BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Selasa, 13 Juli 2010

Keheranan akan Spanyol

Spanyol juara dunia. Entah apa yang ada di pikiran tiap orang. Heran, takjub, tak percaya pasti iya. Namun, saya memilih untuk heran ketika tahu malah negeri Iberia ini yang menjadi juara. Saya heran bukan karena Spanyol bisa mengalahkan Belanda. Saya heran kok bisa ya Spanyol? Kalau Belanda yang juara sih saya tidak akan heran karena Belanda sudah seringkali di final walau tidak pernah juara (sialnya!). Tetapi untuk Spanyol jelas. Baru pertama kali tampil di final langsung juara. Kali ini keheranan saya akan bercampur aduk dengan rasa yang fantastis.
Baiklah, mengapa saya heran. Kita lihat dulu tentang performa Spanyol di tiap Piala Dunia. Untuk itu ada baiknya kita melihat ke era 70, 80, dan 90-an. Era ketika Piala Dunia mulai dikenal banyak masyarakat dunia termasuk di Indonesia karena mulai disiarkan ke televisi.
Pada era-era ini kutub sepakbola dunia dikuasai oleh berbagai negara yaitu, Brasil, Jerman, Italia, Argentina, Inggris, dan Belanda. Mengapa? karena pada era-era ini beberapa negara tersebut bermain dengan ciri khasnya masing-masing. Inilah yang akan selalu diingat para penggila sepakbola dunia. Selain itu tentu saja tiap tim memiliki skuad yang mumpuni. Semisal Brasil dengan gaya bermain Jogo Bonito, Jerman dengan diesel-nya, Italia dengan cattenaccio-nya, Argentina dengan tango-nya, Inggris dengan kick and rush-nya, dan Belanda dengan totaal-voetbal-nya. Dari dominasi tim-tim tersebut yang paling sering diharapkan publik sepakbola dunia untuk mendobrak dominasi adalah Perancis. Mengapa? karena di tim inilah bercokol 3 pemain terbaik yaitu, Michel Platini, Jean Tigana, dan Luis Fernandes. Perancis pun dikenal memainkan antara gaya latin dan eropa. Gaya itu yang kemudian membuat Perancis menjadi juara yang sudah diharapkan sejak lama.  Hal-hal inilah yang membuat setiap Piala Dunia digelar orang-orang termasuk saya tidak akan pernah jauh-jauh dari tim legendaris itu untuk menjadi juara.

Lalu bagaimana dengan Spanyol? ketika sepakbola dunia didominasi oleh negara-negara tersebut pada era 70 hingga 90-an, Spanyol malah tenggelam. Timnas mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Selalu mengecewakan. Bahkan penampilan tertinggi mereka hanya pada perempatfinal dan malah kebanyakan babak kedua. Hal itulah yang membuat Spanyol sangat jauh untuk dijagokan.

Berbicara Spanyol lantas bukan membicarakan timnasnya tetapi klub-klubnya yang merajai Eropa dan dunia. Ingat hanya klubnya! Terlihat ironis.

Memang Spanyol agaknya terlambat dalam memajukan timnasnya. Sekarang coba tanyakan pada setiap orang di dunia siapa sajakah pemain Spanyol yang mereka kenal pada era-era ketika sepakbola dunia masih dikuasai negara-negara lama? Saya saja ketika berpikir tentang itu agak bingung. Rasanya tak ada namun saya sempat mencatut sebuah nama: Emiliano Butragueno. Selain itu. Tak ada. Setiap orang akan mengatakan tentunya Brasil punya Pele sebagai legenda, Belanda ada Cruyff, Argentina punya Maradona, Jerman Beckenbauer, Inggris Lineker,  Italia Rossi, dan Perancis Platini. Spanyol? kalau hanya Butragueno saja rasanya saya mengatakan dia bukan pemain legendaris. Dia legendaris di Spanyol tetapi bukan di dunia. Dunia tidak kenal dia.

Dunia baru mengenal pemain-pemain Spanyol pada era 90-an. Satu per satu sebut saja Raul Gonzales, Luis Enrique, dan Fernando Hierro. Akan tetapi mereka hanya sebatas dikenal di klub karena prestasi bukan timnas. Saya melihat ini sebagai era Spanyol mulai membuka diri. Lantas setelah itu mulai bermunculan nama-nama beken seperti Xavi Hernandez, Sergi Barjuan, Iker Casillas, Santiago Canizares hingga kemudian Fernando Torres dan David Villa.

Kalau saya ingin berbicara lagi tentang Spanyol berawal dari keheranan saya jujur saya ingin mengatakan sebenarnya sepakbola bukanlah yang terpopuler di negeri Iberia ini. Kelihatannya memang populer karena ada namanya La Liga Primera de Futebol sebagai kompetisi sepakbola bergengsi. Namun, itu hanya di luar saja. Hal ini dikarenakan prestasi timnas Spanyol yang tidak masuk hitungan sebelum 2010. Orang-orang Spanyol lebih menyukai timnas basketnya yang pernah juara dunia pada 2006. Di situ ada Pau Gasol. Lalu juga di tenis, cabang ini sering sekali menghasilkan prestasi karena ada Rafael Nadal. Di Formula 1 ada Fernando Alonso dan di balap sepeda ada Alberto Contador. Kalau cabang-cabang yang dianggap minor bisa mengapa yang mayor payah? Itulah yang sering muncul di pikiran orang-orang Spanyol mengenai timnas mereka di sepakbola. Bahkan jika Piala Dunia datang tak pernah mereka berharap timnasnya menang untuk meraih juara. Buat mereka itu seperti mimpi. Tapi, kali ini mereka tidak bermimpi karena Spanyol juara dan menjadi penguasa dunia.

Spanyol memang telat dalam segalanya. Telat tidak dimasukkan dalam tim-tim legendaris masa modern dan menjadi tim yang pasca-modern. Telat karena perkembangan sepakbola yang stagnan disertai juga dengan konflik di dalam negeri semasa negeri ini dikuasai Franco yang pada akhirnya membuahkan konflik separatis di Katalonia dan Baskiyah (semoga dengan Spanyol juara isu separatis semakin berkurang). Telat karena masyarakatnya terpecah-belah dan lebih menonjolkan kesukuan daripada identitas ke-spanyol-an.

Namun sepertinya itu akan menjadi masa lalu saja karena Spanyol sudah juara dunia. Juara dunia baru. Baru karena baru pertama kali tampil di final dan semifinal sebelumnya. Ini  sekali lagi memang bukan mimpi. Tetapi, tetap saja saya heran.

0 komentar: