BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Senin, 06 Desember 2010

Naturalisasi: Antara Jalan Pintas dan Penyia-nyiaan

Dunia pada saat ini memang sudah dan terus mengglobal sehingga batasan-batasan yang ada pun menjadi tidak berlaku lagi. Hal yang demikian juga berlaku di sepakbola khususnya masalah kebangsaan. Dewasa ini beberapa tim sepakbola gemar melakukan apa yang disebut dengan naturalisasi. Naturalisasi adalah sebuah proses pemberian kewarganegaraan kepada setiap individu yang berasal dari luar negara tersebut. Tentu saja pemberian naturalisasi tidak sembarangan. Pemberian itu diberikan jika individu yang bersangkutan sudah lama tinggal di negara tersebut dan mengerti dengan budaya yang berlaku. Pemberian itu sendiri diberikan juga karena individu tersebut mempunyai sejumlah prestasi yang ternyata dapat memajukan negara yang ia diami. Setiap negara pun mempunyai peraturan sendiri mengenai naturalisasi menyangkut jangka waktu tinggal si individu.

Pada awalnya naturalisasi berlaku hanya di bidang politik terutama kepada mereka yang menjadi pencari suaka atau imigran. Namun lama-kelamaan hal tersebut berkembang ke bidang lain yaitu ke olahraga khususnya sepakbola.

Naturalisasi dalam sepakbola kebanyakan terjadi karena kebutuhan yang mendesak dan harus segera diselesaikan semisal untuk mengangkat prestasi tim agar lebih menonjol. Hal lainnya adalah keinginan si individu untuk mau memperkuat timnas negara yang ia diami demi mencapai cita-cita main di ajang internasional sebab kesempatan main di timnas negara sendiri pun mustahil.

FIFA dalam hal naturalisasi pun mengajukan tiga syarat. Yang pertama si individu benar-benar mempunyai keterkaitan historis dengan negara yang akan ia bela. Keterkaitan historis itu berupa sanak keluarganya yang berada di tempat tersebut.

Yang kedua adalah si individu lahir dan besar di negara yang akan ia bela meskipun 100 persen darahnya tidak mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut. Contoh seperti ini adalah para pemain kaum imigran di suatu negara tertentu.

Yang ketiga si individu sudah tinggal lama minimal 5 tahun.

FIFA pernah menghardik Qatar soal naturalisasi karena negara tersebut hendak memberikan kewarganegaraan kepada 3 pemain Brasil yang baru merumput 3 tahun.

Di Piala Dunia lalu kita sesungguhnya disajikan oleh tim-tim yang penuh dengan naturalisasi pemain. Sebut saja Jerman, Perancis, Portugal, dan Belanda. Namun tentu yang paling fenomenal adalah Jerman yang selama ini teguh pada prinsip "uber alles". Lihat saja aksi Mezut Oezil, Sami Khedira, Jerome Boateng, Lukas Podolski, Miroslav Klose yang mampu bersanding dengan para pemain asli Jerman.

Di Asia boleh dibilang Jepang adalah Jepang yang pertama melakukan naturalisasi. Kebanyakan yang dinaturalisasi adalah dari Brasil yang secara historis mempunyai ikatan kuat dengan Jepang. Sebut saja nama seperti Ruy Ramos, Wagner Lopez, Alex dos Santos hingga Marcus Tanaka.

Di Asia Tenggara Singapura boleh jadi yang menjadi pelopor. Sebanyak 6 hingga 10 pemain hasil naturalisasi berada di tim ini seperti Agu Casmir, Mustafic Fahrudin, Daniel Bennet, Ittmi Dickson, Shia Jiayi dan lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mendobrak sepakbola Singapura ke tingkat dunia dan juga dikarenakan Singapura adalah tim dari pulau kecil di selat Malaka yang sumber dayanya begitu kurang. Tim naturalisasi ini pun malah sudah memberi hasil dengan dua kali juara piala AFF.

Tim-tim lain pun mengikuti Singapura. Indonesia dan Filipina tim-tim yang dimaksud. Di tubuh timnas Indonesia ada dua pemain naturalisasi yaitu, Irfan Bachdim dan Christian Gonzales. Di Filpina ada delapan. Sebut saja Jason de Jong, Chris Greatwick, Younghusband bersaudara dan lainnya. Sejauh ini pemain-pemain naturalisasi yang ada di dua tim tersebut sudah unjuk gigi dalam pertandingan piala AFF 2010.

Naturalisasi boleh dikatakan seperti sebuah jalan pintas menuju prestasi dan resep yang amat begitu mudah. Namun di sisi lain tetap saja naturalisasi bisa mempunyai dampak buruk. Untuk tim dari negeri mini Singapura naturalisasi bisa menjadi wajar. Namun, untuk tim dari negara besar dan banyak sumber daya seperti Indonesia dan Filipina naturalisasi bisa dianggap tidak wajar karena akan banyak tersia-sianya bakat alami dari seluruh penjuru negeri. Hal yang demikian juga berlaku bagi negara-negara sepakbola besar seperti Jerman dan Perancis. Tetapi, sepertinya apapun dampaknya naturalisasi mau tidak mau harus tetap jadi pilihan yang mudah untuk sebuah impian.

1 komentar:

rode_elftal mengatakan...

Maaf, sekedar meluruskan ...
Irfan Bachdim bukanlah pemain naturalisasi.
Ia memang lahir dan besar di Belanda, namun sejak ia punya hak untuk memilih kewarganegaraan (dalam UU warga negara diatur, seorang WNI yang menikah dengan WNA, maka anaknya punya hak untuk berwarga negara ganda hingga usia 18, di usia 18 hingga 21, ia diperkenankan untuk memilih, jadi WNI atau WNA)di usia 18 tahun, Irfan sudah memilih untuk menjadi WNI, jadi ia tak pernah menjalani proses naturalisasi (kepindahan kewarganegaraan) karena sejak awal memang ia berpaspor Indonesia.

Bila masih ragu anda bisa cek pada :
Jawa Pos 7 desember 2010
BOLA 9-10 Desember 2010,kolom catatan ringan
BOLA 4 November 2010, artikel Irfan Bachdim

Jadi perlu diluruskan, pemain naturalisasi Indonesia hanya Christian Gonzales, Irfan Bachdim adalah pemain asli Indonesia