BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Sabtu, 29 Mei 2010

25 Tahun Tragedi Heysel: Ketika Holiganisme (memang) Adalah Sebuah Aib

Tanggal ini, 29 Mei, ada baiknya kita melayangkan sejenak pikiran untuk kembali ke 25 tahun silam tepatnya ke Brussels, Belgia. Pada tanggal ini di ibukota Belgia tersebut di sebuah stadion sepakbola bernama Heysel ribuan orang menjadi korban dari sebuah tragedi yang kemudian dinamakan Tragedi Heysel. Tragedi Heysel adalah sebuah aib dalam sepakbola modern khususnya Eropa yang menjadi pusat sepakbola dunia. Tragedi ini adalah tragedi yang diakibatkan oleh holiganisme suporter terutama suporter dari Liverpool. Ya tragedi ini sendiri terjadi ketika akan berlangsungnya final Piala (Liga) Champions antara Liverpool dan Juventus.

Sebelum pertandingan keadaan sudah memanas terlebih dahulu akibat ejek-mengejek antarsuporter. Entah mengapa tanpa sebab yang jelas tiba-tiba ada yang melempar benda terlarang ke tribun salah satu suporter sehingga kemudian menyulut kepanikan luar biasa. Para suporter itu berlari keluar mencoba menerobos pagar tribun. Sayangnya, usaha seperti itu malah berbuah petaka. Banyak orang yang akhirnya tergencet dan meninggal begitupula ketika yang akan memanjat pagar tribun hingga pagar rubuh.

Dalam tragedi itu 39 orang dinyatakan tewas dan kebanyakan suporter dari Juventus dan kemudian banyak pelaku yang ditangkap terutama dari Liverpool yang memang adalah aktor kerusuhan. Tak hanya itu beberapa orang yang dianggap sebagai penanggungjawab pertandingan juga ditangkap karena lalai terutama tidak menyediakan daerah netral antara kedua suporter.

Akibat tragedi itu klub-klub Inggris dilarang tampil selama 5 tahun di semua kompetisi Eropa dan tentu merupakan pukulan telak untuk sepakbola Inggris yang selalu bermasalah dengan holiganisme. Pertandingan sendiri dimenangkan oleh Juventus dengan skor 1-0 namun banyak suporter Juventus yang menganggap piala yang diraih Juventus adalah Piala Kematian.

Apa yang terjadi di Heysel 25 tahun silam adalah sebuah pelajaran bagaimana seharusnya sepakbola modern menjadi sebuah tontonan mengasyikkan tanpa harus menyingkirkan unsur-unsur keamanan dan keselamatan terutama terhadap para suporter yang beringas. Setelah kejadian itu Eropa dalam hal ini Inggris terus membenahi dirinya dari para holigan sampai akhirnya mereka bisa meluncurkan Liga Primer Inggris pada 1992 yang kemudian menjadi liga nomor satu.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Tragedi Heysel seharusnya menjadi pelajaran semua insan sepakbola di negeri kita. Namun, rasanya hal itu masih sulit terwujud. Ini dikarenakan masih banyaknya fanatisme yang tak terarah dan selalu berujung kekerasan, stadion yang tribun-tribunnya tidak layak. Akhirnya, timbullah banyak insiden dalam stadion seperti yang sudah-sudah.

4 komentar:

W1N mengatakan...

perasaan di indo pernah tuh! hampir mirip tp lupa tahunnya!

jagurdermuluk mengatakan...

Wah, bukan pernah aja, boy! tetapi sering! Lo kan pernah merasakan langsung nonton bola di stadion yang pernah berujung rusuh kaya di Kediri.

faza mengatakan...

wah background bolanya keren...........

jagurdermuluk mengatakan...

Makasih...salam kenal....