BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Senin, 24 Mei 2010

13 yang Unik di 10 tahun Milenium pertama Liga Champions UEFA

Berakhirnya Liga Champions Eropa musim kompetisi 2009-10 berarti berakhirnya juga kompetisi itu dalam dekade awal milenium baru ini. Toh selama 10 tahun penyelenggarannya ada banyak hal unik terutama berkaitan dengan partai final yang dimulai dengan superiornya Real Madrid sampai dengan ditutup dengan kecerdikan Inter Milan. Berikut yang unik-unik tersebut.
1.Tiga terbanyak. Ya dalam final sepuluh tahun pertama milenium ini ada klub yang mencatatkan penampilannya sebanyak 3 kali di final yaitu AC Milan. Klub berjulukan Rossoneri itu melakukannya pada 2003, 2005, dan 2007. Dari 3 kali itu dua diantaranya sukses (2003 dan 2007) dan satu gagal (2005). Tentu dari ketiganya hanya ada satu yang bakal diingat Milan sebagai sebuah penyesalan yaitu pada 2005 saat menghadapi Liverpool.
2. Enam klub yang menjadi dua terbanyak. Dalam sepuluh tahun penyelenggaraan juga memunculkan klub-klub yang tampil di final sebanyak 2 kali. Mereka adalah Real Madrid, Valencia, Liverpool, MU, Barcelona, dan terakhir Muenchen. Dari 6 klub itu hanya ada dua yang sukses yaitu klub-klub dari negeri matador: Real Madrid (2000 dan 2002) dan Barcelona (2006 dan 2009). Sebaliknya ada juga yang tampil dua kali bahkan beruntun tetap nihil gelar juga yaitu Valencia (2000 dan 2001). Yang lainnya tampil dua kali tetapi hanya sukses sekali yaitu, Muenchen (2001), Liverpool (2005), dan MU (2008). 
3. Valencia dan MU. Ternyata memang hanya ada dua klub yang mampu tampil di final dua kali beruntun tetapi beda nasib. Valencia yang pertama kali melakukannya. Pada 2000 klub asuhan Hector Cuper tersebut berhasil tampil di final Liga Champions di Paris untuk pertama kalinya. Sayang, karena lawan yang dihadapi adalah raja dari Liga Champions, Real Madrid mereka menyerah 3-0. Musim berikutnya di Milan menjadi penampilan kedua. Sayang, lagi-lagi kesialan masih menghampiri mereka. Kalah adu penalti dan keperkasaan kiper Muenchen, Oliver Khan jadi penyebabnya. Sedangkan MU tampil di final pada 2008 setelah 1999. Di final ini mereka mengalahkan Chelsea lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1. Musim berikutnya mereka tampil kembali dengan kepercayaan diri yang tinggi. Sayang, usaha mereka untuk menjadi klub yang juara dua kli berurutan setelah AC Milan kandas oleh permainan cantik Barcelona.
4. Tendangan spektakuler Zinedine Zidane. Inilah salah satu tendangan yang berbuah gol pada final Liga Champions 2002 di Hampden Park, Skotlandia. Zidane yang ketika baru saja berseragam Madrid menerima umpan sayap dari Roberto Carlos pada menit ke-73. Dengan tendangan volinya bola langsung meluncur deras di pojok atas gawang Hans Joerg Butt dan kemudian menjadi penentu kemenangan Madrid atas Bayer Leverkusen yang sebelumnya berhasil mengalahkan Liverpool dan MU.
5. Final dua klub medioker. Boleh dibilang final Liga Champions pada musim 2003-2004 antara FC Porto dan AS Monaco di Schalke sebagai final yang tak terlalu populer mengingat status kedua klub tersebut di kancah Eropa namun keduanya datang ke final dengan status membanggakan karena berhasil mengalahkan klub-klub top antara lain MU, Chelsea, dan Real Madrid. Bahkan sebelumnya juga Monaco mencatat rekor gol fantastis 8-3 sewaktu meladeni Deportivo La Coruna. Namun di final rupanya keberhasilan Didier Deschamps sebagai pelatih Monaco masih kalah kualitas dengan Jose Mourinho yang menukangi Porto. Alhasil, Monaco takluk 0-3. Final ini untuk pertama kalinya publik sepakbola dunia mengenal Jose Mourinho.
6. Final membosankan. Ini terjadi pada musim 2002-03 antara AC Milan dan Juventus dan menjadi laga final antara sesama Italia pertama setelah Spanyol. Sayangnya, kedua kubu cenderung bermain hati-hati dan akhirnya penentuan pemenang dilakukan melalui adu penalti dengan Milan sebagai juara.
7. Final spektakuler dan mengejutkan. Dalam kurun waktu dua tahun Milan tampil kembali di final dan kali ini menghadapi Liverpool. Dengan kepercayaan diri yang tinggi Milan berhasil membuka skor 3-0 hingga babak pertama usai lewat dua gol Paolo Maldini yang mencatatkannya sebagai pemain tertua di final yang mencetak gol dlam waktu tercepat dan dua gol Crespo. Sayang, pada babak kedua Milan mulai kendor dan seakan-akan yakin dapat juara sebelum usai. Akhirnya, kesempatan itu dimanfaatkan Liverpool yang dilatih Rafael Benietz. Satu gol masing-masing dari Gerrard, Alonso, dan Baros menjadi mimpi buruk Milan dan akhirnya berlanjut adu penalti. Dalam hal itu Liverpool yang kemudian jadi juara.
8. Final yang melibatkan dua klub London. Arsenal dan Chelsea dua klub tersebut. Arsenal yang pertama kali melakukannya pada 2006 dan Chelsea 2008. Sayang keduanya kurang sukses. Arsenal ditekuk Barcelona dan Chelsea oleh MU.
9. Dua final yang sama. AC Milan Liverpool pelakunya. Pertama kali bertemu 2005 dengan Liverpool sebagai pemenang melalui drama yang unik seperti yang sudah dibicarakan di atas. Selang dua tahun keduanya bertemu kembali namun kali ini Milan yang berhasil membalas dendam.
10. Vicente del Bosque, Carlo Ancelotti, dan Jose Mourinho. Ketiga nama ini adalah pelatih-pelatih yang berhasil membawa timnya juara Liga Champions dua kali. Vicente del Bosque dan Carlo Ancelotti masuk dalam kategori juara dengan tim yang sama yaitu Real Madrid dan AC Milan sedangkan Mourinho dengan dua tim yang berbeda yaitu FC Porto dan Inter Milan.
11. Sensasionalnya Josep Guardiola. Dikatakan demikian sebab dalam debutnya sebagai pelatih profesional berhasil membawa Barcelona juara Liga Champions untuk ketiga kalinya. Satu dari 6 gelar yang direbut Barcelona pada 2009.
12. Hattrick Samuel Eto'o. Pemain asal Kamerun ini mencatatkan dirinya sebagai pemain yang tampil di 3 final Liga Champions dan menjadi juara dengan 2 tim berbeda, Barcelona dan Inter Milan. Sayang, dalam dua final pertamanya ia selalu mencetak gol dan ketiganya menjadi sebaliknya.
13. Dominasi 4 tahun klub-klub Liga Primer Inggris. Mulai 2005 hingga 2009 final selalu didominasi klub-klub Liga Primer Inggris. Liverpool, MU, Arsenal, dan Chelsea adalah klub-klub yang tampil di final tersebut. Hebatnya, keempat klub termasuk anggota the big four. Dominasi ini pun makin menjadikan keeksistensinya klub-klub Inggris di Eropa dan akhirnya mempengaruhi koefisien peringkat di UEFA. Dominasi ini juga yang menjadikan Liga Primer nomor satu di Eropa dan dunia dan makin banyak diminati pemain-pemain kelas dunia. Sayang, dominasi malah tak sebanding dengan prestasi.

0 komentar: