BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »
Powered By Blogger

Latest Photos

Latest News

Selasa, 25 Mei 2010

Dua Korea Di Piala Dunia 2010: Semangat untuk satu Korea

Bila melihat judul di atas ini adalah sebuah sejarah karena dalam sebuah penyelenggaraan akbar seperti Piala Dunia ada dua tim dengan identitas yang sama yaitu, Korea. Korea Selatan dan Korea Utara adalah pelaku yang memiliki kesamaan identitas itu mulai dari bahasa, budaya, adat istiadat hingga warna kulit dan bentuk wajah. Namun seperti perkataan rambut sama hitam tetapi pikiran belum tentu hitam seperti itulah dua Korea tersebut. Dalam pandangan kita Korea Selatan atau yang biasa kita sebut Korsel adalah sebuah negara di selatan semenanjung Korea yang mempunyai perekonomian yang maju dan pesat bahkan termasuk macan Asia selain Jepang. Beberapa produk Korsel baik itu di bidang manufaktur, otomotif, dan sebagainya  telah merasuk ke berbagai penjuru dunia seperti Hyundai, Daewoo, Kia, Tupperware bahkan dalam bidang budaya pun juga demikian. Munculnya film-film Korsel adalah contohnya hingga kemudian ditiru oleh beberapa orang di negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Demikian halnya dengan sepakbolanya. Tentu sebagian penggemar sepakbola di dunia dan juga Indonesia tak akan asing mendengar nama Park Ji-Sung, Lee Young-Pyo,  Seol Ki-Hyeon, dan Ahn Jung-Hwan. Ini dikarenakan beberapa dari mereka pernah mentas di liga sepakbola Eropa yang publikasinya memang getol.

Sekarang kita ke Korea Utara, korea yang terletak di utara semenanjung Korea. Berbeda dengan tetangganya yang menganut paham demokrasi liberal dan kapitalis, Korea Utara atau Korut adalah kebalikannya. Negara ini menganut paham komunis dengan pimpinan tertinggi Kim Jong-Il. Hanya itu saja yang orang ketahui tentang Korut sebab tertutupnya negara ini di mata internasional. Begitu juga sepakbolanya. Apakah orang-orang di dunia mengenal Jong Tae-Se, striker Korut yang dimiripkan dengan Wayne Rooney?

Jikalau mengenai Korut muncul di permukaan tentulah biasanya itu permasalahan dengan Korsel. Permasalahan itu sendiri berawal dari pasca Perang Korea (1951-1953) yang ditunggangi dua kepentingan, kapitalis dan komunis. Bertahun-tahun kedua negara sering melancarkan perang urat syaraf  yang melibatkan seluruh komponen termasuk rakyat Korsel yang geram dengan pemerintah Korut yang katanya sering mengancam ingin menghancurkan Korsel lewat nuklirnya.Tentu saja bila keadaannya seperti ini AS dan Jepang sebagai sekutu dekat Korsel bersiap melindungi Korsel apalagi pada saat-saat seperti ini ketika dikabarkan kapal perang Korsel ditembak hingga tenggelam oleh kapal selam Korut. Hal demikian pun pada akhirnya mengganggu semacam "harmoni" antara kedua warga negara karena lolosnya dua Korea ke Piala Dunia 2010. Adanya berita itu tak pelak membuat beberapa warga Korut takkan bisa menikmati siaran televisi tentang Piala Dunia dari si tetangga. 

Lalu bagaimana penampilan kedua Korea di Piala Dunia?
Kalau dari ukuran penampilan dan prestasi, tentulah Korsel yang menang karena sudah tampil di Piala Dunia sejak 1954 dan bahkan pada 2002 pada saat menjadi tuan rumah bersama Jepang melaju ke semifinal. Sejak keberhasilan itu, para pemain Korsel laku di pasaran dan menjadi andalan di beberapa klub di Eropa. Korut? negara ini memang baru dua kali tampil di Piala Dunia yaitu pada 1966 dan sekarang 2010 namun walau begitu dalam debutnya, Korut berhasil menghentak dunia lewat penampilannya dengan mencapai perempatfinal. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan untuk sebuah tim Asia. Perjalanan mereka ke perempatfinal tentu salah satunya dengan menghempaskan tim kuat Italia dan di perempatfinal sebelum dihempaskan Portugal yang diperkuat Eusebeio, Korut sempat tampil mengejutkan dengan unggul 3-0 sebelum akhirnya kalah 3-5.
Kalau melihat penampilan di atas, tentu bisa dikatakan walau Korut oleh Korsel  kalah dalam pencapaian dan prestasi tetapi mereka bisa menghentak dunia dalam debutnya dan tidak butuh beberapa edisi seperti halnya Korsel. Tentu di Piala Dunia ini kedua Korea berharap bisa menghentak dunia terutama Korut yang walaupun di grup neraka yakin bisa memberi kejutan seperti Piala Dunia 1966. Apapun itu tampilnya dua Korea dengan latarbelakang berbeda sekali lagi adalah sejarah. Sejarah ini juga yang seharusnya tidak dikaitkan dengan kepentingan politik antar keduanya. Namun, pada kenyataannya sepakbola modern memang tidak bisa terlepas dari politik.

0 komentar: