BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Senin, 27 September 2010

Klub-klub Thailand: Pendobrak Kemapanan Asia Timur dan Barat

Keberhasilan Muang Thong United sebagai satu-satunya klub asal Thailand mencapai semifinal Piala AFC 2010 makin meneguhkan eksistensi klub asal negeri gajah putih di pentas Asia. Tentunya ini adalah sebuah prestasi yang pertama kalinya bagi klub yang baru berdiri pada 1989 tersebut setelah menoreh prestasi di negeri sendiri dengan menjuarai Liga Primer Thailand pada 2009 usai promosi dari divisi utama. Di semifinal (5 dan 19/10) klub asal provinsi Nonthaburi ini akan menghadapi wakil dari Qatar, Al-Riffa. Andaikan Muang Thong lolos ke final tentu itu akan menambah kembali kejayaan klub-klub Thailand di Asia.

Membicarakan kiprah klub-klub asal Thailand di Asia sebenarnya juga tidak lepas dari keberadaan timnas Thailand di Asia Tenggara sendiri yang juga sering dianggap sebagai kuda hitam di Asia. Klub-klub asal Thailand dalam sejarah sepakbola Asia setidaknya merupakan pendobrak kemapanan klub-klub Asia Timur dan Barat. Pendobrakan itu terjadi pada tahun 1994 dan 1995 ketika salah satu klub Thailand, Thai Farmers Bank berhasil menjuarai Asian Club Championship (sekarang AFC Champions League) dan klub itu menjadi satu-satunya klub Thailand dan juga di Asia Tenggara yang bisa meraih gelar tertinggi di Asia. Tak hanya gelar di Asia klub ini pun juga sempat mencicipi gelar internasional yaitu kejuaraan Afro-Asia pada 1994.

Usai kejayaan Thai Farmers Bank yang bangkrut pada 2000, kejayaan klub Thailand coba diikuti oleh BEC Tero Sassana pada 2003 di final pertama AFC Champions League. Sayang BEC Tero hanya bisa menjadi runner-up. Setelah tak ada lagi klub-klub Thailand yang berbicara di ajang yang sama sampai akhirnya Piala AFC akan coba dijadikan sebagai ajang pembuktian kedua.

Mengapa Thailand bisa begitu bagus dan dominan serta mapan menjadi pendobrak dominasi klub-klub Asia Timur dan Barat? Itu sebenarnya juga tidak lepas dari sistem sepakbola di Thailand yang lebih mengarah ke pembinaan usia muda. Perlu diketahui sepakbola di Thailand sebenarnya masih kalah dengan Muay Thai bahkan untuk urusan tontonan sepakbola hanya sedikit meraih penonton. Stadion-stadion di Thailand pun kapasitasnya juga tidak terlalu besar. Namun, dengan keadaan yang seperti itu banyak pihak yang sadar bahwa sepakbola bisa menjadi kebanggaan masyarakat apalagi dibuktikan dengan keberhasilan Thailand menjadi tuan rumah Piala Asia 1972 dengan menduduki peringkat ketiga. 

Prestasi itu pun menjadi sebuah keyakinan bahwa Thailand sebenarnya bisa bersaing dengan banyak tim Asia lainnya. Klub-klub di Thailand pun dijadikan lebih profesional dengan membiarkan perusahaan membentuk tim masing-masing atau mensponsori tim yang sudah ada. Jadi, bisa diibaratkan tidak ada campur tangan pemerintah dalam hal ini. Selain itu beberapa klub di Thailand pun juga menjalin afiliasi dengan beberapa klub di luar Thailand sehingga makin menambah konektivitas klub untuk bisa dipromosikan. Padahal, Liga Primer Thailand atau Thai Premier League bukanlah termasuk dalam 10 besar liga di Asia dan hanya menempati peringkat ke-12.

Indonesia sebenarnya bisa belajar dari Thailand bagaimana seharusnya mengelola sebuah klub profesional dan mencari afiliasi. Di Indonesia hanya ada satu klub saja yang melakukan afiliasi yaitu, Sriwijaya FC dengan klub asal Malaysia,  Kedah FA. Sriwijaya pun juga menjadi satu-satunya klub Indonesia yang masuk dalam 25 besar Asia versi IFFHS.

Hanya saja semua itu kembali pada diri masing-masing. Mau sadar atau tidak? 

0 komentar: