BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Selasa, 08 Juni 2010

Poskolonialisme Dalam Sepakbola (Pos) Modern

Belakangan dalam beberapa dekade kajian tentang suatu ilmu pengetahuan begitu berkembang dan mewarnai setiap kehidupan umat manusia. Ketika orang memasuki zaman setelah modernisme maka muncullah kajian  posmodernisme. Kemudian ketika zaman setelah kolonialisme hilang maka muncullah juga kajian poskolonialisme. Dalam berbagai bidang kajian-kajian tersebut sering dibicarakan terutama poskolonialisme.

Dalam postingan ini saya akan membahas mengenai poskolonialisme dalam sepakbola (pos) modern. Sebelum  membahasnya saya ingin memberikan jabaran apakah itu poskolonialisme. Menurut pengertian sederhana yang saya dapatkan dari wikipedia, poskolonialisme adalah kajian intelektual yang terdiri dari analisis dan reaksinya terhadap suatu kekuasaan budaya kolonialisme. Itu berarti kajian ini mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kolonialisme di masa lampau yang kemudian dianalisis apakah pengaruhnya masih terasa sampai pada masa poskolonial. Lalu ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa poskolonialisme adalah kajian mengenai relasi antara negara bekas kolonialis dengan negara yang dijajahnya.

Nah, daripada kita berlama-lama dalam teori lebih baik kita langsung melihat pada bentuk nyatanya terutama dalam sepakbola (pos) modern. 

Sebagian besar dari kita terutama para penggila bola tahu mengenai tim nasional Perancis. Pada awalnya mereka seperti halnya saya pasti heran mengapa dalam tubuh timnas itu ada juga atau mungkin lebih pemain kulit hitamnya. Pertanyaan itu muncul karena Perancis adalah negara Eropa dan karena Eropa sudah pasti pemainnya berkulit putih baik itu Perancis atau luar Perancis. Setelah ditelusur baru diketahui bahwa para pemain kulit hitam yang ada dalam tubuh timnas Perancis adalah para imigran dan lebih tepatnya imigran dari negara-negara bekas jajahan Perancis. Di sinilah kita melihat hubungan itu. Hubungan poskolonial.
Hubungan di atas itu seperti semacam hubungan timbal-balik. Di masa lalu Perancis adalah agresor yang menindas dan diskriminatif. Meski begitu hal tersebut malah berdampak positif terhadap orang-orang di bekas negara jajahan Perancis tersebut. Selain karena ingin ke Perancis mencari kehidupan namun juga mereka akan bangga apabila menjagokan bahkan menjadi bagian dari timnas Perancis. Dari sisi Perancis pun negara ini mendapat banyak keuntungan dengan banyaknya pemain imigran. Itu berarti seperti sebuah sumberdaya yang tidak ada henti-hentinya apalagi jika para pemain imigran itu berasal dari Afrika. Hasilnya pun terbukti dengan diraihya Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.

Hal yang lain pun juga berlaku pada bekas negara kolonialis lain seperti Belanda, Portugal, dan Inggris. Di Belanda para petinggi sepakbolanya pun tak menutup mata terhadap para imigran terutama yang berasal dari negara bekas jajahan Belanda seperti Indonesia dan Suriname. Selain itu ada juga pemain imigran dari Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana yang di masa lalu adalah bekas tentara bayaran Belanda dan tak ketinggalan yang terbaru imigran-imigran dari Maroko dan Turki yang sebenarnya tak ada keterkaitan dengan Belanda.

Akan halnya Portugal yang juga memanfaatkan imigran asal Angola dan Mozambik sebagai pemainnya dan belakangan juga ada pemain-pemain Brazil dalam tubuh timnas Portugal. Namun untuk pemain Brazil saya cenderung melihatnya bukan sebagai hubungan poskolonial meskipun Brazil adalah juga bekas jajahan Portugal. Saya melihatnya karena keinginan para pemain itu yang sadar jika peluangnya masuk ke timnas Brazil adalah 0 besar. Seperti kita ketahui Brazil memang mempunyai sumber daya yang cukup untuk bisa terus menghasilkan pemain-pemain bagus namun belum tentu semuanya bisa masuk ke dalam timnas Brazil sebab seleksi yang dilakukan begitu ketat.

Di Inggris hubungan itu juga terlihat dengan adanya beberapa pemain hitam dalam tim nasional mereka. Namun, perlu diketahui para pemain hitam ini sudah bukan lagi berstatus sebagai imigran karena nenek moyang mereka telah ada di Inggris berabad-abad sebelumnya bahkan sebelum terjadinya Perang Dunia ke-2. Mereka sudah menjadi warga Inggris dan bertingkah seperti orang-orang Inggris pada umumnya sehingga tidak terlihat corak imigrannya.

Selain itu selain seperti Perancis juga, warga-warga negara bekas jajahan tersebut sudah pasti membela bekas negara yang pernah menjajahnya. Entah itu karena nostalgia atau memang terpesona dengan permainan yang dimiliki negara tersebut. Satu contoh saja adalah di Indonesia. Banyak penggila bola di Indonesia pasti akan membela Belanda walaupun di masa lalu Belanda sering berlaku tidak adil dan diskriminatif. Itu yang terlihat pada final Piala Dunia 1974 dan tentu saja hal tersebut masih berlaku sampai sekarang.

0 komentar: