet serta banyak pemain yang cedera menjadi kendala tersendiri bagi timnas yang melakoni uji coba ini sebagai persiapan menuju Piala AFF. Belum lagi dengan ditambahnya 3 pemain naturalisasi yang dilarang main oleh FIFA karena masalah paspor. Namun, tetap saja the show must go on!

Yang jelas timnas juga ingin menampilkan permainan terbaik di depan publik sendiri meski harus diakui bahwa lawan yang dihadapi bagai bumi dan langit. Tetapi, apa pun itu pelajaran tetap nomor satu di samping kerinduan para penggila bola tanah air tentang kejayaan timnas.

Rabu, 06 Oktober 2010

Gol Debut Amri!

Tak perlu waktu lebih dari sehari bagi seorang Khairul Amri untuk bisa menyesuaikan diri di atmosfer Liga Super Indonesia musim ini. Hal itu pun terbukti ketika ia berhasil membuat gol spektakuler untuk klubnya saat ini, Persiba dalam lanjutan Liga Super Indonesia sore tadi menghadapi Pelita di Balikpapan. Gol itu sendiri terjadi pada menit 71 melalui tumit sang pemain.

Sebelumnya di awal-awal babak kedua, striker timnas Singapura tandem dari Noh Alam Shah tersebut berhasil memberikan kontribusi untuk Persiba dengan dijatuhkan oleh seorang pemain Pelita, Ardan Aras di kotak terlarang. Penalti itu pun sukses dieksekusi oleh Robertino Pugliara.

Tandem Amri di Persiba, Aldo Baretto juga berhasil membuat gol pada menit ke-85 melalui sundulan kepala. Gol tersebut menjawab kehausan sang topskor LSI musim lalu ini dikarenakan tidak mencetak gol selama dua pertandingan tandang Persiba.

Namun yang patut diberikan jempolan adalah Amri sendiri dalam pertandingan tersebut. Sempat sulit berkembang dan beradaptasi di babak pertama dan tidak padu dengan Aldo Baretto, pemain Singapura ini akhirnya menjawab dengan gol debutnya.

Setidaknya salah satu gol yang dibuatnya menegaskan bahwa pembelian pemain ini tidaklah salah dan membuat lega sementara sang pelatih, Junaedi karena bisa memberikan kemenangan di kandang. Kini duet Amri-Baretto dinantikan untuk bisa beraksi kembali melawan Persib pada 16 Oktober nanti.

Selasa, 05 Oktober 2010

Jhonny van Beukering, Tobias Waisapy, dan Rafael Maitimo: Naturalisasi dan Sekian Hubungan-hubungan Poskolonial Indonesia-Belanda

Hubungan poskolonial antara Indonesia dan Belanda memang sedang memburuk terkait batalnya kunjungan SBY ke negeri kincir angin akibat situasi politik di Belanda. Namun, hal tersebut tidak berlaku di dunia olahraga khususnya sepakbola.

Dalam setahun terakhir ini begitu banyak pemain Belanda keturunan Indonesia terjaring oleh PSSI untuk bermain dan membantu timnas Indonesia yang prestasinya sedang terpuruk. Tentunya pencarian itu juga dibantu dan difasilitasi oleh KNVB selaku organisasi sepakbola tertinggi Belanda.

Beberapa nama kemudian terjaring seperti Irfan Bachdim, Sergio van Dijk, Jhonny van Beukering, Tobias Waisapy,  Jeffrey de Visscher, dan Rafael Maitimo. Dari 6 nama 3 di antaranya siap memperkuat timnas Indonesia melawan mantan juara dunia 2 kali serta peringkat 4 Piala Dunia 2010, Uruguay di SUGBK (8/10).

Beberapa pemain naturalisasi itu tertarik membela timnas Indonesia karena alasan historis.

Berangkat dari situ saya di sini tidak akan membahas bagaimana persiapan Indonesia melawan Uruguay tetapi membahas lebih kepada hubungan poskolonial antara Indonesia dan Belanda dalam bidang sepakbola yang mengalami kemajuan.

Setelah Indonesia merdeka pada 1945 dari Belanda, memang hubungan poskolonial antara kedua dalam bidang sepakbola jarang terdengar karena hubungan posko-singkatan poskolonial yang ada lebih diarahkan ke politik seperti perjanjian militer dan sebagainya.

Hubungan poskolonial di bidang ini sebenarnya sudah dimulai pada era 70-an ketika Wiel Coerver, pelatih asal Belanda yang dijuluki "Albert Einstein"-nya sepakbola melatih timnas Indonesia. Meskipun nihil prestasi setidaknya metode yang diterapkan Coerver mulai mempengaruhi cara timnas bermain yaitu cara bermain ala Eropa Barat (Belanda) yang identik dengan totaal voetbal. Metode ini setidaknya mulai menggeser paham permainan ala Eropa Timur yang selama ini dianut timnas.

Apa yang diterapkan oleh Coerver coba dilanjutkan oleh Frans van Balkom pada akhir 70-an. Prestasi yang berhasil dibuatnya adalah membawa timnas runner-up SEA GAMES 1979 dan kemudian pada ajang yang sama pada 1997, Henk Wullems juga mengukir prestasi yang sama setelah yang terakhir disebut membawa Bandung Raya juara Liga Indonesia pada 1995.

Setelah itu tidak terdengar lagi hubungan poskolonial dalam bidang ini sampai kemudian pada 2006 timnas Indonesia U-23 Indonesia yang sedang berlatih di Belanda dilatih oleh Foppe de Haan, mantan pelatih Ajax dan dari sinilah dimulai proyek untuk menggaet banyak pemain keturunan Indonesia di Belanda termasuk juga Giovanni van Bronckhorst.

Tiga tahun setelah itu hubungan posko dimulai lagi dengan seorang bernama Robert Rene Alberts yang melatih Arema dan membawa klub tersebut juara Liga Super Indonesia pada 2010 dan di tahun ini ia juga berusaha mengulang prestasinya di PSM.

Kemajuan yang dialami dalam hubungan posko di sepakbola dikarenakan adanya semacam membina hubungan yang baik antara sepakbola Indonesia dan Belanda. Di masa lalu sepakbola Indonesia yang diwakili oleh PSSI selalu dianaktirikan oleh pihak Belanda yang diwakili NIVU bahkan timnas Indonesia yang bermain di Piala Dunia 1938 sejatinya tidak diakui KNVB.

Namun memang hubungan posko di bidang ini bisa berjalan baik juga karena profesionalitas semata dan lepas dari unsur manapun. Setidaknya hubungan ini bisa menjadi cermin kedua negara pada masa-masa ini. 

Senin, 04 Oktober 2010

Satu Gol Irfan!

Pertandingan antara Persisam dan Persema dalam lanjutan LSI 2010/2011 minggu (3/10) kemarin memang menjadikan kemenangan untuk tuan rumah meskipun dengan skor tipis 3-2. Namun, dari semua gol yang tercipta nampaknya ada satu nama yang bisa dikatakan mulai menunjukkan taring sebenarnya.

Ya dialah Irfan Bachdim, pemain Belanda keturunan Indonesia dan salah satu calon pemain yang akan dinaturalisasi demi kepentingan timnas Indonesia.

Pada pertandingan malam itu Irfan lewat aksi dribbling-nya berhasil menjebol gawang Persisam yang dikawal oleh Wawan Hendrawan pada menit ke-52 usai menerima umpan serangan balik Mustofa Reza. Terlihat sekali dalam proses gol itu speed Irfan sebagai salah satu pemain yang dibesarkan di lingkungan Eropa yang tidak mampu ditandingi bek-bek Persisam. Gol dari Irfan itu sempat membuat Persema berbalik unggul 2-1 di babak kedua.

Meskipun kalah, gol itu setidaknya akan menegaskan seorang Irfan Bachdim yang bisa bermain di Indonesia dan juga bisa menjadi salah satu penggedor terbaik. Semoga saja dalam pertandingan-pertandingan berikutnya pemain ini mampu mencetak gol kembali sehingga Indonesia memang tidak ragu untuk menaturalisasinya.

Minggu, 03 Oktober 2010

Tim-tim "Asia" di UEFA

Sepakbola memang tidak mengenal batas geografi dan politik. Itu berarti hal-hal yang sebenarnya haram dalam geografi dan politik ketika masuk ke dalam sepakbola seperti sudah tidak berbentuk lagi. Inilah yang sebenarnya banyak terjadi di sepakbola Eropa. Bukan tentang pemain asing karena pemain asing sudah menggejala apalagi berpaspor dua. Sepakbola Eropa yang berinduk kepada UEFA memang mempunyai banyak keunikan dalam anggotanya.

Bila UEFA sebagai konfederasi sepakbola Eropa lazimnya mempunyai anggota-anggota yang berada di Eropa saja namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Ada 7 anggota UEFA yang secara geografis dan politis seharusnya berada di Asia dan oleh karenanya masuk dalam konfederasi sepakbola Asia atau AFC. Mereka adalah Turki, Azerbaijan, Kazakhstan, Rusia, Armenia, Georgia, Siprus, dan Israel.

Mengenai ketujuh anggota itu tentu mempunyai alasan masing-masing.

Turki dan Rusia misalnya merasa mempunyai kedekatan dengan Eropa baik dalam sejarah dan kultur meskipun harus diakui dalam kultur Rusia lebih tepat dikatakan dekat dengan Eropa sedangkan Turki sebaliknya. Sejarah masa lalu Turki di masa dinasti Ottoman yang membuat Turki merasa seperti Eropa.

Sedangkan Azerbaijan, Kazakhstan, Armenia, dan Georgia beralasan dengan masa lalu mereka sebagai bagian dari Uni Soviet. Meskipun dalam kenyataanya juga, Kazakhstan bergabung dengan UEFA karena ingin mencari kompetisi yang benar-benar kompetitif ketimbang masih di AFC.

Israel dan Siprus dilandasi alasan politis dan sejarah. Israel sebelum bergabung dengan UEFA adalah anggota AFC. Namun, karena masalah dengan Palestina membuat negara ini berpaling ke UEFA. Sewaktu di AFC Israel adalah salah satu raksasa di Asia dengan timnas dan klubnya menjuarai berbagai ajang regional Asia. Sedangkan Siprus lebih melihat kedekatan dengan Eropa melalui Yunani yang memang merupakan mayoritas di Siprus dan juga dalam kacamata sejarah Siprus adalah koloni Yunani.

Dari 7 anggota "luar biasa" tersebut hanya Rusia dan Turki yang sampai saat ini mampu mengimbangi tim-tim Eropa asli dan menjadi kuda hitam baik melalui timnasnya atau klub masing-masing. Rusia melalui timnasnya pernah menjadi juara Eropa pada 1960 atas nama Uni Soviet dan runner-up Piala Eropa 1988 serta dengan nama Rusia menjadi semifinalis Piala Eropa 2008. Klub-klub Rusia juga demikian. Adalah CSKA Moskow dan Zenit st. Petersburg yang mampu menjadi juara Liga Eropa 2005, Liga Eropa 2008 dan Piala Super Eropa 2008.
Sedangkan Turki melalui timnasnya berprestasi dengan menjadi juara ke-3 Piala Dunia 2002 dan semifinalis Piala Eropa 2008. Di klub hal tersebut diwakili oleh Galatasaray yang mampu menjuarai Liga Eropa 2000 dan Piala Super Eropa pada tahun yang sama.